Bintang Lima dan Pertaruhan Dewa

Sep 29, 2021
Dewa Bintang Lima

Ada dua sosok yang manuver pergerakannya hanya dirinya dan Tuhan yang tahu pasti. Pertama adalah ibu-ibu pengendara skuter matic. Kedua adalah Ahmad Dhani. Idiom klasik don’t change a winning time cuma dibuang ke tong sampah oleh Dhani saat ia melakukan perombakan nyaris total formasi album Pandawa Lima yang menguatkan posisi Dewa sebagai the big thing di lanskap musik populer Indonesia. Dengan merilis Bintang Lima menyamai bahkan, di beberapa aspek, melebihi role model-nya: Slank dan KLa Project.

Dari cerita-cerita tentang pemecatan personel, bagian menarik adalah kesaksian Aksan Sjuman. Meski sudah jadi rahasia umum kalau Aksan didepak gara-gara pukulan drumnya yang terlalu nge-jazz, pemecatan itu diakui Aksan, kalau memang ada perubahan dalam visi musik Dewa. Dhani lebih tepatnya.

Setelah fusion, adult rock, hingga alternatif. Mulai Toto, Casiopea, Van Halen, sampai Gin Blossoms, Dhani kemudian merombak semua formula dan formasi paten. Dhani seperti ingin membawa kemegahan rock, terutama Queen, secara paripurna. Selain persoalan ketergantungan narkotika, Ari Lasso dinilai Dhani tidak cukup mampu membawakan karakter rock yang diinginkan Dhani. Maka opsi awal disodorkan: Dewa akan pakai dua vokalis buat album baru.

Elfonda “Once” Mekel, nama yang digadang-gadang sebagai rekan duet Ari Lasso bukan sosok yang punya popularitas sepadan meski sempat merilis satu album bersama Pay, Ronal Fristianto, dan mendiang Andi Liany di Fargat 727. Gara-gara penyakit di pita suara, Once sempat mengubur impian sebagai penyanyi. Ia kemudian kembali ke kampus, lulus sebagai sarjana hukum UI, dan bekerja kantoran. Termasuk dalam proyek kerjasama riset LIPI dan Australia. Tempat dimana salah seorang pegawai tidak menyangka bahwa sosok penurut yang sering disuruhnya memfotokopi berkas-berkas perjanjian hukum itu beberapa tahun kemudian nongol di televisi sebagai vokalis salah satu band terbesar yang dimiliki Indonesia

didepak gara-gara pukulan drumnya yang terlalu nge-jazz, pemecatan itu diakui Aksan

Dhani tidak perlu mencari sampai lubang semut untuk mencari sosok yang disebut pegawai LIPI  “ngobrol saja suaranya merdu” itu. Mereka bertetangga di Pondok Indah dan sering nongkrong sekaligus menikmati saat Once menyalurkan hobinya bernyanyi di sebuah klub malam di daerah Blok M.

Singkat cerita, konsep dua vokalis ditolak oleh Ari Lasso yang meninggalkan “Elang” dan “Persembahan Dari Surga” sebagai karya terakhirnya bersama Dewa di album The Best Of Dewa 19 rilisan tahun 1999. Juga sumbangan vokal untuk beberapa lagu di bakal calon album baru, meski hanya sebagian kecil yang akhirnya benar-benar dipakai. Status Erwin “dalam pemantauan” seiring keputusannya untuk melakukan rehab di pesantren. Sementara posisi drum memang sudah lowong sejak Aksan dipecat pada 4 Juni 1998.

Di periode-periode ini Dhani sempat membuat supergroup Ahmad Band juga duet Ahmad Dhani & Andra Ramadhan. Proyek-proyek ini juga jadi cara Dhani untuk mengaudisi calon personel baru. Dhani yang butuh gebukan drum lebih bertenaga sempat naksir dengan Bimo, eks drummer Netral yang diajak bergabung di Ahmad Band bersama Andra juga Bongky dan Pay setelah mereka keluar dari Slank.

Ahmad Band

Ahmad Band. Ki-ka: Bongky, Bimo, Pay, Andra, bawah: Dhani / Foto: sampul majalah Hai

Sementara Once dipersiapkan Dhani dengan cukup serius. Selain dijadikan  backing vocal untuk tur Ahmad Band, bersama Bebi yang kemudian membentuk Romeo, Once juga mengisi bagian vokal latar untuk soundtrack “Kuldesak” yang ada di album Ahmad Dhani & Andra Ramadhan juga “Persembahan Dari Surga” di album The Best of. Dhani juga membuatkan single “Anggun” yang disebut sebagai pembuktian Dhani pada Andra kalau Once memang layak menggantikan Ari Lasso. Once dinilai Andra punya kelebihan secara teknikal, namun kurang flamboyan seperti Lasso.

Di waktu-waktu ini wujud album kelima Dewa mulai terlihat. Terutama ketika dua track di album The Best tadi disodorkan. Lirik-lirik yang bergerak di ranah sufistik yang berbicara tentang konsep cinta dalam hubungan vertikal manusia dengan Tuhan. Jika aransemen di Pandawa Lima bergerak dalam langkahnya yang begitu ganjil dan misterius, Dewa kemudian mencoba menjadi sosok grandeur yang melangkah anggun.

Bakal calon formasi ini sempat merekam “Roman Picisan” yang digadang-gadang akan masuk di album baru. Bimo sempat mengisi part drum. Tapi brengseknya Dhani, dia enteng membuang hasil jerih payah Bimo dengan alasan “drumnya nggak enak”. Diperlakukan demikian, Bimo masih berbaik hati merekomendasikan Setyo Nugroho untuk menempati kekosongan posisi drummer. Meski sama-sama punya karakter sound rock purba, Tyo punya eleganitas yang sesuai dengan kemauan Dhani dibandingkan Bimo yang cenderung lebih “kotor”. Huruf “W” yang hilang selepas (Wong) Aksan, dihadirkan kembali dalam nama Wizztyo Nugros sebagai nama panggung yang diberikan Dhani untuk Tyo.

Dewa dalam formasi Bintang Lima. Ki-ka: Tyo, Dhani, Once, Andra / Dok. Istimewa

Segala gerak-gerik Dewa ini selalu membetot perhatian publik lewat pemberitaan. Ibaratnya, apapun yang nantinya terjadi, album baru Dewa tetap akan jadi pembicaraan. Tapi segala keriuhan tentu tidak ada artinya jika penjualan tidak membahagiakan. Apakah formasi baru ini bisa menyamai kesuksesan Pandawa Lima, jelas perlu pembuktian. Apalagi album baru ini punya nama yang begitu ambisius: Bintang Lima. Mirip ketika mereka memberi nama Terbaik Terbak untuk album ketiga, yang akhirnya punya cerita kesuksesannya tersendiri. Akankah Bintang Lima mengangkat Dewa atau justru segala bentuk pertaruhan dalam penggantian personel tadi justru berujung kegagalan?

20 Tahun Bintang Lima Dewa

Sampul album Dewa, Bintang Lima

Ketika “Roman Picisan” mulai melesat, keraguan tadi hilang. Dewa mencoba tampil dengan jubah baru tanpa membawa tanggungan masa lalu, meski tetap menempatkan Ari Lasso di vokal bagian reffrain. Entah sebagai bentuk penghormatan atau sebuah ketakutan yang tersisa, hanya Dhani yang tahu pasti. Si anak hilang Erwin kembali membetot bass, walau posisinya “diturunkan” sebagai additional player.

“Roman Picisan” sudah membawa kemegah lewat pemberdayaan string section sejak track pembuka “Mukadimah” sebagai intro. Liriknya puitis meski Dhani salah kaprah mengartikan busur panah  Selain solo gitar Andra yang selalu memukau, bahkan di album dengan materi absurd seperti Republik Cinta, bagian terbaik dari “Roman Picisan” adalah di part koor, yang sudah mulai dibocorkan oleh “Persembahan Dari Surga”. Once adalah jawaban untuk pencarian Dhani: vokal rendah yang mumpuni dengan kekuatan teriakan karakter rock. Beban bayang-bayang nama Ari Lasso berhasil dilepaskan secara elegan. Jika “Bohemian Rhapsody” dijadikan mata kuliah wajib setara 6 SKS, maka Dewa/Dhani sudah dinyatakan lulus lewat “Roman Picisan” sebagai paperwork.  

Akankah Bintang Lima mengangkat Dewa atau justru segala bentuk pertaruhan dalam penggantian personel tadi justru berujung kegagalan?

Di beberapa lagu seperti “Dua Sedjoli”, “Cinta Adalah Misteri”, dan yang tercetak jelas, “Sayap-Sayap Patah”, Dhani menunjukkan antusiasme besar terhadap puisi-puisi Kahlil Gibran. Sedangkan pengaruh deras dari Queen terutama sekali terlihat dalam racikan sound gitar Andra di “Cemburu” dan “Risalah Hati”. Judul yang disebut terakhir saya kira adalah yang terbaik di album ini.

“Risalah Hati” datang dengan kemuraman seperti halnya “Kirana” di album sebelumnya. Gerak-geriknya sama sama monoton. Ada “pengganggu” yang membuat dinamika lagu jadi berbeda. Vokal Once menjadikan kemuraman tadi tampak sebagai sesuatu yang….artsy lewat tarikan vokal di …sebelum kau robek hatiku. Juga modulasi di bagian-bagian akhir lagu.

Jika “Kirana” dibiarkan untuk terus jauh melangkah, “Risalah Hati” ditutup dengan vokal latar Shanty (barisan vokal latar Dewa memang layak untuk membuat kelompok vokal sendiri) juga flute dari Kenny Jo. Nama terakhir ini sulit terlacak rekam jejaknya apakah memang sosok nyata atau akal-akalan memplesetkan nama saxophonist Kenny G.

