25 Tahun Pandawa Lima: Puncak Abadi Para Dewa

Jan 24, 2022
Pandawa Lima

Majalah Hai pada tahun 2007 pernah mengeluarkan daftar 40 Album Terbaik Indonesia 1997-2007. Pemilihan tahun 1997 sebagai awal pemeringkatan ini didasarkan argumentasi tahun tersebut merupakan titik balik perkembangaan musuk Indonesia, “saat di mana banyak band bagus bermunculan dan merilis album”. Salah satu yang muncul dari daftar tersebut adalah album Pandawa Lima. Album studio keempat Dewa 19 ini bahkan mengalahkan album Bintang Lima yang jauh lebih mengkilap angka penjualannya.

Dua tahun sebelumnya, MTV memulai siaran perdana di Indonesia lewat blocking program di stasiun televisi ANteve. Siaran MTV ini, jelas Jeremy Wallach dalam Modern Noise, Fluid Genre: Popular Music in Indonesia, 1997—2001 (2008), memberikan efek dramatis bagi generasi muda Indonessia untuk masuk dalam pusaran budaya pop global. Pengaruh siaran MTV ini, lanjut Wallach, bahkan lebih besar ketimbang transisi sosial politik di momentum Reformasi ’98.

Dewa formasi Pandawa Lima / Foto: Instagram @koleksimajalah_hai

Kehadiran MTV menjadi kran pembuka aliran baru bernama “alternatif” buat anak-anak muda. Kata ini ibarat stiker Keluarga Besar TNI: memberi kesan gagah dan terpandang buat kendaraan yang kreditnya bahkan belum lunas sekalipun. Untuk anak band, kata “alternatif” ini ibarat jimat sakti untuk menyebut genre musik yang bercampur baur sekaligus memberikan kesan edgy walau seringkali terkesan asal bunyi. Monumen perayaan “alternatif” ini salah duanya adalah album Pesta Alternatif serta festival musik Jakarta Pop Alternative Festival yang menghadirkan Sonic Youth, Beastie Boys, dan Foo Fighters.

Di Pandawa Lima Dhani dan kawan-kawan menikung tajam. Mengusung semangat alternatif, se-alternatif alternatif-nya. Tidak ada lagi atraksi pamer kemampuan individu, lengkingan vokal, atau lirik-lirik balada manis nan sentimentil.

Beloknya Dewa 19 ke jalur alternatif sebetulnya sudah dimulai di album ketiga, Terbaik Terbaik yang dirilis tahun 1995. Dua album sebelumnya, 19 dan Format Masa Depan, condong pada pengaruh hard-rock terutama pada band-band seperti Firehouse dan Van Halen. Sementara di Terbaik Terbaik, mereka mencoba mencampurkannya dengan jazz, fusion hingga progressive-pop  dengan referensi merentang dari Toto, Casiopea sampai Tears For Fears. Namun kaki-kaki mereka masih belum betul-betul menjejak, kentara dari permainan gitar Andra yang masih mengusung semangat guitar heroes layaknya di album pertama dan kedua.

Dewa formasi Pandawa Lima / Foto: Instagram @koleksimajalah_hai

Barulah di Pandawa Lima Dhani dan kawan-kawan menikung tajam. Mengusung semangat alternatif, se-alternatif alternatif-nya. Tidak ada lagi atraksi pamer kemampuan individu, lengkingan vokal, atau lirik-lirik balada manis nan sentimentil. Gantinya adalah kemuraman dan keputusasaan, porsi antar instrumen yang dikeluarkan secukupnya, tapi dengan lapisan detail sound yang berlipat penuh jebakan mengejutkan di sana-sini. Untuk yang terakhir ini kedatangan sosok Sri Aksana Sjuman menjadi faktor signifikan dalam perubahan aransemen musik Dewa 19. Dhani seperti mendapat sparring partner di sisi produksi.

