16 Pertanyaan: Hanin Dhiya
Jika dihitung dari awal kariernya saat mengikuti ajang pencarian bakat, Hanin Dhiya sudah memasuki usia satu dekade perjalanan bermusik tahun ini. Tak sedikit karya yang dihasilkan olehnya termasuk album penuh Jangan Sampai Pasrah di tahun 2021 lalu.
Hanin memang senang bernyanyi sejak ia masih berusia 3 tahun. Orang tua Hanin Dhiya menyadari hal tersebut dan sangat mendukung dirinya untuk mengikuti berbagai kompetisi menyanyi.
Setelah berhasil masuk tiga besar ajang pencarian bakat di usia 14 tahun, Hanin berkesempatan menandatangani kontrak dengan manajemen artis dan Warner Music Indonesia sebagai label musik tempat ia bernaung.
“Aku sempat bingung mau ngapain lagi setelah ajang pencarian bakat itu selesai, karena saat itu kan enggak langsung bikin single atau apa pun. Akhirnya, untuk mengisi kegiatan dan menyalurkan hobi, aku mulai buat video di YouTube. Sebetulnya, aku nyanyi iseng-iseng saja. Tapi, entah kenapa di tahun 2016 orang-orang mulai notice sama videoku. Orang-orang mulai kenal aku, dan dari sana aku mulai merilis lagu orisinal,” kata Hanin mengenai awal perjalanan bermusiknya.
Begitu orang-orang mengenal dirinya, ia mengeluarkan album pertama di tahun 2018. Semenjak itu pula ia mulai mengerti tentang kemauannya. Terutama musik apa yang mau dipersembahkan hingga kembali menghadirkan single baru “Love Language” Februari 2022 sebagai penanda Hanin yang baru untuk ke depannya.
“Aku akan terus mencari dan membuat sesuatu yang baru untuk musikku. Jadi, ke depannya aku akan bawakan warna musik yang sedikit berbeda dari sebelumnya. Aku juga sedang menyiapkan 3 lagu lagi untuk masuk di EP yang rencananya akan rilis tahun ini. EP ini akan jadi sesuatu yang cukup personal buatku, karena setiap lagunya aku tulis berdasarkan apa yang pernah aku lewati,” ungkapnya.
Sambil menjalani karier bermusik, Hanin juga masih berkuliah di Universitas Pakuan Bogor. Ia mengambil jurusan Sastra Indonesia karena tidak berniat meneruskan kuliah musik klasik lagi seperti yang dilakukan teman-temannya di SMK.
Ketertarikan Hanin terhadap Sastra Indonesia berlangsung saat ia mulai sering membaca apapun yang berkaitan dengan Bahasa Indonesia termasuk puisi di akhir menuju kelulusan sekolah.
“Awalnya kesal, karena aku sama sekali enggak paham soal puisi. Tapi, lama-lama jadi penasaran, aku jadi cari tahu. Mulai dari karyanya, lalu ke penyairnya, sampai lama-lama baca sejarahnya. Dari sana jadi suka baca, terpikir untuk masuk kuliah jurusan Sastra Indonesia karena mau tau lebih lanjut soal segala sesuatu yang berkaitan dengan karya sastra itu sendiri. Bagaimana proses penciptaan dan analisis karyanya. Aku nggak expect ternyata hal itu membantu aku dalam bermusik juga,” tutup Hanin Dhiya.
Simak 16 jawaban Hanin Dhiya untuk pertanyaan-pertanyaan yang kami ajukan berikut ini:
1. Tujuan wisata yang masih kamu inginkan namun belum tercapai sampai hari ini?
Jujur, enggak ada. Karena pada dasarnya aku kurang suka pergi-pergian untuk berwisata. Aku lebih senang di rumah [tersenyum].
2. Kamu merasa lebih dekat sama Ayah atau Ibu? Jelaskan!
Aku dekat dengan keduanya, enggak bisa miih sih. Karena, mereka berdua selalu punya porsinya masing-masing untuk mengisi. Misal, kalau sama Bunda aku dekat banget karena sering sharing soal apapun yang berkaitan sama kehidupan sehari-hari, atau pengalaman Bunda waktu muda dulu, dan masih banyak lagi. Kalau sama Ayah, aku ngobrol banget soal musik, soal pekerjaan, soal pengalaman, dan lain-lain. Pokoknya, Bunda atau Ayah sama saja. Sama-sama tempat untuk aku cerita, tukar pikiran, dan berbagi sudut pandang.
