Dendang Yarra Irama Lewat Single Perdana Touch On yang Bikin Joget

May 21, 2025

Melbourne bukan cuma soal kopi flat white atau cuaca yang susah ditebak. Sekarang, kota ini juga rumah bagi dentuman kendang ketipung yang dibawa oleh Yarra Irama, band dangdut asal Australia yang merilis single perdana “Touch On” akhir April 2025.

 

 

Yarra Irama yang awalnya hanya berlima yaitu Michael H. B. Raditya (Mikel), Raudhatul Jannah, Reza Dien, Mitchell Mollison, dan John Cheong-Holdaway. April lalu, mereka mengumumkan kini bersembilan. 

 

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Yarra Irama (@yarrairama)

 

Single “Touch On” bukan sekadar lagu dangdut biasa. Trek ini adalah eksperimen berani yang memadukan irama dangdut klasik lengkap dengan cengkok khasnya, lalu digoyang dengan elemen koplo, punk, psikedelik, bahkan dance music. Hasilnya? Satu komposisi yang cukup nyentrik buat bikin pendengar angguk-angguk kepala.

Secara cerita, lagu tersebut memotret momen super detail, cinta pandangan pertama yang kandas di dalam trem Melbourne gara-gara satu dari mereka enggak sempat touch on, istilah lokal buat tap kartu saat naik trem, yang bikin salah satu dari mereka harus turun, dan membuat momen manis terpaksa sirna. Tapi si tokoh dalam lagu ini enggak menyerah. Ia berjanji bakal nunggu di pemberhentian trem yang menjadi tempat terakhir pertemuan. Nyesek, tapi manis.

Dan seperti tradisi lagu dangdut suka memainkan makna ganda, “Touch On” juga mengusung multitafsir, bisa berarti ‘menyentuh’ secara literal, atau ‘tap on’ ala kartu transportasi. Cerdas, lucu, sekaligus personal, terutama buat warga Melbourne atau siapa pun yang pernah ngerasain cinta secepat perjalanan satu halte.

Secara produksi, Yarra Irama enggak main-main. Mixing dan mastering ditangani Myles Mumford, yang direkam di Rolling Stock Recording Rooms, lengkap dengan artwork buatan Cris Redden dan Ruby Healey.

Videoklip lagu digarap serius, bersama Chris Redden sebagai editor, Emil Raji sebagai videografer, dan menampilkan Ari Angkasa, Yasmin Middleton, dan Martin Fatmaja sebagai model.

Simak langsung di bawah ini.

 

Dengan segala keberaniannya membaurkan genre dan mengangkat fenomena lokal jadi sesuatu yang relatable dan jenaka, Yarra Irama membuktikan bahwa dangdut bisa tumbuh bahkan jauh dari Indonesia. Ini bukan cuma soal musik, tapi juga soal identitas.



Penulis
Muhammad Shidqi Aldiansah
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Eksplor konten lain Pophariini

Akselerasi Kreatif Musik Kemenekraf Dukung Kolaborasi Metal dan Rapai di Aceh

Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemenekraf) melalui program Akselerasi Kreatif Musik mempertemukan band metalcore Killa The Phia dengan komunitas musik tradisi Rapai Pasee Raja Buwah untuk sebuah kolaborasi yang membuktikan musik keras dan musik akar bisa …

5 Band Wonosobo Pilihan Budi TWL Youthfall

Dari sekian materi yang rilis setiap minggunya, masih banyak band-band dari berbagai kota di Indonesia yang belum masuk radar Pophariini. Melalui program Irama Kotak Suara, kami meminta vokalis band pop punk asal Wonosobo Youthfall, …