Wawancara Eksklusif Kossy Ng dan Dimas Ario Spotify: Edukasi Stream dan Musik Berbayar Masih Jadi Tantangan Besar
Saat menentukan apa saja yang ingin diangkat untuk KaleidosPOP 2024, tim redaksi Pophariini langsung berpikir soal keberadaan platform streaming musik yang menjadi salah satu tolok ukur kesuksesan perjalanan band dan musisi di era ini.
Ada berbagai platform streaming musik yang ada di Indonesia, bahkan dunia yang tidak dipungkiri sudah menghiasi kehidupan para pendengar untuk bisa mendengarkan musisi favorit mereka atau bahkan jadi menemukan banyak nama baru secara praktis.
Saat ini platform Spotify menjadi nama layanan streaming musik yang familiar karena banyak digunakan musisi Indonesia untuk mempromosikan karya mereka. Tentu juga dengan harapan agar bisa didengarkan oleh semua orang di seluruh dunia.
Kami berinisiatif mewawancarai Kossy Ng selaku Head of Music Spotify South East Asia dan Dimas Ario selaku Lead Editor Spotify Indonesia untuk mendapatkan informasi tentang bagaimana kinerja Spotify dalam mendukung industri musik Indonesia.
Simak langsung di bawah ini.
Sejak kapan Spotify Indonesia berdiri?
Kossy: Saya ingat dengan jelas, kami masuk ke Indonesia di tahun 2016. Saat itu kami merupakan salah satu platform streaming besar pertama yang diluncurkan di Indonesia. Sejak hari pertama tujuan kami belum berubah untuk mewakili dan mendukung musisi lokal dan industri musik. Selama bertahun-tahun kami selalu mencoba untuk menyajikan pengalaman platform streaming terbaik bagi para pengguna kami di Indonesia yang saat ini menjadi salah satu pasar terbesar untuk musik juga podcast dan penting bagi kami.
Apa yang membuat Spotify tertarik untuk masuk pasar Indonesia?
Kossy: Saya pikir Indonesia adalah kunci untuk ekspansi ke Asia Tenggara. Kami mulai di Singapura dan Malaysia di tahun 2014, lalu Filipina dan diikuti oleh Indonesia yang merupakan pasar terbesar di wilayah itu dengan penetrasi internet selulernya yang besar serta generasi muda yang memiliki minat besar di musik. Jelas bahwa saat ini Indonesia adalah salah satu negara dengan komunitas fans terbesar untuk K-Pop dan musik internasional. Bisa dilihat banyak musisi internasional yang top streams-nya ada di Jakarta. Itu adalah salah satu motivasi kami untuk memasuki pasar tersebut.
Dan saya rasa hal lainnya tentu saja Indonesia punya banyak sekali talenta musik yang beragam. Untuk itu kami ingin punya kesempatan dan terus berupaya bisa mendukung talenta-talenta tersebut.
Ketika masuk ke Indonesia kami juga berupaya memberikan dampak ke para artis dan kreator yang ada di sini. Kami dukung ekosistemnya, amplify para talent, kami hubungkan dengan para pendengar yang tidak cuma di Indonesia lewat beberapa inisiatif. Bahkan jika kita melihat kembali ke informasi di acara Loud & Clear bulan Juli kemarin, 2/3 royalti musisi Indonesia itu berasal dari pendengar yang ada di luar Indonesia. Itu adalah dampak yang kami lihat selama bertahun-tahun.
Bagaimana keberadaan layanan streaming musik saat ini? Apa kelebihan dan tantangannya?
Kossy: Sebagai sebuah platform, kami selalu menyesuaikan aksesibilitas untuk artis dengan menurunkan barier-barier yang ada. Jadi banyak dari mereka, entah itu yang established atau emerging punya kemampuan untuk membuat, mengamplifikasi, dan mendistribusikan karya mereka secara global. Hal tersebut membuat lebih banyak lagi musik untuk ditemukan. Kami juga melihat konsumsi musik menjadi lebih beragam, tidak hanya nama-nama besar, namun banyak juga musisi emerging yang mendapatkan kesuksesan, yang mana sangat menyenangkan untuk kami. Karena kami juga sudah bertahun-tahun bertumbuh di Indonesia, kami melihat genre lokal seperti lagu Jawa meningkat dalam jumlah streams.
Saya rasa kami juga berkembang seiring waktu sebagai sebuah produk. Tidak hanya menjadi sebuah platform musik yang pasif, namun lebih interaktif dan terintegrasi dengan platform sosial untuk mendapatkan keterikatan dengan generasi pengguna yang beragam. Itu adalah salah satu tantangan bagaimana kami membuat pengalaman yang menarik dan personal agar pengguna bisa terus mendapatkan musik-musik baru di platform ini. Karena tantangan tersebut, kami juga merasa penting untuk mengikuti perkembangan zaman.
Tantangan terbesar lainnya adalah edukasi. Walaupun kami sudah beredar di pasar cukup lama, namun masih banyak edukasi yang harus dilakukan untuk bagaimana platform streaming ini bisa membantu kreator meraih dan mempertahankan karier mereka, karena beberapa dari mereka belum melihat layanan streaming bisa melakukan itu, terutama bagi mereka yang di luar Jakarta. Dari sisi audience juga bagaimana mengedukasi bahwa dengan melakukan stream dan membayar untuk musik bisa mendukung para musisi secara jangka panjang. Edukasi masih menjadi tantangan besar buat kami.
Apakah lagu yang masuk ke dalam daftar putar (playlist) bisa membantu band atau musisi mencapai target pendengarnya?
Dimas: Sebenarnya playlist di Spotify itu fungsinya sebagai fitur yang terkurasi, di mana pendengar dapat mendengar musik baru yang sesuai dengan selera dan minat mereka, baik dalam hal genre atau mood. Playlist-playlist tersebut dirancang dengan cermat untuk memenuhi segala kebutuhan itu dan memastikan bahwa artis-artis itu dapat terhubung dengan audience yang tepat.
Kalau dicek di browse kami ada beberapa hub di situ. Bisa dilihat seperti hub musik Indonesia yang mana ada berbagai playlist lagu-lagu musisi lokal dengan berbagai kategori mulai dari playlist untuk mood seperti Semangat Pagi, bahkan sampai playlist untuk sampai rumah yang ingin rebahan, kami juga ada. Itu semua bisa memenuhi kebutuhan pendengar.
Begitupun juga buat penggemar musik berbagai genre, kayak misalnya penggemar hip hop, kami punya Hip Hop Indo. Penggemar jazz, kami punya Jazz Anak Negeri. Di situ kami berusaha jadi salah satu cara untuk user discover artis baru.
Walaupun kita ada di Indonesia, tapi karena Spotify adalah global brand, dan playlist itu adalah bagian dari ekosistem global, jadi itu bisa menggerakan musik lintas negara. Salah satu contohnya adalah Thee Marloes, artis Indonesia yang bisa dapat exposure internasional, itu berangkat dari playlist kami juga.
Apa pertimbangan Spotify dalam menentukan/mengkurasi lagu-lagu ke playlist?
Dimas: Proses kurasi ini kami menyebutnya perpaduan antara art and science. Kalau dari sisi science tentunya kami punya banyak sekali data, itu adalah gabungan antara cultural expertise. Jadi para editor-editor di market Indonesia dan berbagai negara lain, semua rata-rata emang expert di kultur masing-masing, dan juga kombinasi dengan membaca data. Dari performa lagu di platform, bagaimana relevansi terhadap perkembangan tren dan juga kultur secara keseluruhan.
Jadi kombinasi kreativitas dan juga berbagai keputusan berbasis data ini yang membuat playlist kami jadi relevan, menarik, dan sebisa mungkin inklusif untuk seluruh audience di dunia, gak cuma Indonesia.
Kami juga selalu ingin menampilkan berbagai representatif gitu, apalagi di Indonesia, dengan beragamnya suku di berbagai kota yang gak cuma Jakarta. Musiknya juga sangat beragam. Melalui playlist, kami ingin menampilkan keragaman itu. Jadi kayak snapshot musik Indonesia tuh seperti apa sih? Kayak ada ekosistem playlist indie Indonesia, jadi kalau orang mau ngecek musik indie Indonesia kayak apa, bisa lihat di ekosistem playlist kami, ada IndieNesia, Skena Gres, Memorindie, dan Gelombang Alternatif.
Juga lagu-lagu Jawa yang sempat disebut, karena kami juga melihat secara nyata sangat baik gitu. Di situ juga kami coba menampilkan keragaman lagu Jawa itu di ekosistem yang ada. Kami ada playlist Ambyar untuk lagu-lagu Jawa yang sedih, atau Boso Jowo yang lebih menampilkan lagu Jawa populer saat ini.
Jadi kami juga mengedepankan kurasi dari manajerial kami dan perpaduan dari teknologi yang Spotify ciptakan sejauh ini.
Menurut data Spotify, genre musik apa yang paling populer di Indonesia?
Dimas: Sebenarnya yang masih mendominasi udah pasti pop. Bisa lokal dan juga internasional. Kayak tahun ini kalau dilihat dari acara Spotify Wrapped Live Indonesia kemarin, artis-artis dari laporan yang kami tampilkan saat itu juga cerminan genre-genre yang populer saat ini. Di musik pop lokal ada Bernadya yang jadi lagu dan artis lokal teratas Indonesia saat ini. Untuk pop internasional, seperti yang pernah kami sampaikan bahwa Indonesia dan Filipina jadi ‘trigger market’ untuk musisi internasional, itu salah satu bukti juga musik pop internasional kayak Henry Moodie yang lagu internasional teratas di Indonesia. Taylor Swift juga masih menjadi artis internasional teratas di Indonesia dan global. Musik pop secara overall masih mendominasi.
Di luar itu juga, ada genre-genre lain yang memang kami lihat perkembangannya sangat baik dan bisa tercermin dari hasil Wrapped kemarin. Kalau dilihat dari event Indienesia, itu juga salah satu bukti bahwa musik indie di Indonesia saat ini sangat baik dan banyak artis indie yang bisa crossover seperti tadinya cuma ‘anak skena’ yang dengerin, sekarang bisa lebih mainstream. Kayak tahun ini Bilal Indrajaya salah satu buktinya ya. Dari skena, akhirnya bisa lebih luas pendengarnya.
Musik indie Indonesia pertumbuhan konsumsinya besar banget. Ada pertumbuhan sebesar 78%, yang mana juga salah satu cerminan bahwa musik indie juga jadi salah satu genre teratas di Indonesia saat ini.
Selain itu juga tentunya, pop Jawa terus meningkat nih sampai akhirnya kayak sekarang. Tahun ini ada Denny Caknan sebagai salah satu artis pria teratas di Spotify dan datang dari genre pop Jawa. Lalu ada NDX AKA yang jadi salah satu grup teratas di Wrapped kemarin. Ada juga lagu “Wirang” dari Guyon Waton yang di Wrapped Live tahun ini jadi lagu teratas di kategori Ambyar.
Itu sih paling yang sangat signifikan perkembangannya sebagai genre.
Apakah band atau musisi Indonesia sudah memanfaatkan Spotify secara maksimal untuk mempromosikan musik mereka?
Kossy: Tentu saja kami memberikan akses buat para musisi dan band untuk tau bagaimana performa karya-karya mereka di Spotify. Dan itu membantu para artis untuk mempersiapkan tur mereka sampai menentukan setlist juga.
Lewat Spotify for Artist, mereka juga bisa pitching lagu mana yang mau di-include sama editor ke dalam playlist-nya. Jadi banyak manfaat Spotify for Artist ini buat para musisi dan band untuk memaksimalkan karyanya.
Para artis juga bisa memanfaatkan fitur-fitur yang lebih visual seperti menyertakan klip, canvas, video musik, bahkan bisa share jadwal tur, merchandise lewat Spotify for Artist. Jadi segalanya sudah ada, tinggal bagaimana para artis ini bisa tau dan memanfaatkan itu supaya bisa menjangkau pendengarnya.
Untuk para artis, cukup banyak dari mereka yang sudah memanfaatkannya. Namun karena kami selalu berkembang dengan fitur-fitur yang baru, kami juga mencoba membuat artis-artis ini untuk mulai lebih banyak menggunakannya karena kami juga baru merilis fitur tersebut belum lama ini. Akan selalu ada sesuatu yang baru untuk mereka gunakan. Jadi menurut saya, kami akan selalu memaksimalkan fitur-fitur ini untuk para artis.