 

Rasanya tidak berlebihan kalau menyatakan tidak akan ada Pandawa Lima tanpa Aksan. Bergabungnya putra sineas Sjumandjaja dan maestro balet Farida Oetojo ini cukup menarik. Butuh dua drummer bagi  Dewa 19 menyatukan kembali kepingan huruf W yang hilang setelah hengkangnya Wawan Juniarso. Rere Reza (Grassrock, ADA Band, Blackout) dan Ronal Fristianto (GIGI, dr.pm, Evo) bergantian mengisi part drum di Format Masa Depan. Rere kemudian menjadi pemain tunggal di Terbaik Terbaik karena Ronal ingin fokus bersama GIGISampai datanglah Aksan sekitar bulan Juni 1995.

Beloknya Dewa 19 ke jalur alternatif sebetulnya sudah dimulai di album ketiga, Terbaik Terbaik yang dirilis tahun 1995. Dua album sebelumnya, 19 dan Format Masa Depan, condong pada pengaruh hard-rock terutama pada band-band seperti Firehouse dan Van Halen

Aksan membawa curriculum vitae nan mentereng: menggengam ijazah sarjana musik dari Folkwang Hochschule, Jerman; pernah membantu penggarapan album milik KLa Project bersama Rere (KLa dan Dewa 19 ternyata punya irisan sejarah yang menarik dari peran Lilo di dua album Dewa 19 dan keterlibatan Dhani di album solo Katon Bagaskara ); punya kemampuan kustomisasi instrumen musik; dan berwajah rupawan (di kemudian hari Aksan pernah membintangi  film Kuldesak dan iklan minuman energi). Sebuah paket komplit. Aksan kemudian diberikan nama panggung Wong Aksan untuk melengkapi lagi huruf W yang selama dua album tak bertuan.

Wong Aksan / Foto: Instagram @koleksimajalah_hai

Masuknya Aksan menandai babak baru dalam proses kreatif. Album-album Dewa 19 sebelumnya adalah adu pengaruh fusion-nya Erwin dengan rock yang diusung Andra dan Dhani. Di Pandawa Lima, semua referensi personal mendapat tempat secara layak dan proporsional. Termasuk jazz yang dibawa oleh Aksan  hadir lewat ketukan-ketukannya yang tak tertebak juga kelihaiannya mengisi celah-celah kosong, seperti yang ia dan Erwin tampilkan dalam track minimalis “Sebelum Kau Terlelap”.  Jika Aksan menjadi pembeda, maka Erwin adalah penyeimbang dari ego-ego besar Master Mister Ahmad Dhani

Kedatangan sosok Sri Aksana Sjuman menjadi faktor signifikan dalam perubahan aransemen musik Dewa 19. Dhani seperti mendapat sparring partner di sisi produksi.

Andil Aksan bukan hanya terbatas di gebukan drum yang perkakasnya ia rancang sendiri. Ia berperan pada modulasi di bangunan aransemen hits single “Kirana” sehingga lagu semonoton itu tiba-tiba jadi punya dinamika yang bekerja dengan caranya yang begitu unik.  “Kirana” sebetulnya sudah ditiupkan nafasnya ke dunia oleh Erwin sejak tahun 1993 dengan ide dari album-album Sting, namun Dhani merasa belum menemukan formula aransemen yang cocok.

Dalam sebuah wawancara, Aksan mengungkapkan Toto awalnya masih jadi patokan sampai akhirnya Dhani membawa album Zooropa milik U2 ke studio. “Dhani minta referensi ke situ, ke lagu “Babyface”,” kata Aksan. Dirinya mengaku sempat kesulitan dengan basis musik jazz yang menjadi pondasi permainannya selama ini juga menahan emosi dalam set drum yang hanya terdiri dari bass drum, snare, hi-hat, dan sebuah crash cymbal. “Konsepnya adalah perubahan feeling.” Aksan bermain dengan kaku tanpa banyak pulasan, tapi justru kekakuannya itu yang mungkin sulit dicapai drummer-drummer Dewa lain yang cenderung lebih flamboyan.