3. Sebutkan 3 pendapatmu soal Tuhan?
Tuhan itu mutlak.
Tuhan selalu baik.
Tuhan itu dekat.
4. Kapan kamu terakhir kali merasa patah hati?
Tahun lalu.
5. Menurut kamu apa yang terbaik dari kota asalmu Bogor?
Yang terbaik dari Bogor itu menurutku suasananya. Ramai tapi enggak ramai banget, masih cukup teduh, dan juga rasa amannya.
6. Apa ketakutan terbesarmu?
Ketakutan terbesarku adalah ketika ditinggal oleh orang-orang yang aku sayang, terutama keluarga.
7. Cemilan favoritmu dan kenapa?
Apapun yang rasanya gurih dan pedas, karena enggak ngebosenin saja.
8. Kamu fobia terhadap?
Laut atau apapun bentuk perairan yang luas.
9. Sebuah kejadian yang telah mendewasakan kamu?
Pandemi [tertawa]. Pandemi ini sungguh mendewasakan aku, karena banyak perubahan-perubahan yang akhirnya aku perlu beradaptasi, juga banyak waktu luang untuk aku berkontemplasi tentang banyak hal. Akhirnya dari sana introspeksi, mencoba untuk memperbaiki apa yang harus diperbaiki, dan hasilnya aku merasa ter-upgrade. Bisa dibilang perbedaannya cukup jauh dengan aku yang dulu.
10. Jika kamu mendapat kesempatan untuk manggung di festival musik internasional (di luar negeri). Festival apakah itu?
Coachella sih pastinya.
11. Bagaimana kamu menilai tentang kesetaraan gender?
Isu tentang kesetaraan gender sudah banyak dan sering dibicarakan akhir-akhir ini. Kesetaraan gender buatku, bukan berarti harus betul-betul sama, tetapi equal atau seimbang. Sebab, tetap ada kodrat-kodrat yang enggak bisa disamakan antara perempuan dan laki-laki. Tapi, dari sana lah harusnya saling melengkapi, memberi ruang, dan menghormati hak sesama agar mencapai equal yang tadi disebutkan.
12. Apakah kamu percaya bahwa alien itu benar-benar ada?
Enggak percaya, karena belum ada bukti yang benar-benar buat aku percaya kalau alien itu ada.
13. Seperti apa kriteria laki-laki yang akan menjadi pasangan hidupmu?
Sebenarnya standar saja sih, seiman, bisa menghargai aku dengan baik, bisa menjaga komitmen yang sudah ada, sayang dengan keluargaku juga, dan yang terpenting adalah nyambung kalau diajak ngobrol. Karena, kalau dari obrolan saja engga masuk sudah pasti susah nanti komunikasinya.
14. Bagaimana cara kamu menilai seseorang saat baru pertama kali berkenalan?
Dari hal-hal kecil seperti cara dia berbicara dengan kita atau cara orang itu memperlakukan kita dan orang-orang di sekitarnya. Kalau awal banget juga kan enggak bisa dan aku enggak mau langsung menilai yang gimana-gimana.
15. Cinta yang tulus bisa terlihat dari apa?
Enggak tau [tertawa].
16. Sebutkan vokalis band Indonesia favoritmu dan alasannya!
Pertama, Sambadha dari Coldiac. Alasannya, karena cara bernyanyi dan menyampaikan rasa yang ada di lagunya cukup unik. Kayanya aku baru pertama kali nemuin karakter suara vokalis laki-laki yang seperti ini untuk band Indonesia. Kedua, Rinrin dari Svmmerdose aku suka banget suara dan cara bernyanyinya enggak menye-menye.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota
Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …
CARAKA Suarakan Berbagai Emosi di Album Terbaru NALURI
Unit pop asal Tegal, CARAKA resmi luncurkan album bertajuk NALURI (15/12). Melalui sesi wawancara yang berlangsung pada Senin (16/12), CARAKA membagikan perjalanan band dan hal yang melatarbelakangi rilisan terbarunya. CARAKA merupakan band …