Album Ningrat, Jamrud: Kontrasepsi dan Duka Surti

Sep 21, 2021
Ningrat Jamrud

Seks dan narasinya memang selalu punya daya tarik di berbagai produk budaya. Mulai buku hingga musik. Dari Enny Arrow sampai Azis M.Siagian. Nama terakhir bikin geger di tahun 2000 lewat lagu “Surti-Tejo” yang muncul di album keempat milik Jamrud, Ningrat.

Seperti pengarang cerita stensilan, Azis dengan runut menuliskan kronologi reka adegan melepas rindu di pematang sawah hingga malam selimuti desa. Azis melakukan foreplay perlahan, seperti pergerakan jemari Tejo yang piknik dari wajah sampai lutut Surti. Klimaksnya adalah saat Tejo mulai berakting di depan Surti memasang alat kontrasepsi. Akhir ceritanya adalah derita buat Tejo. Tejo kabur ditinggalkan Surti yang kecewa sang Arjuna yang dulunya dekil dan lugu berubah setelah mencari dana di kota.

Derita buat Tejo adalah suka bagi Azis M. Siagian, Krisyanto, Ricky Tedy, dan Suherman Husin. Keempatnya tercatat dalam keanggotaan Jamrud, eksponen pengusung musik cadas terakhir yang paling sukses di sirkuit musik rock arus utama Tanah Air. Klaim ini mungkin akan dinilai terlalu berlebihan. Namun kenyataannnya album Ningrat yang dirilis 21 tahun lalu jadi rumah bagi Surti dan Tejo tadi tercatat sebagai salah satu album dengan penjualan paling moncer sepanjang sejarah musik Indonesia.

Laporan Pantau menyebutkan hingga akhir Oktober 2001 atau belum genap setahun sejak album keempat dari barudak Kebonsari, Cimahi itu dirilis pada bulan Desember tahun 2000 sudah mencapai angka 1,8 juta keping,[1] Tentu jika mengacu pada angka all time sales jumlah tersebut akan jauh lebih besar. Namun yang jelas, dengan perubahan pola konsumsi musik, rekor tadi sepertinya akan tetap abadi.

Statistik tadi juga menabalkan tahun 2000 sebagai salah satu era penting di industri musik dalam negeri. Di tahun tersebut tiga band, dari tiga corak musik yang berbeda saling adu cepat dalam mencetak laba dari penjualan album fisik. Dewa yang sukses dengan pergantian formasi meneguk manisnya penjualan album Bintang Lima. Sheila On 7 melibas keraguan sebagai one hit wonder band lewat Kisah Klasik Untuk Masa Depan. Dan Jamrud membuktikan bahwa musik keras bisa laku dijual lewat Ningrat yang kini berusia 20 tahun.

Sebetulnya Jamrud memulai album yang menjadi tambang emas Log Zhelebour ini dengan berdarah-darah. Selepas Terima Kasih yang membuat Jamrud sukses menyabet Anugerah Musik Indonesia untuk kategori Grup Rock dan Album Rock Terbaik tahun 1999, Jamrud harus kehilangan penggebuk drum Sandy Handoko dan gitaris Fitrah Alamsyah yang menemui ajal karena ketergantungan narkotika. Padahal line-up Krisyanto, Azis M. Siagian, Ricky Teddy, dan mendiang Sandy dan Fitrah meletakkan pondasi musik yang membuat Jamrud menjadi the big thing: akar heavy metal dan thrash yang dipadukan secara jahil dengan beberapa ragam aliran sebut saja swing, ska, reggae, nomor-nomor balada yang terbukti selalu berhasil melelehkan telinga, sampai pendekatan iseng pada nada-nada pentatonik. Dan tentu saja, vokal Krisyanto yang khas dalam pengucapan huruf-huruf vokal.

20 Tahun Album Jamrud - Ningrat

Jamrud formasi album Terima Kasih dengan personil Sandy Fitrah

Namun Jamrud berhasil lepas dari masa limbung setelah meninggalnya Fitrah dan Sandy.  Azis M.S yang mendominasi penulisan lirik (sisa dua lagu ditulis oleh bassist Ricky Teddy) berhasil menciptakan formulasi kuat untuk karakter lagu Jamrud. Struktur lirik seperti cerita pendek satu babak, dengan gaya tengil, cuek, dan cabul yang kemudian menciptakan humor segar tanpa harus terjebak dalam kotak band komedi seperti Seurieus. Resep ini membuat lirik-lirik Jamrud jadi begitu mudah dicerna dan dekat dengan akar rumput. Bukan sesuatu yang jauh, mengawang,  dan tidak mencoba untuk meneguhkan berhala kehidupan sebagai rock star, katakanlah jika dibandingkan dengan lirik-lirik milik AKA atau God Bless.

