Vlaar – Blekmetal
Black metal hari ini sudah memiliki tempat lebih luas di hati penyuka musik cadas, meski tentu tidak semasif sub-genre metal lainnya. Kehadiran band-band seperti Deafheaven dan Alcest yang memberikan pembaruan pada genre tersebut boleh jadi salah satu alasan, mengapa musik mengerikan ini bisa lebih mudah diterima oleh kuping awam.
Para metalhead lokal juga tak luput dari fenomena yang serupa. Di mana band-band gaul yang membawakan black metal, awalnya mereka terkesan ‘norak’ membawa genre ini dengan segala ornamen setan lokal yang diusung oleh band black metal kabupaten perlahan mengharumkan sebuah genre.
Tak percaya? Coba lihat berapa banyak anak remaja usia tanggung yang kerap mengangkat tangan dan melakukan pose ‘tangan akar’ saat diajak berfoto.
Di tengah popularitas yang didapatkan sama genre ini, Vlaar, band yang mengaku datang dari desa Svkatani muncul dengan album baru. Tidak tanggung-tanggung, mereka membubuhkan judulnya, Blekmetal.
Album Blekmetal secara komposisi musik konsisten menghadirkan kombinasi thrash metal, punk, dan rock n roll seperti album perdana mereka yang sebelumnya, S.A.T.RV. Tampak stagnan, namun jika bicara konteks seperti jabaran di paragraf sebelumnya, album ini seperti ingin mengembalikan genre black metal kepada fitrahnya dengan mengusung 3 genre yang mendasari musik black metal.
Vlaar dengan apik berhasil mengingatkan kembali gaya musik band-band proto-black metal seperti Venom, Celtic Frost, hingga Motorhead. Mentah, ngebut, dan angker, tiga kata yang tepat untuk menggambarkan musik Vlaar, secara khusus album Blekmetal.
Saya juga ingin memberikan pujian kepada sang vokalis, Kvli Arit yang mampu melakukan scream melengking, namun lirik yang disampaikan tetap bisa terdengar dengan jelas di telinga. Paling tidak telinga saya.
Dalam penulisan lirik, Vlaar tidak membahas satanisme, okultisme, dan tema-tema kegelapan dengan cara biasa-biasa saja di album. Sekali lagi, Kvli Arit berhasil memukau saya. Ia dengan cermat mampu menyambungkan diksi dari tema-tema yang disebutkan di atas dengan cerita kehidupan sehari-hari. Tentunya dengan kejenakaan yang menjadi ciri khas mereka.
Meskipun jenaka, album ini juga bisa membuat saya merenung karena cerita yang mereka angkat terasa nyata dan dekat. Seperti lagu “Sang Mvsisi Andergron” dan “Satanikasbon” yang mewakili keresahan para musisi yang belum bisa memiliki hidup layak dari penghasilan bermain musik.
Vlaar juga membuktikan, bahwa meski sekilas tampak gahar dengan segala attitude fuck everything-nya, mereka tetap mengikuti kejadian yang ramai di masyarakat. Hal itu terangkum dalam “Caleg Pvnk” dan “Walikota Blekmetal”, dua lagu seputar fenomena politik yang kadang tak masuk akal.
Mereka juga tak takut mengolok-olok band black metal lain, seperti yang bisa disimak di lagu “Di Bawah Sinar Rembvlan” dan “Lagv Blekmetal”. Dua lagu ini seperti membeberkan sisi lain dari band-band black metal sok seram menurut pandangan band.
Saya memutuskan untuk memilih “Gvrv Honorer” dan “Sumpah Darah” menjadi 2 lagu terfavorit dari 9 lagu yang terdapat di album. Untuk lagu “Gvrv Honorer” alasannya sederhana. Lagu ini menceritakan sulitnya kehidupan guru honorer dalam mengemban tugas, yang membuat saya ingin mengucapkan maaf kepada guru-guru saya semasa sekolah.
Lagu “Gvrv Honorer” juga memiliki penggalan lirik yang cukup menggelitik. Siapa yang tidak tertawa saat mendengar Kvli Arit meneriakkan lirik “Mengajar fisika dan juga matematika. Menghadapi siswa yang kadang seperti setan.” dan “Aku tak takut setan. Isi dompetku lebih satanis.”
Trek terakhir di album berjudul “Sumpah Darah” ternyata yang paling sering saya ulang saat mendengarkan sang album. Sebagai lagu yang hadir dengan lirik paling ‘kvlt’, “Sumpah Darah” menjadi satu-satunya lagu yang dinyanyikan dengan vokal clean, yang malah menambah kesan gelap liriknya, serta memiliki unsur nostalgia heavy metal 90-an yang kental.
Anehnya, saat pertama kali mendengar lagu “Sumpah Darah”, saya malah terbayang suasana intro lagu-lagu anime Jepang versi bahasa Indonesia yang sering diputar Minggu pagi di TV swasta saat saya masih kecil.
Vlaar dengan membawa album Blekmetal berhasil membuktikan, bahwa genre segelap black metal bisa menjadi kendaraan untuk menyampaikan kritik sosial dengan penuh humor dan tidak terlalu serius. Album berhasil memberikan edukasi tentang akar musik black metal dengan ciamik.
Untuk mengakhiri ulasan ini, izinkan saya mengutip lirik “Sumpah Darah”.
“Tak akan aku ingkari. Jiwaku hanyalah untukmu. Padamu Sang penguasa malam.”
Hail Vlaar!
Artikel Terkait
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
5 Alasan rumahsakit Enggak Bubar
Dalam perhelatan Kabar Bahagia: 30 Tahun Perjalanan rumahsakit beberapa waktu lalu, kami sempat bertemu dan berbincang dengan para personel rumahsakit di balik panggung hari Sabtu (14/12) di Bali United Studio, Jakarta Barat. Selain membahas …
Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota
Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …