20 Album Indonesia Terbaik 2023
Juni 2023, pandemi akibat Covid-19 dinyatakan berakhir oleh pemerintahan dan kita memasuki era endemi. Berbagai dampaknya jelas menghantam, terutama sektor industri musik. Yang terbilang tidak terdampak adalah jumlah rilisan album musik selama pandemi karena selama itu pun Indonesia tidak pernah paceklik rilisan musik.
Yang jelas di setahunan era endemi ini gigs kecil maupun konser, festival musik, dan konser berkala masif mulai kembali unjuk gigi. Dibuka oleh konser tunggal Sheila On 7 di bulan Januari awal tahun ini, berturut-turut konser Dewa, Raisa daftar selanjutnya memanjang. Penggunaan masker yang sebelumnya diwajibkan di tempat umum termasuk di acara musik pun mulai ditanggalkan. Kita pun kembali bisa menikmati karya musik secara utuh melalui pertunjukan langsung.
Di tahun ini yang menarik juga adalah para musisi perempuan lintas genre yang merilis album menarik di tahun ini. Dari nama pop seperti Eva Celia dan Nadin Amizah, pendatang baru seperti Bernadya, hingga musisi jazz Chika Olivia dan Natasya Elvira yang jazz totok. Dari genre metal pun ada Isyana yang masih konsisten dan Denisa yang hijrah dari pop ke musik doom metal. Grup musik sendiri ada nama-nama menarik seperti supergrup trio ALI dengan funk timur tengahnya, indie rock Swellow, serta nama besar Efek Rumah Kaca dan nama lama Polyester Embassy. Solois pria tak kalah menarik, ada Teddy Adhitya yang sepenuhnya berlirik Indonesia, Kurosuke, dan Kunto Aji.
Namun karena banyaknya rilisan, banyak nama yang disebutkan di atas tidak bisa semuanya masuk ke dalam daftar ini. Meskipun begitu, seperti yang sudah-sudah, daftar album Indonesia terbaik ini telah melalui pengamatan kami semenjak awal tahun dan juga telah kami bedah dalam rubik review Pophariini. Karena keterbatasan, mungkin ada beberapa rilisan yang luput dari radar kami. Selamat menyimak.
– Anto Arief
Rimpang – Efek Rumah Kaca
Sinestesia sukses menjadi buah atas obsesi menjadi kolosal, akan menjadi basi jika puncak kreatifitas ini direpetisi. Hasilnya malah sebuah stagnasi yang hanya dibuat sekadar memenuhi kepuasan penggemar yang kangen saja. Atas alasan itulah Rimpang sebetulnya sukses menjadi jalan keluar dari stagnasi tersebut. Dengan mengambil formula album 1 & 2, menggayung kompleksitas Sinestesia, diramu dengan tekstur yang lebih on point dan gagasan tentang kekinian, album ini berhasil menancap kuat. (Wahyu Acum)
Evol – Polyester Embassy
Percis seperti perkiraan saya, Evol dari Polyester Embassy ternyata mampu menempati posisi ke-2 daftar ini. Bagi saya yang merupakan pendengar baru Polyester Embassy, band ini berhasil memadukan berbagai genre yang jadi referensi mereka ke dalam 8 lagu dalam album dengan ciamik dan menjadikan Evol sebagai album yang berisi. (Gerald Manuel)
Malaka – Ali
Apa yang lantas membuat Malaka sukses menghantarkan ALI populer di panggung musik hari ini selain ya, mungkin, karena faktor komposisi line up musisi yang berbahaya, musik yang diusung juga tak bisa dianggap enteng. Walaupun gagasan musik Malaka bukan sesuatu yang segar, namun karena hasil ramuan alam bawah sadar mereka begitu kuat, maka suguhannya terasa sip ketika diputar. (Wahyu Acum)
Untuk Dunia, Cinta, dan Kotornya – Nadin Amizah
Meski lagunya kerap viral di TikTok, namun melalui album ini ia membuktikan dirinya lebih dari itu. Perkembangan musikalitas dan pendewasaan lirik di usianya yang belia ini mengingatkan pada musisi yang merilis karya terbaiknya di awal usia 20an. Seperti Frau saat merilis Starlit Carousel, duet Eross Candra dan Duta Sheila On 7 di awal karier mereka, atau kelas berat seperti Chrisye, Vina Panduwinata dan Fariz RM yang merilis karya gemilang di usia belia mereka. (Anto Arief)