“Ningrat” yang diset sebagai sapaan pembuka tanpa beban mengkritik warisan perilaku feodal dengan olokan pada perilaku para tetua priyayi Jawa (Pak é, Bu é, Pak Lik, Bude, dan Embah) yang rewel dengan bibit, bebet, dan bobot dan tidak peka pada perubahan zaman (dulu nenteng keris sekarang nenteng compo, dulu iseng nyirih sekarang mainin valas).  

 

 Sebelum muncul jokes perihal anak-anak Selatan Jakarta yang doyan mencampur Bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris, Jamrud sudah mengolok perilaku tersebut dalam “Asal British” (Ya terang aja seleramu berubah mungkin terlalu banyak gaul ama turis. Jadi hobbynya denger yang inggris-inggris biar bingung asal British). Apakah ada benih-benih chauvinisme dalam diri Azis M.S? Jangan terlalu dianggap serius lah. Dia hanya mencoba menertawakan kegagapan budaya saja. Wen de skai to swimming pul en fain des krai de fil of remember. Beberapa tahun kemudian band glam rock asal Yogyakarta, Sangkakala, melakukan hal serupa dalam album Heavymetalithicum ketika mencoba speak England in this song.

 

 Selain itu karakter paling kentara adalah lirik-lirik cabul. Ekstrak senyawa ini hadir dengan takaran yang pas di “Surti-Tejo”. Membuat kita selalu penasaran reka ulang adegan saat jemari Tejo mulai piknik dari wajah sampai lutut Surti.Satu tingkat di bawah “Surti Tejo” ada “Baywatch” dan “Gaya”. Yang disebut terakhir ini cukup berani memotret percintaan sesama jenis ketika isu tentang LGBT belum sekencang sekarang.

 

Tapi gara-gara ini pula Log Zhelebour sampai harus secara khusus menulis permohonan maaf di sampul album buat pihak-pihak yang merasa tersinggung atau tersindir. Kecuali self-censorship yang dilakukan di sampul dan video klip untuk lirik penuh dendam dia bilang f**k you, saat itu pemerintah tidak mengambil tindakan hukum apapun. Baru 14 tahun kemudian Komisi Penyiaran Provinsi Jawa Tengah mencekal  “Surti Tejo” karena dinilai bermuatan pornografi. Justru lagu “Fuck Off” tidak dilakukan penyuntingan apapun dari label. Mungkin karena muatannnya yang begitu personal. Tentang perasaan bersalah para personel Jamrud yang tidak bisa menjaga mendiang Fitrah dan Sandy dari pengaruh buruk barang haram.

“Pada kesempatan ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada pihak yang mearasa tersinggung atau tersindir dengan adanya beberapa lirik lagu yang kurang sopan (bagi yang munafik) terutama lirik lagu “Surti-Tejo” yang mana diungkap secara jelas bagaimana dampak arus pengaruh globalisasi yang menalda dan inilah style Jamrud di dalam mengexpresikan atau mengungkap suatu peristiwa yang terjadi di sekitar kehidupan generasi muda, jujur, transparan, dan nakal. Yang jelas album ini sekadar hibunran untuk menghilangkan stress. Sekali lagi maafin ya!”

Salam hormat
LOG ZHELEBOUR
Executive Producer

Sayangnya di album-album setelahnya kadar ngeres ini cenderung berlebihan dan terkesan hanya mengulangi pola yang sama. “Telat Tiga Bulan” di album Sydney 090102 yang dirilis dua tahun setelahnya punya jalan cerita yang tidak banyak berbeda dengan “Baywatch”. Sementara “Senandung Raja Singa” yang ada di album BO 18+ malah lebay. Penjelasan mudahnya begini, di Ningrat Jamrud adalah sekumpulan siswa sekolah menengah yang baru saja menonton versi utuh video bokep Bandung Lautan Asmara lalu melakukan reka ulang cerita kepada kawan sekelasnya sembari harap-harap cemas kalua-kalau ada guru BP yang lewat. Sedangkan setelahnya, Jamrud adalah sosok senior telat nakal di kantor yang mencoba akrab dengan staf-staf junior lewat candaan norak seputar selangkangan.

