20 Tahun Album Berkarat Milik Burgerkill
Sebelum membicarakan album Berkarat milik Burgerkill, kita harus kembali ke Indonesia medio 2000an, saat industri musik masih dikuasai album-album “pop niaga” yang laris manis bak kacang goreng. Album seperti Bintang Lima milik Dewa, Taman Langit milik Peterpan, serta Kisah Klasik untuk Masa Depan milik Sheila on 7 merajai tangga lagu musik arus utama.
Namun sejak awal 2000an, ada fenomena baru yang menarik. Selain merilis album dari musisi arus utama (mainstream), major label mulai melirik musisi-musisi yang sebelumnya bergerak di ranah arus samping (sidestream)—atau underground—dan merilis album-album mereka.
Mungkin agak naif, namun jika dilacak, fenomena hijrahnya banyak musisi underground yang teken kontrak dengan major label ini bisa dibilang disebabkan oleh “Superman Is Dead effect.” Setelah sebelumnya bergerak di “skena indie” di Pulau Dewata, pada 2003 Superman Is Dead teken kontrak dengan Sony Music Indonesia dan merilis album Kuta Rock City.
Mungkin agak naif, namun jika dilacak, fenomena hijrahnya banyak musisi underground yang teken kontrak dengan major label ini bisa dibilang disebabkan oleh “Superman Is Dead effect.”
Siapa sangka, album itu meledak di pasaran. Buntutnya, karena Kuta Rock City laris manis di pasaran, label mayor di Indonesia mulai melirik band-band underground lainnya agar bisa teken kontrak dan merilis album di bawah naungan mereka. Beberapa di antaranya adalah album 7:172 milik band metal satu jari Purgatory (2003), Alkemis (2005) milik unit green grunge gentlemen asal Bali, Navicula, dan tidak ketinggalan Berkarat milik unit metal Ujung Berung, Burgerkill.
Secara khusus tulisan ini akan membahas album Berkarat milik Burgerkill. Kenapa? Karena pada tahun 2023 ini album Berkarat genap berusia 20 tahun.
Pada pertengahan Juni 2003, Burgerkill menjadi satu-satunya band underground yang teken kontrak 6 album dengan label Sony Music Entertainment Indonesia. Berkarat sebagai album penuh kedua mereka adalah rilisan pertama dengan Sony Music. Namun, kerja sama antara Burgerkill dan Sony Music ini tidak bertahan lama. Pada 2005 kontrak antara keduanya dihentikan dengan alasan tidak adanya kesepakatan antara kedua belah pihak.
Pada pertengahan Juni 2003, Burgerkill menjadi satu-satunya band underground yang teken kontrak 6 album dengan label Sony Music Entertainment Indonesia. Berkarat sebagai album penuh kedua mereka adalah rilisan pertama dengan Sony Music. Namun, kerja sama antara Burgerkill dan Sony Music ini tidak bertahan lama
Sedikit membahas sejarah panjang band yang bermarkas di Ujung Berung ini. Pada mulanya Aries “Eben” Tanto pada 1995 berpindah dari Jakarta ke Bandung untuk meneruskan sekolah. Di sana ia berjumpa dengan Ivan Firmansyah—atau yang lebih dikenal sebagai Ivan Scumbag—Kimung, dan Kudung sebagai line-up pertama Burgerkill. Nama Burgerkill sendiri diambil dari nama restoran waralaba asal Amerika, Burger King, yang kemudian diplesetkan menjadi Burgerkill.
Pada tahun 2000, setelah berbagai penundaan karena banyak faktor seperti bongkar pasang personel, Burgerkill akhirnya merilis debut album mereka bertajuk Dua Sisi. Album ini Dirilis oleh Independen Riotic Records dan dicetak sebanyak 2,000 kopi, lalu album ini juga dirilis ulang sebanyak 500 kopi yang akhirnya habis dengan sangat cepat.
Kembali ke album kedua mereka Berkarat, setelah mengalami proses rekaman yang panjang yang juga disebabkan oleh bongkar pasang personel, akhirnya Burgerkill merilis album Berkarat di bawah naungan Sony Music Entertainment Indonesia (SMEI) pada tahun 2003.