semua, semua. – Teddy Adhitya
Setiap lagu yang dibawakan oleh Teddy Adhitya, baik saat ia berkolaborasi dengan musisi lain maupun solo, bagi saya mampu menyentuh hati. Seperti yang pernah saya ketik dalam review, bagaimana ia menyanyikan lagu apa saja terdengar indah, bagaimana ia pandai menuliskan lagu, dan bagaimana ia merawat pertemanan sesama musisi. Album ini adalah bukti semua hal yang baik dalam kariernya. Tetap menjadi sinar, Teddy! (Pohan)
Katus – Swellow
Katus mewujudkan semua ekspektasi saya akan sebuah album indie rock yang proper. Riff-riff khas, notasi melodi yang memorable, lengkingan feedback serta vokal yang forceless, tidak berapi-api dan beat drum yang BPM-nya senada dengan jantung saya dalam kondisi normal, semua sesuai dengan khayalan. Katus adalah cara Swellow meneruskan tradisi indierock yang mengakar dari era 90-an. Sama halnya seperti Utopia, saya curiga Katus juga punya harapan untuk menjadi salah satu album yang bisa membekas di generasi ini dan selanjutnya. (Wahyu Acum)
SIMILAR – eleventwelfth
SIMILAR berhasil mempesona saya dengan komposisi musiknya secara keseluruhan. Bagaimana mereka bisa dengan tepat menempatkan layer-layer progresif yang rumit di atas arsitektur pop, secara konsep patut diacungi jempol, ini artinya mereka masih memperhitungkan fans awam seperti saya untuk tetap bisa menikmati gagasan yang dibuat. (Wahyu Acum)
Safe Ground – Sandrayati
Apa yang terjadi bila penyanyi-penulis lagu folk asal Bali merekam album di Islandia? Output-nya adalah album perdana Sandrayati, Safe Ground yang dingin, sepi, dan meditatif. Lanskap geografis Islandia pun kentara hadir dalam album perdana ini dengan bantuan produser dan multi instrumentalis asal Islandia, Ólafur Arnalds. Bila dalam dua EP sebelumnya Sandrayati patuh pakem musik folk yang dominan suara gitar akustik baik petikan ataupun genjrengan. Sedangkan pada Safe Ground terdengar lebih minimalis. Musik yang dihasilkan jauh lebih lembut. Mengesampingkan ekspresi lugas, mengedepankan ekspresi kontemplatif. (Anto Arief)
Distant Memories – Kurosuke
Rumusan musik funk/disko dan pop menawan dengan elemen 70/80/90an dalam Distant Memories ini mau tidak mau akan membuat Kurosuke masuk ke dalam jebakan pelabelan musik city pop Indonesia yang tidak penting-penting amat itu. Terlepas dari hal itu Kurosuke melengkapi Self Titled, dan Tales of Wine and Roses, dengan album ketiga dan menguatkan posisinya sebagai solois pria yang juga produser/multi-instrumentalis/singer/songwriter komplit dalam wilayah musik pop. (Anto Arief)
Fresh Grad – Tarrkam
Sebagai album perdana yang dirilis setelah band ini berkarier 8 tahun, Fresh Grad jadi penebus penantian yang memuaskan. Berbekal formula unik yang mengombinasikan hardcore punk dan nuansa absurd yang terpengaruh band macam DEVO menjadi keunikan tersendiri bagi album ini. (Gerald Manuel)
Album Mini (EP) Terbaik Indonesia 2023
Terlintas – Bernadya
Menghadirkan lagu patah hati menohok dengan tenang dan nyaman -cenderung positif- tanpa perlu lirik mendayu-dayu, teknik vokal meliuk-liuk, meratapi atau meminta dicinta dalam balutan musik berlebihan. Seperti antitesis dari kebanyakan penyanyi perempuan pop para jawara angka stream saat ini yang diwakili oleh Mahalini dkk. Hanya via lima lagu dalam Terlintas kelebihan Bernadya sebagai penulis lirik dan dengan vokalnya yang effortless ini sudah begitu menonjol. (Anto Arief)
BTVC – Batavia Collective
Lewat EP mereka BTVC, trio asal Jakarta ini membuat jazz lebih menyenangkan untuk dinikmati untuk semua orang. Meramu banyak entitas lainnya, dari hip hop, house, funk, elektronik menjadi sebuah hibrida yang menarik disantap dan ditelusuri lebih dalam. (Wahyu Acum)