 

 

“Kirana” semakin jauh melangkah. Dimulai dari Jakarta, tempat basic track direkam di Gins Studio; lalu melayang sampai Essen, Jerman, tepatnya di Basement Studio milik kawan Aksan, Wolf Arndt. Nama ini bertanggungjawab melakukan mixing materi Pandawa Lima, lalu sempat menjadi sound engineer untuk tur Pandawa Lima, dan belakangan jasanya kemudian dipakai oleh KLa Project, Netral, sampai Anang dan Krisdayanti. Ibarat Resi Durna, Wolf adalah sosok penting yang mengajarkan ilmu produksi bagi Pandawa Lima. Ia menyarankan Aksan melakukan keseluruhan isian drum “Kirana” dengan brush stick agar mendapatkan sound yang lebih “lebar”.

Andil Aksan bukan hanya terbatas di gebukan drum yang perkakasnya ia rancang sendiri. Ia berperan pada modulasi di bangunan aransemen hits single “Kirana” sehingga lagu semonoton itu tiba-tiba jadi punya dinamika yang bekerja dengan caranya yang begitu unik

Dalam titiannya ke Jerman itu, kawan Aksan lainnya yaitu Jorg Lenhardt mengisi seluruh bagian gitar dengan synthesizer di “Suara Alam”.  Jorg yang gitaris profesional bahkan “dipaksa”  Dewa 19 memainkan teknik ala Pat Metheny. Sementara teman Aksan lainnya yang bernama Konich mengisi bagian puisi abstrak berbahasa Jerman di pertengahan lagu “Bunga”. Fun fact: klip “Bunga” baru dirilis saat Once menjadi vokalis Dewa.

 

 

Akhirnya “Kirana” menemukan tempatnya berlabuh di On Studio, Bandung. Di studio milik Doel Sumbang itu, sebetulnya mereka tinggal “membungkus” si jabang bayi “Kirana” bersama kesepuluh track lain.  Namun Dhani memutuskan untuk melakukan take ulang nyaris seluruh bagian di “Kirana” karena merasa salah kunci setelah mendengarkan masukan dari bos Aquarius, Pak Ook. Alhasil Ari Lasso harus menempuh perjalanan kereta api dari Jakarta hanya untuk merekam lagi vokalnya .

Chart Tembang Teratas di rubrik “Haitop” majalah Hai edisi 7 Januari 1997 / Foto: koleksi Budi Warsito.

Tapi justru di momen tersebut sejarah sedang dipahat. Timbul ide untuk memasukkan solo gitar. Di versi yang sekarang kita dengar, momen tersebut hanya muncul sekitar 15 detik dan dibagi menjadi dua bagian. Andra yang tak membawa perkakasnya, memutuskan melakukan take ulang sedapatnya dengan gitar bersenar karatan yang ia temukan di studio. Termasuk menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mendapatkan sound menggerung pada intro yang ikonik itu. Hasilnya adalah lagu yang, meminjam istilah Budi Warsito dalam Trocoh (2021), rumit, dingin, dengan soundscape mistis yang tak banyak ditemui di musik Indonesia.

 

Tanggal 7 Januari 1997, “Kirana” mulai bertengger di chart majalah Hai. Untuk pertama kalinya, Dewa 19 sudah mereguk penjualan ratusan ribu keping dalam hitungan bulan untuk album yang bahkan diragukan oleh label rekamannya sendiri. Materi-materinya nyaris tidak ada yang radio friendly dan seperti datang dari sisi dunia yang lain. Senafas dengan deretan video klipnya yang banyak menghadirkan elemen-elemen surealis.

Di “Aku Disini Untukmu” yang didapuk sebagai hits single kedua Aksan kembali masuk dengan mengendap-endap nyaris tak tertebak. Sementara Andra menggunakan ebow untuk isian gitarnya dan disebut-sebut yang pertama menggunakan alat yang dipakai The Edge dalam “With Or Without You” itu di Indonesia

“Aku Disini Untukmu” yang didapuk sebagai hits single kedua misalnya. Aksan kembali masuk dengan mengendap-endap nyaris tak tertebak. Sementara Andra membawa sound yang sama misteriusnya. Ia menggunakan ebow untuk isian gitarnya dan disebut-sebut yang pertama menggunakan alat yang dipakai The Edge dalam “With Or Without You” itu di Indonesia. Aktris Tamara Bleszynski, yang saat itu disebut sebagai aktris dengan bayaran termahal dan terkenal selektif menerima tawaran peran, bahkan mau bergelantungan dan berakting serupa mutan.

