20 Tahun Cintailah Cinta: Cinta Dewa Belum Bertepuk Sebelah Tangan
Sebagai musisi paling komplet sedunia: bisa menulis lirik, mengarang lagu, mengaransemen, mixing, menjadi produser, hingga memanajeri band sesuai pengakuan terakhirnya di Youtube Vincent Desta; Dhani punya segala pembenaran untuk berbuat semaunya. Dari membuat album yang mengesampingkan semua resep pencetak angka penjualan, seperti di Terbaik Terbaik, Pandawa Lima serta proyek-proyek sampingan seperti Ideologi, Sikap, dan Otak atau secara terang-terangan berorientasi untuk mengeruk untung seperti album keenam Dewa, Cintailah Cinta.
“Gue emang pingin bikin album yang berbasis komersial,” terang Dhani secara lugas, sebagaimana dikutip di majalah Hai edisi April 2002. Toh cuaca juga mendukung. Kesuksesan album Bintang Lima yang mencetak rekor penjualan sepanjang sejarah Dewa didukung formasi, yang, terlihat, solid: Once Mekel dan Tyo Nugros sebagai rekrutan terbaik dan kembalinya si anak hilang Erwin Prast di line up
“Gue emang pingin bikin album yang berbasis komersial,” terang Dhani secara lugas, sebagaimana dikutip di majalah Hai edisi April 2002. Toh cuaca juga mendukung.
Maka jadilah Cintailah Cinta yang dirilis pada 5 April 2002 itu punya karakter yang jauh lebih simpel. Semua bagian lagu ditertimbangkan apakah bisa laku dijual atau tidak. Drummer Tyo Nugros misalnya diminta Dhani untuk mengganti beberapa beat drum yang menurutnya terlalu berat. Dhani juga punya misi untuk mengeluarkan permainan terbaik Once yang belum sepenuhnya dimaksimalkan di Bintang Lima. Di artikel yang sama tadi, ia mengaku jika album yang menempati peringkat pertama 20 Album Terbaik Label Arus Utama 2000-2020 versi Pop Hari Ini itu masih berorientasi pada vokal Ari Lasso.
Dari segi musik, Cintailah Cinta lebih lugas kalau tak mau disebut lebih easy listening ketimbang Bintang Lima yang masih menyisakan kompleksitas komposisi era Terbaik Terbaik dan Pandawa Lima. Karakter vokal Once yang karakternya lebih nge-rock tampak jelas dari “Arjuna” (tanpa “…Mencari Cinta” yang menimbulkan masalah dengan penulis Yudhistira ANM Massardi) sampai “Air Mata”.
Jika misi Dhani untuk menjadikan Cintailah Cinta sebagai tambang uang setelah kesuksesan Bintang Lima, maka “Pupus” adalah jawabannya
Upaya Dhani mengeluarkan kemampuan terbaik tarikan vokal Once ini tampak jelas semisal di bagian reffrain “Arjuna” juga saat mereka berduet di “Mistikus Cinta”, seperti yang pernah dilakukan sebelumnya di “Sayap-Sayap Patah”. Jika misi Dhani untuk menjadikan Cintailah Cinta sebagai tambang uang setelah kesuksesan Bintang Lima, maka “Pupus” adalah jawabannya. Kombinasi lirik sentimentil dalam langgam power ballads terbukti menjadi mantra pemanggil hits bagi nomor ciptaan Dhani ini lewat kekuatan Once menjangkau nada-nada tinggi dengan warna suara sengau dan serak khasnya. Juga melodi gitar Andra yang ikonik di akhir lagu, yang membut siapapun yang bisa memainkan bagian ini tanpa meleset layak disebut sebagai guitar hero.
Periode-periode ini juga ditandai dengan masa-masa Dhani mulai keranjingan dengan tasawuf. ilmu dalam ajaran Islam tentang langkah-langkah mencapai hubungan mesra antara Tuhan dan hamba-Nya. Ia bergumul dengan pemikiran-pemikiran tokoh sufi seperti Al-Ghazali, Jalaluddin Rumi, Abdul Qodir Jailani, Al-Hallaj, sampai Syekh Siti Jenar. Di saat penggarapan album Bintang Lima sekitar tahun 2000, ia juga bertemu dan kemudian “berguru” kepada Faiz M., sosok asal Malang, Jawa Timur yang disebut-sebut sebagai “guru spiritual” buat musisi-musisi Indonesia. Nama Faiz M. ini kemudian tidak pernah absen dalam ucapan terima kasih setelah Allah SWT, Nabi Muhammad SAW, Al-Ghazali, Jalaluddin Rumi, dan Abdul Qodir Jailani di album-album yang melibatkan Dhani.
