30 Tahun Fariz RM Merilis Living in the Western World
Tiga puluh tahun lalu, bocah 11 tahun menonton Dunia Dalam Berita di TVRI. Sepertinya ia sedang menanti acara kuis favoritnya, Berpacu Dalam Melodi. Pada berita penutup, pembaca berita menyampaikan bahwa musisi Fariz Roestam Munaf, atau biasa dikenal dengan nama Fariz RM, baru saja pulang dari lawatan ke Eropa dan membawa oleh-oleh sebuah album berjudul Living in he Western Word. Diputarlah penggalan lagu “Barcelona”—bocah 11 tahun itu dibuat takjub olehnya.
Itu cerita tentang saya; duduk di depan televisi dan tergugah oleh manisnya “Barcelona”. Beberapa hari kemudian, saya sudah memegang album tersebut. Tak selang berapa lama, sekolah saya mengadakan darmawisata ke Bandung. Kaset Living in he Western Word menjadi teman perjalanan di atas bus, terus berputar di dalam Walkman berwarna merah, selama batu batere masih kuat melakukannya, sambil menikmati sebatang Silver Queen. Terlebih karena memutar ulang side A-nya.
Living in he Western Word dibuka dengan “Iman dan Godaan” yang menghentak dan meriah. Tema keyboard yang seperti permen hadir sejak intro, berdatangan selalu, lalu menjadi lebih akrobatik naik dan turun pada bagian interlude, ditimpali dengan suara-suara lain yang menjadikan komposisi ini penuh bunga teknologi terbaik dance-pop 1980an.
Namun, semua “suasana goyang” itu dihadirkan bersama lirik yang membuat bocah 11 tahun pun bisa merenung. Fariz berduet dengan Dian Prama Poetra, bersahut-sahutan menyanyikan tentang hidup yang penuh nakal godaan dan di mana iman berada.
Di dalam jiwa ini
Akal pertimbanganku
Berperang seru dengan godaan
Yang datang tiada menentu
Seindah-indahnya komposisi “Barcelona”, lagu kedua di album ini yang menjadi hit besar Fariz RM, “Iman dan Godaan” tetap yang paling personal buat saya. Saya memutar lagu itu lagi dan lagi.
Namun bagaimanapun, tidak bisa saya tak mengakui keunggulan “Barcelona”. Pop 7 menitan yang penuh taburan mawar. Dari bassline, layer-layer keyboard, drum, marimba sintesis, conga di speaker kiri, juga solo gitar yang dimainkan oleh Eet Sjahrani yang diteruskan oleh permainan solo Fariz RM yang sangat khas, sampai menyisipkan lirik berbahasa Spanyol. Sulit menemukan lagu Indonesia bertema romantis dan berpisah se-festive ini.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac
Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …
CARAKA Suarakan Berbagai Emosi di Album Terbaru NALURI
Unit pop asal Tegal, CARAKA resmi luncurkan album bertajuk NALURI (15/12). Melalui sesi wawancara yang berlangsung pada Senin (16/12), CARAKA membagikan perjalanan band dan hal yang melatarbelakangi rilisan terbarunya. CARAKA merupakan band …