 

Atau  “Satu Sisi” yang liriknya ditulis secara personal oleh Ari Lasso tentang pengalaman ketergantungannya pada narkotika. Satu-satunya materi yang cukup ramah di telinga adalah “Kamulah Satu-Satunya” besutan Erwin dan Dhani. Track pamungkas ini terpengaruh dengan pendekatan jangle pop ala Gin Blossoms yang tengah menjadi daftar putar favorit anak-anak Dewa 19 saat itu. Menurut Ari Lasso, “Kamulah Satu-Satunya” menjadi lagu yang paling cepat proses perekamannya karena hanya diperlukan satu kali take vokal. Bahkan saking lancarnya, suara Ari Lasso meminta Dhani untuk mengecek hasil rekaman pun temponya pas dan  tidak fals.

 

Meski akhirnya mencetak kesuksesan komersial dan artistik, formasi Pandawa Lima hanya bertahan sampai pertengahan tahun 1998. Aksan diberhentikan pada Juni 1998. Meski sudah jadi rahasia umum kalau Aksan didepak gara-gara pukulan drumnya yang terlalu nge-jazz, pemecatan itu diakui Aksan karena “ada perubahan dalam visi musik Dewa”.

 

Erwin memutuskan keluar untuk menjalani rehabilitasi dari  ketergantungan narkotika di sebuah pesantren; kembali sebagai additional player di album tersukses Dewa, Bintang Lima; diangkat kembali sebagai personel tetap di Cintailah Cinta; dan keluar dari band yang dibesarkannya gara-gara drama sinetron.  Ari Lasso yang lebih sering manggung dalam keadaan teler juga memutuskan pamit meski beredar bahwa dia jadi korban pemecatan Dhani.

Only the good die young. Pandawa Lima dan segala anomalinya akhirnya menempatkan Dhani, almarhum Erwin, (Wong) Aksan, Andra, dan Ari di puncak kesakralan yang sulit dicapai lagi bahkan oleh bandnya sendiri sekalipun!

 


 

Penulis
Fakhri Zakaria
Penulis lepas. Baru saja menulis dan merilis buku berjudul LOKANANTA, tentang kiprah label dan studio rekaman legendaris milik pemerintah Republik Indonesia dalam lima tahun terakhir. Sehari-hari mengisi waktu luang dengan menjadi pegawai negeri sipil dan mengumpulkan serta menulis album-album musik pop Indonesia di blognya http://masjaki.com/
3 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Rio
Rio
2 years ago

Klarifikasi dari Dhani bahwa Aksan dikeluarkan bukan krn terlalu ngeJazz, tapi krn power ketukannya kurang, jadi tidak senada dgn ide-ide musik Dhani.

armand
armand
2 years ago

mister fakhri.. mohon info puisi yang dilantunkan dalam lagu “bunga”.. danke

Mufid Blake
Mufid Blake
1 year ago

ALBUM PALING GAWAT SEPANJANG SEJARAH PERMUSIKAN INDONESIA. track 1-11 gaada yang gagal samsek, bahkan di era sekarang pun album ini masih sangat terdengar fresh dengan progresi aneh chordnya (visioner pada zamannya) harus diakui.

Eksplor konten lain Pophariini

Bank Teruskan Perjalanan dengan Single Fana

Setelah tampil perdana di Joyland Bali beberapa waktu lalu, Bank resmi mengumumkan perilisan single perdana dalam tajuk “Fana” yang dijadwalkan beredar hari Jumat (29/03).   View this post on Instagram   A post shared …

Band Rock Depok, Sand Flowers Tandai Kemunculan dengan Blasphemy

Setelah hiatus lama, Sand Flowers dengan formasi Ilyas (gitar), Boen Haw (gitar), Bryan (vokal), Fazzra (bas), dan Aliefand (drum) kembali menunjukan keseriusan mereka di belantika musik Indonesia.  Memilih rock sebagai induk genre, Sand Flowers …