Dari Winamp ke TikTok: Musik Digital yang Mengubah Cara Kita Menikmati Musik

Aug 25, 2022

Masih ingatkah masa-masa sebelum dekade 2010-an, di mana kita bisa menikmati album musik secara utuh, sampai hafal semua lagu di dalamnya lengkap dengan urutannya? Di era musik digital seperti sekarang masa-masa itu sepertinya tinggal sejarah.

Tren musik terus berubah, begitu pula platform-platform yang menaunginya. Di era internet ini, manusia modern dituntut untuk beraktivitas serba cepat dan praktis. Aktivitas mendengarkan album musik penuh secara utuh pun jadi korbannya.

Dekade 2000-an: Musik Mulai Digunakan Sebagai Latar

Sebelum teknologi mobile-phone sepenuhnya menguasai industri telekomunikasi dan musik, Harvard Business Review pada tahun 2009 (era internet masih banyak diakses via PC) mengeluarkan artikel bahwa internet itu sangat mengalihkan perhatian (distraksi). Dekade 2000-an adalah masa di mana, untuk pertama kalinya kita mulai menggunakan musik sebagai latar untuk aktivitas mengetik dan browsing internet (meski belum mobile), entah itu via Winamp, atau desktop music-player lainnya.

Di era internet ini, manusia modern dituntut untuk beraktivitas serba cepat dan praktis. Aktivitas mendengarkan album musik penuh secara utuh pun jadi korbannya.

Kemudian pada awal dekade 2010-an beberapa pemain besar di industri telko dekade 2000-an mulai merilis sistem operasi mobile di produk-produk ponsel mereka; Apple dengan iOS, Google dengan Android, Nokia dengan Symbian, Microsoft dengan Windows Phone, Hewlett-Packard dengan webOS, Samsung dengan Bada, dan lain-lain.

Sistem operasi mobile di ponsel inilah yang melahirkan istilah ‘smartphone‘, dari yang sebelumnya feature-phone. Tiap-tiap sistem operasi yang ditawarkan oleh masing-masing merek ini memiliki digital music-player. Momen ini juga jadi penanda dimulainya aktivitas mendengarkan musik secara mobile, dan tentunya (musik) hanya sebagai latar saja.

Dekade 2000-an adalah masa di mana, untuk pertama kalinya kita mulai menggunakan musik sebagai latar untuk aktivitas mengetik dan browsing internet (meski belum mobile), entah itu via Winamp, atau desktop music-player lainnya.

Dekade 2010-an: Industri Musik Dikuasai Digital Service Provider (DSP)

Meski industrinya sudah dirintis sejak akhir dekade 2000-an, namun Digital Service Provider (DSP) baru mulai sepenuhnya diterapkan pada dekade 2010-an. Para pemainnya di sini ada: iTunes, Amazon Music, Spotify, Soundcloud, Bandcamp, Apple Music, Tidal dan YouTube Music.

Untuk versi Indonesia, layanan konten musik digital ada LangitMusik Blackberry dan Gudang Musik, yang keduanya merupakan hasil besutan dari PT Melon Indonesia.

Tiap-tiap sistem operasi smart-phone yang ditawarkan oleh masing-masing merek ini memiliki digital music-player. Momen ini juga jadi penanda dimulainya aktivitas mendengarkan musik secara mobile, dan tentunya (musik) hanya sebagai latar saja.

Namun dari sekian banyak layanan yang tersedia, yang paling menonjol hingga saat ini tentunya adalah Spotify dan TikTok. Terlepas dari berbagai kasus yang menerpa mereka.

Dua platform ini, sangat mempengaruhi peta industri musik populer dan hiburan saat ini. Contoh: jika ada video yang viral di TikTok, seketika itu pula video tersebut bakal meledak di lintas medsos (Twitter – Instagram – Facebook). Lalu orang yang ada di video tersebut akan diundang oleh pihak televisi dan jadi selebritis instan. Begitu pula di Spotify, musisi-musisi yang namanya masuk ke playlist layanan streaming tersebut otomatis bakal dapat banyak tawaran manggung, karena saat ini banyak festival musik besar yang mengundang musisi, berdasarkan pertimbangan data seberapa banyak orang yang mendengarkan musisi tersebut di Spotify.

Namun dari sekian banyak layanan yang tersedia, yang paling menonjol hingga saat ini tentunya adalah Spotify dan TikTok. Dua platform ini, sangat mempengaruhi peta industri musik populer dan hiburan saat ini.

Industri Musik Digital ‘Membunuh’ Format Album Penuh

Semakin besarnya dorongan gaya hidup mobile yang ditawarkan oleh smartphone dan berbagai aplikasi canggihnya, tentu membuat aktivitas mendengarkan album penuh akan sirna. Ya, tentu kita dapat mendengarkan album penuh di YouTube atau Spotify. Tapi apakah anda benar-benar bisa mengapresiasi album penuh itu seutuhnya? Kapan terakhir anda mendengarkan album musik, dengan khusus meluangkan waktu selama 60 menit, membolak-balik sampul dan kemasan albumnya, tanpa ada distraksi dari ponsel?

