Wawancara Eksklusif Ecang Live Production Indonesia: Panggung Musik Indonesia Harus Mulai Mengedepankan Safety
Seperti tahun-tahun sebelumnya, Pophariini masih banyak menghadiri dan meliput berbagai festival musik di sepanjang tahun ini. Dari sekian banyak pergelaran yang kami datangi, ada satu kesamaan yang disadari yaitu kehadiran Live Production Indonesia.
Live Production Indonesia merupakan konsultan produksi untuk promotor dan penyelenggara acara. Perusahaan ini dibangun oleh Ezar Pramananda Darnadi atau akrab disapa Ecang bersama Houwdy Boenadi.
Kami sempat menghubungi Ecang hari Rabu (25/12) via WhatsApp untuk menanyakan seputar kiprahnya di industri hiburan bersama Live Production Indonesia.
Ecang bercerita, ia memulai karier di bidang ini tahun 2001 sebagai Stage Manager untuk teater dan acara kesenian seperti JakArt, Nusantara Symphony Orchestra, dan Onrop Musical.
Setelah 13 tahun menjalani bidang tersebut, Ecang akhirnya membentuk Live Production Indonesia (2014) mengambil peran sebagai Technical Director. Selama 10 tahun, Ecang bersama LPI sudah menangani berbagai festival musik seperti Djakarta Warehouse Project, We The Fest, Ultra Beach Bali, Sunny Side Up Fest yang diadakan Ismaya Live, dan Joyland Festival Jakarta besutan Plainsong Live.
View this post on Instagram
Selain festival, LPI juga pernah terlibat dalam produksi konser Bruno Mars (2014), Big Bang MADE Tour (2015), Music Bank (2013, 2017), konser Raisa di GBK (2023), konser Blackpink (2023), serta tur 5 kota konser Sheila On 7 dan tur 5 kota konser MALIQ & D’Essentials (2024).
Dengan segudang pengalamannya, kami ingin tau lebih jauh tentang pandangan Ecang seputar industri hiburan Indonesia di masa sekarang. Simak perbincangannya di bawah ini.
Apa saja jasa yang ditawarkan Live Production Indonesia sebagai production consultant company?
Technical Consultant, Stage and Production Team, Stage and Lighting Design, dan Show Design.
Walaupun jasa yang dipakai biasanya gue by request aja. Gue selalu nanya ke klien keperluannya apa untuk konser ini. Misalnya kalau konser one off show kayak Arctic Monkeys atau artis K-Pop, biasanya tuh lebih ke Technical Consultant sama Production Team. Tapi, kalau festival biasanya whole package.
Terus kalau konser-konser artis Indonesia kayak Sheila On 7, MALIQ, Dewa, atau Raisa biasanya dari production, stage design, lighting, stage management tim itu dari LPI.
Memiliki banyak klien promotor atau penyelenggara pertunjukan dan acara. Bagaimana LPI mempertimbangkan untuk menerima sebuah tawaran kerja sama?
Kami gak pilih-pilih untuk kerja sama dengan siapa saja, selama secara timeline masuk dan klien cocok dengan sistem kerja yang LPI tawarkan. Secara prinsip, siapa pun kami pasti kerjain.
Kalau sistem kerja, mungkin pas kerja sama promotor gue melihat chemistry kali ya. Kami cocok gak nih pas ngobrol. Biasanya kan ada promotor baru yang kontak, gue pasti minta ngobrol dulu. Mereka keperluannya apa, maunya gimana, kalau memang cocok ya jalan.
Makanya, kami gak semuanya sikat-sikat aja. Ngobrol dulu biasanya. Kalau ternyata pas udah jalan ternyata gak cocok, ya sudah. Gak cocok macam-macam sih, baik secara budget dan sistem kerja, itu mungkin masuk dalam pertimbangan juga.
Pas ngerjain event kan tujuan kami untuk menjadikan event berhasil sesuai keinginan promotor atau siapa pun itu. Jadi kami berjalan bareng aja. Tujuan gue semata-mata buat event berhasil dengan cara yang LPI tawarkan. Lebih ke situ mungkin arahnya ya.
