Und Bodevan – Everything in 1931
Kamar menjadi bagian penting perjalanan hidup seseorang. Saya ingat betul kejadian-kejadian baik dan buruk di bilik dengan pemandangan langit indah yang pernah saya huni kurang lebih setahun dimulai 2021 hingga 2022. Sayang, lupa berapa nomornya.
Und Bodevan justru ingat betul nomor ruang masa lalunya, apartemen 19-31. Ia menjadikan nomor tersebut bagian dari judul sebuah karya musik untuk mendeskripsikan momen-momen penting selama ia tinggal di sana.
Di album ini, nomor apartemen 19-31 diganti menjadi tahun. Saya pun iseng googling, apa yang terjadi di 1931. Ternyata momen penting bagi pers di Indonesia terbitnya surat kabar Sora Ra’jat Merdika, yang apabila disambungkan, angka tersebut juga bermakna bagi pria bernama asli Alif Mangkunegara ini.
Alif memulai cerita album mini perdana Everything in 1931 dengan lagu pembuka yang membuat saya ingin mencari tau siapa yang mengisi basnya. Mengintip press kit, bunyi yang mengusik itu tercipta dari tangan Rhesa Aditya, tak lain suami Endah Widiastuti yang ikut berperan dalam penggarapan lagu “1931”.
Semua lagu di album ini ditulis oleh Alif sendiri, kecuali “Daydream, Night Thinker” yang dibantu Andre Adrian Rugebregt. Tak hanya Endah N Rhesa yang berkontribusi di album. Ia mengajak Chika Olivia, Tjdika, David Halim dari Littlefingers untuk ikut terlibat.
Dalam penggarapan album, selain nama-nama yang tadi disebutkan. Ada keterlibatan musisi-musisi lain seperti Kalam Mahardika, Bambang Yudowijoyo, Tommy Pratomo, Egy Pratama, Aldi Fachrobby, Aryo Pradana, dan Yoga Bagaspati. Porsi yang besar, tetap Rhesa Aditya.
Saya bukan pendengar lagu-lagu Endah N Rhesa. Tapi mulai mengagumi, saat mereka ikut campur penggarapan single “Should I” milik Gavendri. Memang tak akan sama, saat musisi menggarap karya musik sendiri dengan karya untuk orang lain. Akhirnya, saya menyimpulkan, kagum terhadap musisi bisa datang dari berbagai pengalaman.
Balik membicarakan album ini, nomor keduanya tertulis remastered. Saya berinisiatif mengulik siapa musisi-musisi yang pernah remaster karya musik. Penyanyi Audy melakukan remastered 15 lagu yang sudah pernah rilis untuk album The Best of Audy: 17.
Selain itu, band asal Inggris Blur juga memperdengarkan versi remaster album penuh perdana Leisure di layanan streaming musik, bukan audio dari rekaman pada saat mereka rilis kaset atau CD.
Alif mengambil langkah yang sama dengan melakukan remastered single perdana “Lovemosphere” yang rilis Maret 2022 untuk album ini. Saya tidak mendengarkan perbedaan atau mendapatkan versi mana yang lebih nyaman, mungkin karena bukan ahli audio. Bukan berarti tindakan Alif sia-sia, paling tidak ia tau bagaimana melakukan yang terbaik bagi karyanya.
Demi membangun suasana hati pendengar, urutan lagu dalam sebuah album benar-benar tidak sepele. Sepertinya Alif salah menempatkan lagu “Jatukrama” di urutan yang ke-4, terimpit dua nomor yang bisa saya sebut sebagai lagu disko atau harusnya bukan untuk album ini. Ibarat saya sedang asyik berjoget lagu “Baby I’m Yours” Breakbot di lantai dansa, tiba-tiba yang berikutnya sang DJ memutar lagu “Easy On Me” Adele. Otomatis suasana hati mendadak turun tak bergairah.
Setelah mendadak dibuat sendu, Alif memaksa pendengar untuk kembali bangkit dalam nuansa yang kurang lebih sama dengan lagu ketiga “Glossy Legs”. Lagu hasil kolaborasi dengan Inis dan Shotgundre dalam judul “Daydreamer, Night Thinker” tidak salah, malah jadi penutup yang sempurna.
Karakter vokal Alif jadi tidak spesial, begitu saya teringat suara Atlesta, proyek musik Fifan Christa dari Malang yang juga mengandalkan bunyi keys dan synth untuk sebagian besar karyanya.
Terlepas apa yang diceritakan, album mini Everything in 1931 secara keseluruhan memiliki aransemen musik yang asyik untuk bersantai, kecuali lagu akustik yang tadi saya bilang sebaiknya tidak ada di album. Melihat pemilihan kolaborator bagi album, ini sudah menjadi awal yang wah bagi Und Bodevan.
Artikel Terkait
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
We Are Neurotic Mempersembahkan Album Mini Terbaru Asian Palms
Trio disco dan jazz asal Jakarta, We Are Neurotic menutup tahun 2024 lewat perilisan album mini terbaru yang diberi nama Asian Palms (13/12) bersama C3DO Recordings sebagai label naungan. Album Asian Palms …
Yella Sky Sound System Rayakan 1 Dekade Lewat Album Mini The Global Steppers
Unit dub kultur sound system asal Jakarta, Yella Sky Sound System merayakan satu dekade eksistensi lewat perilisan album mini terbaru bertajuk The Global Steppers (20/12). Dipimpin oleh produser sekaligus selektor Agent K, album mini …