Bagaimana kontribusi Spotify terhadap pertumbuhan industri musik Indonesia?
Kossy: Saya pikir kami sudah melakukan banyak inisiatif di Indonesia untuk mendukung musisi lokal. Satu hal yang kami sangat banggakan adalah program musik global kami yang namanya RADAR, seperti yang kita ketahui mendukung artis emerging dari Indonesia, dan itu memang niat kami. Kami melihat banyak kesuksesan dari RADAR seperti Bernadya yang dulunya merupakan artis RADAR. Saya pikir ini cara kami untuk memberikan kesempatan kepada mereka yang baru memulai karier dan membangun jangkauan yang lebih luas. Ada juga program bernama EQUAL, di mana kami juga memberikan sorotan untuk musisi perempuan.
Dari semua campaign brand kami selalu konsisten menampilkan hal-hal lokal. Dan jika dilihat dari acara Spotify Wrapped Live Indonesia kemarin, yang merupakan tahun kedua acara tersebut, itu juga merupakan salah satu cara kami secara konsisten menampilkan dan mendukung musik serta artis Indonesia. Data Wrapped kami tahun ini, semua posisi teratasnya kebanyakan musisi lokal. Bernadya dapat lagu dengan stream nomor satu dan itu cukup menjelaskan bagaimana kami menyokong pertumbuhan industri musik Indonesia.
Melihat juga kepada tren musik indie seperti yang disebutkan Dimas tadi, tahun ini kami juga sempat bekerja sama dengan Krapela untuk menghadirkan IndieNesia Night dengan menampilkan musisi-musisi indie dari wilayah berbeda. Jadi saya pikir ini cukup memiliki tujuan bagaimana kami bekerja dengan musisi, tidak hanya dari Jakarta namun juga dari Indonesia Timur sampai Sumatera untuk menunjukkan keberagaman musik Indonesia, dan saya pikir hal ini juga membantu pertumbuhan musik Indonesia di platform ini. Seperti Lagu Jawa, Guyon Waton ada di salah satu campaign kami tahun lalu untuk menunjukkan berbagai macam musik berbeda.
Jika dilihat secara keseluruhan, musisi Indonesia juga banyak di-stream di luar negeri yang memang merupakan tujuan kami, di mana kami mengekspor musik Indonesia seperti Singapura dan Malaysia. Itu mengapa saat acara Loud & Clear dijelaskan bahwa royalti mereka berasal dari luar Indonesia.
Jadi kami merasakan pertumbuhan di Indonesia, yang bisa dilihat dari sekitar 60% susunan chart Indonesia adalah musisi lokal. Kami juga membantu para musisi mendapatkan pendengar dari luar Indonesia.
Dimas: Usaha-usaha kami untuk memperkenalkan berbagai macam genre itu juga akhirnya kan tercermin di data Wrapped, yang mana itu kan benar-benar hasil dari apa yang didengarkan selama setahun ini sama masyarakat Indonesia. Dan tahun ini benar-benar luar biasa karena kelihatan banget variasi genre-nya muncul di data kemarin. Kalau dulu mungkin lebih banyak didominasi musik pop doang gitu, tapi sekarang indie dan pop Jawa juga masuk di Top Artist dan Song. Itu jadi cerminan gimana sekarang kontribusi masyarakat Indonesia dalam mengonsumsi beragam genre yang populer di Spotify.
Artikel Terkait
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
We Are Neurotic Mempersembahkan Album Mini Terbaru Asian Palms
Trio disco dan jazz asal Jakarta, We Are Neurotic menutup tahun 2024 lewat perilisan album mini terbaru yang diberi nama Asian Palms (13/12) bersama C3DO Recordings sebagai label naungan. Album Asian Palms …
Yella Sky Sound System Rayakan 1 Dekade Lewat Album Mini The Global Steppers
Unit dub kultur sound system asal Jakarta, Yella Sky Sound System merayakan satu dekade eksistensi lewat perilisan album mini terbaru bertajuk The Global Steppers (20/12). Dipimpin oleh produser sekaligus selektor Agent K, album mini …