Ketertarikan pada tema-tema sufistik ini ia tuangkan di lirik yang bertema hubungan cinta dalam relasi vertikal. Mulai terlihat di single “Persembahan Dari Surga” di album The Best of Dewa 19 (1999), album mini Ahmad Dhani & Andra Ramadhan (1999) untuk soundtrack film Kuldesak, single “Jika Surga Dan Neraka Tak Pernah Ada” yang diciptakan untuk mendiang Chrisye di album kompilasi Senyawa (2004), dan dipuncaki di album ketujuh: Laskar Cinta (2004).
Periode-periode ini juga ditandai dengan masa-masa Dhani mulai keranjingan dengan tasawuf. ilmu dalam ajaran Islam tentang langkah-langkah mencapai hubungan mesra antara Tuhan dan hamba-Nya
Di dua album yang disebut pertama, Dhani banyak terinspirasi dari surat-surat di kitab suci Al-Qur’an, seperti Al-Fil di “Persembahan Dari Surga” (Sebarkanlah burung Ababil yang pernah turun ke dunia/Lemparkanlah batu api-batu api dari neraka/Hujamkanlah semuanya kepada penguasa lalim) dan Al-Fatihah pada “Kuldesak” (Tolonglah Tuhan beri petunjuk-Mu/Jalan yang benar/Menuju jalan-Mu/Agar tak tersesat/Di persimpangan jalan).
Di track “Kembali Ke Timur” ia memasukkan nama Al-Ghazali dalam lirik (Pemadat dijadikan panutan/Bukan Al Ghazali). Pada nomor duetnya dengan Chrisye yang meminjam aransemen lagu “Tears Never Dry” milik penyanyi Swedia Stephen Simmonds yang ia beli lisensinya, Dhani dalam sebuah wawancara mengaku terinsirasi dari pemikiran Rabi’ah Al-Adawiyah. Tokoh sufi perempuan ini dikenal dengan kutipannya hendak membakar surga dengan obor dan memadamkan neraka dengan air agar orang tidak lagi mengharapkan surga dan menakutkan neraka dalam ibadahnya.
Album Cintailah Cinta sendiri ditengarai adalah bentuk kekaguman Dhani akan sosok Jalaluddin Rumi, penyair sufi Persia. Sedianya, album keenam Dewa ini akan diberi nama Indera Ke-6 dan tiba-tiba Dhani punya ide lain yang tentu membuat personel lain tak habis pikir
Sementara di album Laskar Cinta antusiasme Dhani akan tasawuf sangat terlihat di “Pangeran Cinta” yang menurutnya terinspirasi dari surat Al-Rahman ayat 27. Juga “Satu” yang mengambil pemikiran Al-Hallaj dan konsep manunggaling kawula Gusti atau bersatunya hamba dan Tuhan ajaran Syekh Siti Jenar, tokoh sufi yang divonis mati oleh Wali Songo karena ajarannya dianggap kontroversial.
Album Cintailah Cinta sendiri ditengarai adalah bentuk kekaguman Dhani akan sosok Jalaluddin Rumi, penyair sufi Persia. Sedianya, album keenam Dewa ini akan diberi nama Indera Ke-6 dan tiba-tiba Dhani punya ide lain yang tentu membuat personel lain tak habis pikir. Dalam artikel Hai yang dikutip tadi Dhani menjelaskan cinta yang dimaksud adalah Tuhan. Paper berjudul Teologi Sufi: Kajian Atas Mistisisme Cinta Jalaluddin Rumi yang ditulis oleh Miftahul Jannah (2020) menjelaskan konsep “cinta” yang digagas oleh Rumi mengedepankan untuk hidup harmoni dengan prinsip perdamaian dan toleransi untuk membuka jalan menuju cinta sejati: Tuhan.