Nodus Tollens – Humidumi
Humidumi memiliki potensi besar untuk bisa ke mana-mana dengan membawa materi terbaru mereka yang apik ini. Setelah menggelar Sebelas Tahun Perayaan, harapannya band bisa keluar dari zona mereka untuk menjajal lebih banyak panggung di kota yang lain. Tahun 2024 bisa dicoba. Mari. (Pohan)
safe place. – Chika Olivia
Hal yang menarik di safe place. adalah kemampuan vokal Chika Olivia yang ternyata di luar dugaan. Chika punya karakter vokal jazz yang baik: suara tipis dan lirih, sekilas seperti pesilangan antara Elisa Rodrigues, Ezperanza Spalding, Norah Jones di bawah bayang-bayang Eva Cassidy. Kemampuan menghantarkan lirik dalam menangkap emosi-emosi yang diayunkan dari musiknya sangat baik. (Wahyu Acum)
space – Rahmania Astrini
Bila mengamati keseluruhan katalog Rahmania Astrini, menjadi amfibi adalah salah satu kelebihannya. Ia bisa tampil dengan musik mendayu-dayu bernyanyi lirik bahasa Indonesia, ataupun berbahasa Inggris dengan cengkok musik R&B yang fasih. Daftar singel yang telah ia rilis pun seabrek. Keberanian Rahmania untuk bermain-main dengan area idealisnya di era data dan angka juga menjadi kekuatannya. Karena sebelumnya di 2019 ia muncul lebih ngepop. (Anto Arief)
Krisis Seperempat Dewasa – Refo dan Fauna
Kelebihan Refo adalah kejelian dalam meramu musik-musik serius yang ia ciptakan dengan lirik-lirik komedi, nihil dan suara vokal ajaib (alias terbatas)-nya. Sehingga justru mampu mencuri perhatian. Dan kalau bicara ungkapan klise “mewarnai khazanah musik Indonesia” kehadiran Refo jelas memberikan warna yang sangat kuat, meskipun jelas karakter vokalnya sama sekali tidak kuat. (Anto Arief)
Self-Titled – starrducc
Proyek musik ini bukti yang jelas, bagaimana hasilnya jika kakak-adik Tata dan Adji (The Jansen) melepaskan semua atribut punk yang kental melekat di diri mereka masing-masing, meninggalkan raungan distorsi penuh energi pengiring agresi di moshpit dan memilih beralih 180 derajat untuk bermain jangly pop, membuat lagu-lagu bertemakan cinta secara sederhana, tanpa tedeng aling-aling. Sampai artikel ini diterbitkan, starrducc baru saja meluncurkan EP keduanya yang bertajuk Starrducc II. (Raka Dewangkara)
Natasya Elvira – Lucky to Be Young
Sulit untuk mengingat sosok solois perempuan penyanyi jazz dalam kancah musik Indonesia saat ini. Namun dengan album mini Lucky to Be Young yang masuk nominasi kategori Artis Jazz Terbaik dalam AMI Awards 2023 kemarin Natsaya Elvira berpotensi untuk mengisi kekosongan sosok itu. (Anto Arief)
Everything in 1993 – Und Bodevan
Und Bodevan sudah mendapat kesempatan untuk masuk ke barisan penampil panggung festival sebesar Java Jazz. Kalau album mini ini tidak bisa membawanya lebih jauh di masa mendatang, rasanya ia harus banyak evaluasi lagi. Jadi, bermusik itu sekadar luapan hati atau konsistensi? (Pohan)
Saint – Collapse
Sulit untuk tidak memasukkan materi Collapse yang satu ini karena satu alasan, “Rute Menuju Ivory”, yang sebelumnya masuk ke dalam 100 Lagu Indonesia Terbaik 2022 versi kami. Selain menyuguhkan nuansa indie rock yang apik, Collapse juga memiliki daya tarik untuk ditonton secara langsung. Album penuh tahun depan? Kami menanti. (Pohan)
Ilustrasi oleh Agung Abdul Basith.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac
Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …
CARAKA Suarakan Berbagai Emosi di Album Terbaru NALURI
Unit pop asal Tegal, CARAKA resmi luncurkan album bertajuk NALURI (15/12). Melalui sesi wawancara yang berlangsung pada Senin (16/12), CARAKA membagikan perjalanan band dan hal yang melatarbelakangi rilisan terbarunya. CARAKA merupakan band …
wow