Klipnya dieksekusi baik oleh Rudi Soedjarwo dengan tone warna biru dengan Indra Birowo sebagai talent. Scene personel Dewa manggung di atap gedung yang selalu punya nilai sinematiknya sendiri. Mengingatkan mulai dari klip “Don’t Let Me Down” milik The Beatles atau “If You’re Gone” dari Matchbox Twenty.

Sejujurnya secara materi, album ini kurang menarik untuk lebih banyak diulas jika dibandingkan Pandawa Lima atau Terbaik Terbaik. Justru aspek komersial yang membawa album ini bergerak lebih jauh.

Kekhawatiran dan ketakutan personel Dewa justru diganjar dengan penjualan album yang menurut catatan terjual hingga 1,7 juta kopi. Bintang Lima yang dirilis bulan April kemudian menjadi babak pertama dari kegemilangan tahun 2000 sebagai tahun emas industri musik Indonesia. Setelahnya Sheila On 7 di akhir September/awal Oktober mencetak sekitar satu setengah juta keping dari Kisah Klasik Untuk Masa Depan dan Jamrud menutupnya melalui Ningrat di angka penjualan dengan kisaran yang sama.

Single-single di Bintang Lima kemudian punya cerita kesuksesan sendiri-sendiri. “Dua Sedjoli” dijadikan sebagai soundtrack untuk sinetron Cerita Cinta. Sinetron ini memajang relationship goals generasi millennium baru 2000, Teuku Firmansyah dan Cindy Fatikasari, bersama nama-nama beken seperti Marcella Zalianty, Surya Saputra, dan Dea Ananda. Nama terakhir adalah alasan personal mengapa cewek berambut sebahu selalu menarik. Ceritanya masih di seputar problem cinta remaja, namun Cerita Cinta cukup berani menyodorkan tema yang cukup sensitif untuk kultur Indonesia, yakni LGBT.

Bintang Lima yang dirilis bulan April kemudian menjadi babak pertama dari kegemilangan tahun 2000 sebagai tahun emas industri musik Indonesia

Saat itu pola umum di scene sinetron adalah menggunakan lagu-lagu populer sebagai soundtrack. Bergeser dari pola sebelumnya yang secara khusus memproduksi lagu tema khusus, dengan Chossy Pratama sebagai tempat langganan. Bahkan jika sinetronnya populer sampai dibuatkan album soundtrack seperti OST. Janjiku dari Paramitha Rusady atau Melangkah Di Atas Awan-nya Ronny Sianturi. “Sephia” milik Sheila On 7 juga “Pelangi Di Matamu” dari Jamrud juga dipakai untuk sinetron yang berjudul sama di kurun waktu tersebut.

Kepopuleran Bintang Lima juga membuat beberapa musisi melakukan interpretasi untuk lagu-lagunya. Yang menarik adalah Inul Daratista. Ratu Ngebor ini membawakan “Separuh Nafas” dalam format dangdut. Lagu ini memang sangat ndangdut dari sananya. Sulit untuk menolak bergoyang sejak intro gitar Andra yang khas itu. Belum lagi video klip yang memang komikal, berbeda dengan klip “Roman Picisan” yang menampilkan sesuatu yang megah. Deddy Dores sebagai produser berhasil memaksimalkan karakter lagu dengan identitas cengkok dangdut Inul yang kuat. Selain “Separuh Nafas”, Inul juga juga membawakan “Cemburu” dan “Dua Sedjoli”.

Bintang Lima dengan segala kelebihan dan kekurangannya akhirnya mempertahankan Dewa di klasemen band kelas atas dengan caranya sendiri.

 


Bintang Lima – Dewa (2000) Aquarius Indonesia. Peringkat ke 01 dalam daftar 20 Album Terbaik Label Arus Utama 2000-2020

Penulis
Fakhri Zakaria
Penulis lepas. Baru saja menulis dan merilis buku berjudul LOKANANTA, tentang kiprah label dan studio rekaman legendaris milik pemerintah Republik Indonesia dalam lima tahun terakhir. Sehari-hari mengisi waktu luang dengan menjadi pegawai negeri sipil dan mengumpulkan serta menulis album-album musik pop Indonesia di blognya http://masjaki.com/

Eksplor konten lain Pophariini

MALIQ & D’Essentials Siap Berbagi tentang Strategi Bisnis di Maliq Music Labs

Di tengah persiapan album baru yang masih belum dipastikan kapan beredar, MALIQ & D’Essentials akan menggelar Maliq Music Labs edisi kelima hari Rabu, 24 April 2024 di Lithium Rooftop, Jakarta Selatan.   View this …

Excrowded Menggelorakan Musik di Malang Lewat Album Mini Terbaru

Setelah jeda hampir 2 tahun, Excrowded akhirnya kembali membawa karya baru berupa album mini bertajuk Unite Diversity hari Senin (01/04)   Excrowded beranggotakan Hazbi Azmi (vokal), Gilang Akbar (gitar), Gianni Maldino (bas), dan Rijadli …