Pada tahun 2018 Forbes merilis artikel ‘Album Musik Sudah Mati, Namun Belum Semua Orang Bisa Menerimanya‘. Tentu artikel tersebut akurat, mengingat semakin banyak musisi arus utama saat ini yang memilih untuk tidak merilis album penuh. Kebanyakan dari mereka lebih memilih merilis single-single lepas atau mini-album.

Kapan terakhir kita mendengarkan album musik, dengan khusus meluangkan waktu selama 60 menit, membolak-balik sampul dan kemasan albumnya, tanpa ada distraksi dari ponsel?

Hal ini bisa dilihat melalui tangga lagu Indonesia terbaru 2022 versi Spotify, yang kebanyakan diisi oleh single-single lepas non-album. Contohnya adalah lagu-lagu terbaru dari: Naura Ayu, Betrand Peto Putra Onsu, Keisya Levronka, Fabio Asher, Diskoria, dan lain-lain.

Kemudian, tahun ini di industri musik pop Indonesia juga banyak mini-album yang beredar, salah satunya dari: Risty Tagor, Laleilmanino, Brian Siregar, Putih Abu-abu, dan lain-lain.

Pihak-pihak di industri musik sadar sepenuhnya kalau gaya hidup mobile dan semakin derasnya arus informasi di internet membuat ‘umur’ album jadi tidak panjang; hanya muncul sebentar di playlist Spotify, untuk kemudian digantikan lagi dengan sensasi-sensasi baru yang sedang viral.

Pihak-pihak di industri musik sadar sepenuhnya kalau gaya hidup mobile dan semakin derasnya arus informasi di internet membuat ‘umur’ album jadi tidak panjang;

Di Era Digital, Industri Musik Wajib Beradaptasi

Meski tren musik digital tidak terlalu diminati oleh para penggemar musik generasi baby-boomers dan gen-x, namun pada akhirnya industri musik wajib beradaptasi dengan segala perkembangan teknologi yang ada saat ini, jika ingin tetap bertahan.

“Kehadiran berbagai platform digital harus dimanfaatkan secara optimal oleh musisi,” ujar Chief Digital Officer di Demajors, Aldo Sianturi, di Jakarta (11/8), seperti yang dilansir dari Republika.

Kemenparekraf di situs resminya pada tahun 2021 mengeluarkan artikel yang menulis bahwa Indonesia berada di posisi ketujuh sebagai pasar platform musik digital terbesar di Asia. Pendapatannya pun mencapai 21 juta dolar AS pada 2015.

Braniko Indhyar, General Manager di Asosiasi Industri Rekaman Indonesia (ASIRI), juga mengatakan kalau platform musik digital berperan penting dalam kemajuan industri musik Indonesia.

Lalu, Kemenparekraf di situs resminya pada tahun 2021 mengeluarkan artikel yang menulis bahwa Indonesia berada di posisi ketujuh sebagai pasar platform musik digital terbesar di Asia. Pendapatannya pun mencapai 21 juta dolar AS pada 2015.

Jika Spotify atau TikTok tidak menawarkan keistimewaan dari album penuh, maka beberapa format digital baru bisa dijadikan acuan, yaitu Non-Fungible Token (NFT).

Saat ini telah hadir beberapa platform musik NFT, yang tentunya bisa kita kondisikan bentuk digitalnya dalam format album penuh ketimbang hanya single. Beberapa contoh platform musik NFT yang tersedia: Sound, Pianity, Nina, Decent, Async Art, Catalog, Glass, Mint Songs, Soundmint, OneOf, dan lain-lain.

Jika Spotify atau TikTok tidak menawarkan keistimewaan dari album penuh, maka beberapa format digital baru bisa dijadikan acuan, yaitu Non-Fungible Token (NFT).

Musik Digital Harus Tetap Bisa Dinikmati Secara Khidmat

Perkembangan teknologi memang tidak bisa disalahkan atas perubahan cara orang dalam menikmati musik. Apapun platform-nya, sudah seharusnya para penggemar musik bisa menikmati musik secara khidmat, meski format album penuh tidak lagi populer, serta banyaknya distraksi akibat gaya hidup mobile.

Tapi pertanyaan untuk para musisi dan produser: apakah para musisi rela, musik karyanya dinikmati hanya sebagai latar untuk aktivitas orang-orang?


 

Penulis
Ahmad Taufiqqurakhman
Saya suka musik. Saya juga suka menulis.

Eksplor konten lain Pophariini

Bungareyza Kolaborasi bareng Lafa Pratomo di Single Nomor Satu

Muncul pertama kali dengan materi Tukar Lalu (2023) kolaborasi bareng Dimansyah Laitupa disusul perilisan single “Wahai Tuan” Juli 2024, penyanyi solo kelahiran Bogor, Bungareyza kembali menghadirkan yang terbaru dalam judul “Nomor Satu” bersama label …

Paman Rocky Mendokumentasikan Perjalanan Imajinasi Lewat Single “03.33”

Setelah merilis album mini Pesta Realita bulan Mei lalu, Paman Rocky asal Depok, Jawa Barat siap membawa pendengarnya menyelami kedalaman emosi melalui single terbaru “03.33” yang dilepas 30 September 2024.     Band yang …