Setali tiga uang dengan Superman Is Dead yang merilis album di bawah naungan label yang sama dengan yang menaungi Burgerkill, tudingan “sell out” juga hinggap ke Burgerkill. Mereka dianggap mengkhianati etos Do It Yourself (DIY) dan mengorbankan idealisme demi bisa menjual lebih banyak album
Perilisan album ini bukannya tanpa masalah. Sudah menjadi rahasia umum bahwa ketika sebuah band atau musisi yang mulanya berangkat dari ranah independen kemudian merilis karya di bawah naungan label mayor, mereka akan mendapat banyak cercaan—atau makian—dari komunitas independen/underground. Setali tiga uang dengan Superman Is Dead yang merilis album di bawah naungan label yang sama dengan yang menaungi Burgerkill, tudingan “sell out” juga hinggap ke Burgerkill. Mereka dianggap mengkhianati etos Do It Yourself (DIY) dan mengorbankan idealisme demi bisa menjual lebih banyak album.
Berkarat menjadi istimewa karena banyak hal. Pertama, secara proses distribusi album ini bisa mendapat jangkauan pendistribusian yang lebih luas karena kerja sama dengan label mayor SMEI (Walau secara jumlah penjualan album ini tidak terlalu laku jika dipandang dari kacamata SMEI sebagai label besar). Kedua, selain adanya almarhum Eben, masih ada almarhum Ivan Scumbag sebagai mastermind. Maka, secara estetika, album ini adalah sebuah opus magnum musik metal Indonesia.
Walau jeblok di segi penjualan, album Berkarat berhasil terpilih sebagai penerima AMI Awards 2004 untuk kategori Best Metal Production. Ivan Scumbag mencetuskan tajuk Berkarat untuk merepresentasikan kondisi internal band yang kala itu sempat “diam di tempat” selama dua tahun, sekaligus mengisahkan stagnasi kehidupan yang dialami Ivan.
Berkarat menjadi istimewa karena banyak hal. Pertama, secara proses distribusi album ini bisa mendapat jangkauan pendistribusian yang lebih luas karena kerja sama dengan label mayor SMEI (Walau secara jumlah penjualan album ini tidak terlalu laku jika dipandang dari kacamata SMEI sebagai label besar)
Saya ingat kala itu saya menebus kaset pita Berkarat setelah menonton video klip lagu “Terlilit Asa” dan “Tiga Titik Hitam” di MTV. Saya yang kala itu masih tergila-gila pada nu-metal semacam Linkin Park dan System of a Down, tiba-tiba menemukan sebuah musik yang menurut saya baru dan terdengar segar. Vokal Ivan Scumbag yang setengah berteriak bak sebuah lanskap yang pas untuk meneriakkan kemarahan dalam diri. Belum lagi dari sisi lirik yang mengejawantahkan rasa putus asa, marah, dan frustasi.
Simak lirik dari lagu “Penjara Batin” misalnya yang berujar “Sulit ‘tuk ungkapkan beban pikiran / Mati terbelenggu angan-angan / Terkunci erat tanpa bisa berontak / Aku terlahir cacat di jiwa / Umpat diri ini, setan, iblis neraka / Mencakar muka, butakan hati nurani.” Ada kemarahan dan rasa frustasi yang tak tepermanai dalam barisan lirik ini. Rasa frustasi karena terlahir cacat di jiwa dan sulit mengungkapkan beban pikiran yang membelenggu.
Lagu berikutnya yang patut menjadi sorotan adalah track penutup album bertajuk “Tiga Titik Hitam.” Lagu ini bisa dibilang paling berbeda dari 9 lagu lainnya. Ini karena selain hadirnya suara serak-serak-cempreng ala Ivan Scumbag, di lagu ini termaktub juga suara khas Fadly, vokalis band Padi yang berkolaborasi bersama Burgerkill. Wajar jika di lagu ini Burgerkill bisa berkolaborasi bersama Fadly. Ini karena Fadly dan Padi kala itu bernaung di label yang sama SMEI. Menurut hemat saya, keputusan menggandeng Fadly ini bukan hanya atas dasar pencapaian estetika tertentu, tapi juga mempertimbangkan faktor promosi karena Padi adalah band pop yang kala itu tengah moncer-moncernya di pasaran. Wajar jika Fadly hadir di lagu ini sebagai bentuk promosi agar Burgerkill bisa lebih dikenal secara luas, alhasil akan berujung penjualan album yang lebih besar.