Track “Mistikus Cinta” tampak jelas merujuk pada gagasan Rumi tentang cinta sebagai jalan mistis dalam mencapai penyatuan diri dengan Sang Pencipta (Ketika jiwamu merasuk ke dalam/Aliran darahku dan meracuniku/Ketika jiwamu memeluk hatiku/Dan biarkan jiwaku cumbui jiwamu). Sementara konsep hidup harmoni tertuang dalam lirik “Cintailah Cinta” (Bila kamu bisa ‘tuk memaafkan/Atas kesalahan manusia/Yang mungkin tak bisa dimaafkan/Tentu Tuhan pun akan memaafkan/Atas dosa yang pernah tercipta/Yang mungkin tak bisa diampuni)
Hal lain yang tampak adalah kelincahan Dhani memakai kata-kata figur publik dalam lirik lagu. Ini mulai terlihat di “Kembali Ke Timur” yang ada di album soundtrack Kuldesak. Datanglah sebagai dirimu bawa jiwa seperti halnya Kurt Cobain menyenandungkan Come as you are/As you were. Coba simak intro-nya yang justru malah berbau “Smells Like Teen Spirit”.
Dalam “Bukan Rahasia”, Dhani mencomot Albert Einstein (Bukan rahasia bila imajinasi/Lebih berharga dari sekedar ilmu pasti). Juga kembali mengutip potongan ayat Al-Qur’an: surat Al-An’am ayat 32 dan surat Muhammad ayat 36 (Bukan rahasia bila kehidupan di dunia/Hanyalah permainan dan sendau gurau belaka). Ia bahkan berulang kali mengambil quote John Lennon (Bukan rahasia bila aku adalah seorang pemimpi/Dan aku bukanlah satu-satunya di dunia ini…). Selain kutipan, rupanya Dhani juga kepincut dengan salah satu gaya berbusana John Lennon bersama The Beatles: seragam setelan jas. Gaya necis ini tampak di klip pertama “Arjuna”.
Kecuali dua ayat suci Al-Qu’ran tadi, nama Einstein dan Lennon tertulis di bawah lirik dalam sampul album yang didesain oleh Tepan Kobain tersebut. Dalam arsip Kompas edisi 12 April 2002, hal ini dilakukan karena Dhani ogah jadi bahan pembicaraan lagi setelah “Sayap-Sayap Patah” di album Bintang Lima yang meminjam judul novel milik Kahlil Gibran. “Bukan Rahasia” saya kira layak disodorkan sebagai salah satu underrated songs dalam diskografi Dewa. Lagu ini menyodorkan sound-sound definitif Dewa di era Terbaik Terbaik dan Pandawa Lima (perhatikan bagian solo guitar Andra), gabungan lirik antara romantika cinta di album 19 dan Format Masa Depan dengan kritik sosial ala Ahmad Band, dan wajah baru Dewa lewat kekuatan vokal Once.
Cintailah Cinta kemudian mencatatkan penjualan sekitar 1,04 juta kopi. Jauh lebih rendah dari Bintang Lima yang mampu meraup penjualan hinga 1,7 juta kopi. Meski hasil kerja keras lima sekawan ini tak bertepuk sebelah tangan, namun beberapa bulan kemudian justru bukan Arjuna yang mencari cinta tapi malah Dewa mencari bassist setelah salah satu sayapnya patah: Erwin Prast tidak lagi menjabat sebagai bassist Dewa per 1 Juli 2002.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Ndarboy Genk Rilis Anthem Patah Hati Berjudul Bajirut
Penyanyi dan penulis lagu pop Jawa, Ndarboy Genk, secara resmi merilis single terbaru berjudul “Bajirut” (15/11). Lagu ini mengangkat tema patah hati dan kekecewaan yang mendalam, serta menggambarkan perjalanan emosional seseorang yang ditinggalkan oleh …
Pringgo Merangkum Kisah Personal di Album Perdana Bejana
Bulan September menandai kelahiran Bejana, album solo perdana Pringgo, penulis lagu sekaligus produser “Kita Ke Sana” dari Hindia dan personel Twentyfirst Night. Bejana adalah kolase kisah personal dari Pringgo yang berkutat di koridor emosi …