Jika berbicara tentang panggung musik Indonesia dilihat dari berbagai sudut pandang. Apa sebenarnya kemajuan yang sudah terjadi dan yang masih perlu diperbaiki?
Panggung musik Indonesia kalau dari segi produksi dan kreativitas sudah berkembang banget. Konser-konser produksi musisi dalam negeri banyak banget, dari skala kecil sampai stadium size show seperti Raisa, Dewa, SO7 dengan kualitas yang world class menurut gue.
Sedangkan yang mesti diperbaiki tentunya masih banyak, tapi menurut gue harus selalu dikedepankan mengenai safety karena masih sering gue lihat yang menomorduakan safety saat membangun sesuatu.
Indonesia yang secara regulasi keamanan segala macam masih sangat kurang, tapi kalau dilihat banyak juga kejadian di luar negeri, tiba-tiba ada panggung roboh lah. Jadi harus bekerja sama dengan vendor yang juga mengerti dan mengedepankan safety. Tentunya tim produksi juga harus mengerti bagaimana suatu struktur bangunan temporary itu bekerja, perhitungannya bagaimana, supaya terhindar dari hal-hal kayak gitu, karena bukan cuma nyawa artis atau pekerja di panggung tapi ada penonton dan nama baik promotor.
Jadi memang itu yang harus selalu kita kedepankan, nomor satu. Tentu bekerja sama dengan pelaku-pelaku industri yang punya standar safety tinggi harus dikedepankan.
Ini juga biar ekosistemnya ikut berkembang, jadi yang lain juga melihat bahwa ini gak main-main bikin panggung. Bukan cuma sekadar pasang, taruh lampu, taruh sound system, nyala, udah beres gitu. Tapi ada hal-hal lain, terutama keamanan yang harus dipikirkan di awal.
Bagaimana pendapat tentang industri musik Indonesia saat ini?
Industri musik di Indonesia saat ini sangat maju dalam hal kualitas musiknya, begitu juga dengan kualitas produksinya yang juga sudah oke banget. Bahkan musisi-musisi Indonesia sudah berani untuk bikin konser sendiri dengan skala produksi yang gak main-main.
Untuk festival musik juga masing-masing punya warna sendiri ya. Joyland dengan warna mereka yang sangat family friendly dan kenyamanan semua orang, We The Fest dengan lineup yang gak gampang buat kami handle secara festival, DWP yang tahun ini ada Anyma, Pestapora dengan lineup seabrek, Synchronize dengan special show yang lumayan rumit secara produksi. To name a view, mereka punya kelebihan masing-masing yang sangat menarik untuk kami kerjakan. Kami suka banget yang, ‘Semakin sulit, ayo kita kerjakan’ [tertawa]. Soalnya kalau gampang, orang lain bisa [tertawa].
Apa yang harus dipersiapkan seseorang yang ingin kerja di bidang yang sama dengan Mas Ecang?
Hmm… Pengetahuan sih pastinya ya, yang sekarang sudah jauh lebih mudah untuk mendapat informasi atau ilmu, baik dari buku, internet, dan lain-lain. Dan tentunya kemampuan untuk bekerja sama dengan orang-orang karena di lapangan lo akan dan harus bekerja sama dengan orang-orang lain yang mungkin lebih tau daripada lo. Open your mind aja, jangan sotoy dan gak mau dengerin orang lain. Kecuali lo yang udah paling tau segalanya. The more you know, the less you know.
Artikel Terkait
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
We Are Neurotic Mempersembahkan Album Mini Terbaru Asian Palms
Trio disco dan jazz asal Jakarta, We Are Neurotic menutup tahun 2024 lewat perilisan album mini terbaru yang diberi nama Asian Palms (13/12) bersama C3DO Recordings sebagai label naungan. Album Asian Palms …
Yella Sky Sound System Rayakan 1 Dekade Lewat Album Mini The Global Steppers
Unit dub kultur sound system asal Jakarta, Yella Sky Sound System merayakan satu dekade eksistensi lewat perilisan album mini terbaru bertajuk The Global Steppers (20/12). Dipimpin oleh produser sekaligus selektor Agent K, album mini …