Kedua, selain adanya almarhum Eben, masih ada almarhum Ivan Scumbag sebagai mastermind. Maka, secara estetika, album ini adalah sebuah opus magnum musik metal
Lagu lain yang patut mendapat sorotan adalah “Berkarat” dengan lirik bernas “Tuhan, aku ingin mati.” Sebuah teriakan putus asa yang sedalam-dalamnya dari lubuk hati paling dalam, sampai memohon agar Tuhan mencabut nyawanya.
Dari segi musikal Berkarat istimewa karena banyak faktor. Selain suara serak-serak-cempreng Ivan Scumbag, riff-riff gitar yang gahar di album ini juga patut disimak dengan saksama. Kehadiran double pedal/double bass drum di sekujur album juga makin membuat lagu-lagu di Berkarat terdengar sangat rapat. Menariknya, pattern drum di album ini tidak menghadirkan teknik blast beat yang lazim muncul di genre musik metal. Gitar, bass, dan drum yang dimainkan secara unison membuat musik di album ini sungguh menghentak. Pada beberapa lagu, distorsi gitar juga dihilangkan dan digantikan suara clean untuk memberikan nuansa baru, sekaligus memunculkan dinamika hard-clean-hard yang lazim diadopsi oleh band-band metal.
Secara pribadi saya memaknai album Berkarat sebagai manifesto dari sosok Ivan Scumbag. Wujud nyata rasa frustasi dan kelelahan tiada tara yang ia rasakan. Nahas, pada 27 Juli 2006 Ivan Scumbag harus berpulang karena sakit yang telah lama diidapnya. Pasca meninggalnya Ivan Scumbag, Burgerkill harus tetap melakukan tur dan pertunjukan. Posisi vokalis sempat digantikan sementara oleh Yadi dari band Motordead. Di kemudian hari, setelah melakukan audisi, terpilihlah Yupi Yupiki (Vicky Mono) sebagai vokalis yang menggantikan sosok Ivan Scumbag sebagai vokalis.
Menariknya, pattern drum di album ini tidak menghadirkan teknik blast beat yang lazim muncul di genre musik metal. Gitar, bass, dan drum yang dimainkan secara unison membuat musik di album ini sungguh menghentak. Pada beberapa lagu, distorsi gitar juga dihilangkan dan digantikan suara clean untuk memberikan nuansa baru, sekaligus memunculkan dinamika hard-clean-hard yang lazim diadopsi oleh band-band metal
Burgerkill bisa dibilang sebagai salah satu band metal terpenting di Indonesia. Meski banyak cobaan menerpa mereka, misalnya meninggalnya Ivan Scumbag pada 2006, dan gonta ganti personel sejak berdiri hingga sekarang. Nama mereka tidak hanya bergaung di Indonesia, misalnya dengan menyabet penghargaan AMI Awards 2004 untuk album Berkarat. Di kancah metal internasional, nama Burgerkill juga sudah diperhitungkan.
Misalnya, Burgerkill pernah dinobatkan sebagai Metal As F**k oleh Hammer Golden Gods Awards 2013 di Inggris. Burgerkill juga adalah satu dari sedikit band metal Indonesia yang bisa menjajal panggung festival metal terbesar sedunia Wacken Open Air di Jerman pada 2015. Burgerkill juga sempat pentas di panggung Bloodstock Open Air di Inggris.
Pada 20 April 2020, Burgerkill merilis sebuah EP bertajuk Killchestra. Mini album ini merupakan padu padan antara musik metal dengan orkestra klasik. Di lagu ini ada dua lagu gubahan Ivan Scumbag dari album Berkarat yang diaransemen ulang, yaitu “Penjara Batin” dan “Tiga Titik Hitam.” Perpaduan musik metal yang gahar sekaligus orkestra klasik yang dimainkan Czech Symphony Orchestra menjadikan lagu-lagu ini berkesan megah dan sophisticated. Ini berhasil mengajak kita tapak tilas ke belakang, ke tahun 2003 ketika Ivan Scumbag meneriakkan kedua lagu ini dengan aransemen yang berbeda. Kita diajak untuk mengenang sosok luar biasa yang memberikan sumbangsih luar biasa pada album Berkarat.