Selain formula tadi, jurus klasik lewat nomor balada “Pelangi Di Matamu” berhasil mengangkat Jamrud ke popularitas setelah praktik komodifikasinya di kontestasi politik dalam negeri. Penampilan Susilo Bambang Yudhoyono yang membawakan “Pelangi Di Matamu” di panggung ajang pencarian bakat Akademi Fantasi Indosiar menjadi salah satu momentum kunci dalam kampanye Pemillihan Presiden tahun 2004 yang membuatnya terpilih sebagai presiden ke-6 Republik Indonesia.

Tapi faktor tadi bukan jadi satu-satunya mengapa Ningrat punya hulu ledak sedemikian dahsyat dalam angka penjualan. Log Zhelebour dalam wawancara dengan jurnalis Shindu Alpito menyebut laris manisnya penjualan album-album rock di bawah bendera Logiss Records dilatarbelakangi kondisi masyarakat yang masih frustrasi setelah dedel duel dihantam krisis ekonomi dan politik 1998.[2] Musik keras kemudian menjadi wahana eskapisme.

Sayangnya di album-album setelahnya kadar ngeres ini cenderung berlebihan dan terkesan hanya mengulangi pola yang sama.

Di lain sisi, industri rekaman mulai membangun kembali bisnisnya setelah sempat goyah karena krisis. Jeremy Wallach dalam Modern Noise, Fluid Genres (2008) menyebut selama kurun waktu 1999-2001, industri musik Indonesia mulai menggeliat. Label rekaman memulai ekspansi bisnis lewat investasi besar-besaran di pengadaan teknologi rekaman terkini serta merilis katalog album-album baru. Label rekaman, dengan dukungan kuat dari media serta sponsor (yang sebagian besar adalah perusahaan rokok), bisa secara total mempromosikan rilisan terbaru. Mulai dari membuatkan klip, iklan di media cetak, blocking time di televisi, dan tentu saja tur panjang puluhan kota yang menjadi mimpi basah setiap musisi.

Khusus untuk Jamrud, mereka beruntung berada di bawah asuhan Log Zhelebour yang degup jantungnya adalah irama rock n roll. Selain Logiss Records hasil kerja sama dengan Indo Semar Sakti, Log juga memiliki Log Zhelebour Production sebagai divisi produksi konser-konser Log. Dalam buku 10 Tokoh Showbiz Indonesia, pria asal Surabaya ini disebut sebagai satu-satunya tokoh showbiz yang punya perangkat bisnis lengkap. Selain label rekaman, Log juga memiliki divisi lighting, sound, dan stage yang dioptimalkan untuk mendukung promosi artis-artis binaannya juga menggelar panggung legendaris Festival Rock sejak tahun 1984 yang bertahan hingga tahun 2007.

Setelah Ningrat yang dirilis 20 tahun yang lalu, episode perjalanan Jamrud seperti roller coaster. Krisyanto yang ikonik sempat menyatakan pisah kongsi sebelum akhirnya rujuk kembali. Imperium kerajaan rock Log Zhelebour juga pelan-pelan harus menyesuakan diri, jika tidak mau dikatakan meredupkan lampu panggung. Terakhir, Boomerang yang juga menjadi salah satu mesin uang Log, akhirnya membubarkan diri. Musik rock Indonesia di ranah arus utama kini tidak pernah lagi sama.

 


 

Ningrat (2000, Logiss Record) – Jamrud. Peringkat ke 06 dalam daftar 20 Album Terbaik Label Arus Utama 2000-2020

Penulis
Fakhri Zakaria
Penulis lepas. Baru saja menulis dan merilis buku berjudul LOKANANTA, tentang kiprah label dan studio rekaman legendaris milik pemerintah Republik Indonesia dalam lima tahun terakhir. Sehari-hari mengisi waktu luang dengan menjadi pegawai negeri sipil dan mengumpulkan serta menulis album-album musik pop Indonesia di blognya http://masjaki.com/

Eksplor konten lain Pophariini

5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac 

Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …

CARAKA Suarakan Berbagai Emosi di Album Terbaru NALURI

Unit pop asal Tegal, CARAKA resmi luncurkan album bertajuk NALURI (15/12). Melalui sesi wawancara yang berlangsung pada Senin (16/12), CARAKA membagikan perjalanan band dan hal yang melatarbelakangi rilisan terbarunya.     CARAKA merupakan band …