Secara pribadi saya memaknai album Berkarat sebagai manifesto dari sosok Ivan Scumbag. Wujud nyata rasa frustasi dan kelelahan tiada tara yang ia rasakan. Nahas, pada 27 Juli 2006 Ivan Scumbag harus berpulang karena sakit yang telah lama diidapnya
Nasib nahas lagi-lagi menimpa Burgerkill. Pada masa pandemi di bulan Agustus 2021, Vicky Mono yang telah menggantikan Ivan Scumbag dan menjadi vokalis Burgerkill sejak 2007 memutuskan mengundurkan diri. Seolah masih kurang, nasib nahas kembali menimpa Burgerkill ketika pada 3 September 2021, pendiri, penggerak, dan personel utama Burgerkill sejak dibentuk, Eben pergi untuk selama-lamanya. Kepergian Eben yang mendadak dan tak diduga sungguh mengagetkan banyak pihak. Banyak musisi yang mengungkapkan kesedihan dan bela sungkawa ketika Eben berpulang.
20 tahun kemudian, album Berkarat milik Burgerkill akan tetap menjadi sebuah album istimewa. Album ini mengajarkan kita agar mampu meluapkan rasa frustasi, emosi, dan putus asa dengan berbagai coping mechanism yang kita yakini. Salah satunya dengan memainkan atau mendengarkan musik metal.
Berkarat adalah bukti bahwa se-niche apapun musik yang kita mainkan—misalnya metal, prog-rock atau bahkan eksperimental—akan selalu ada ceruk pasar yang bisa kita masuki.
20 tahun kemudian, album Berkarat milik Burgerkill akan tetap menjadi sebuah album istimewa. Album ini mengajarkan kita agar mampu meluapkan rasa frustasi, emosi, dan putus asa dengan berbagai coping mechanism yang kita yakini. Salah satunya dengan memainkan atau mendengarkan musik metal
Mari mendengarkan secara saksama album yang telah genap berusia 20 tahun ini. Demi mengenang Ivan Scumbag, Eben, dan perjalanan karier bermusik band metal asal Ujung Berung bernama Burgerkill.
Sebagai penutup saya mau bercerita bahwa di perhelatan Pesta Pora 2022, saya sempat menyaksikan Burgerkill manggung. Ketika itu lagu “Penjara Batin” dibawakan. Band ini tampil dengan versi minimalis, hanya ada empat orang: Ramdan Agustiana pada bass, Agung “Hellfrog” Ridho pada gitar, Putra Pra Ramadhan pada drum, serta Ronald Alexander Radja Haba yang didaulat sebagai vokalis baru sejak 2021. Versi minimal, dengan kegaharan maksimal. Semangat mereka tampaknya belum padam. Sejak dari terakhir saya nonton di Pesta Pora tahun lalu itu, hingga waktu yang tidak ditentukan. Tampaknya Burgerkill akan tetap menderu dengan kegaharan metalnya, dan album Berkarat akan tetap bercokol kuat di kuping, pemikiran, dan ingatan para pendengarnya.
Selamat ulang tahun ke 20 Berkarat milik Burgerkill. Semoga para pendengarmu tidak terjebak di kondisi seperti yang digambarkan di lagu “Terlilit Asa” ini, “Derita ini ‘kan terus kukecap dalam kesendirianku.” Melalui singel pertama dari album Berkarat ini kita bisa belajar bahwa kita enggak sendirian, kok. Kita punya banyak teman dan orang terdekat, tempat kita bisa menceritakan penderitaan yang kita rasakan. Agar kita bisa lebih bahagia, bertempik gembira, dan lebih optimistis menghadapi hidup yang terkadang memang bak penjara batin yang mengekang kita.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Daftar Label Musik Independen dari Berbagai Kota di Indonesia 2024
Berbicara tentang label musik tentu bukan hal yang asing lagi bagi siapa pun yang berkecimpung di industri ini. Mengingat kembali band-band yang lekat dengan label raksasa sebagai naungan, sebut saja Dewa 19 saat awal …
Wawancara Eksklusif Kossy Ng dan Dimas Ario Spotify: Edukasi Stream dan Musik Berbayar Masih Jadi Tantangan Besar
Saat menentukan apa saja yang ingin diangkat untuk KaleidosPOP 2024, tim redaksi Pophariini langsung berpikir soal keberadaan platform streaming musik yang menjadi salah satu tolok ukur kesuksesan perjalanan band dan musisi di era ini. …
Keren banget tulisannya!!!