5 Album Bagus Tapi Kovernya Tidak Representatif

Oct 2, 2018

Kover album atau sampul album adalah elemen yang teramat penting, ia menjadi diperhitungkan untuk menentukan apakah album ini sempurna secara keseluruhan. Saking pentingnya bahkan seniman di balik sampul album bisa mendapat tempat tersendiri di ajang penghargaan sekaliber Anugerah Musik Indonesia (AMI).

Baru-baru ini, seniman sekaligus musisi asal Jakarta, Kendra (Ardneks) berhasil memboyong Piala AMI untuk Grafis Desain Album Terbaik lewat karyanya di album Transition oleh Rafi Muhammad. Otomatis, albumnya sendiri mendapat perhatian lebih. Sebelum Transition, ada banyak album yang diapresiasi karena kovernya yang keren, antara lain Sore album CentralismoForbidden Knowledge-nya Eross Chandra.

Sayangnya, tak semua musisi lantas ‘melek kover’. Ini lantas menjadi masalah ketika albumnya beredar, apresiasi publik yang menurut saya melek ‘visual’, bahwa akhirnya tak sedikit album-album yang punya kover yang bagus secara visual. Bahkan album yang dibilang terlaris sekalipun.

Berikut ini PHI suguhkan sedikitnya 5 album dengan kover tak representatif.

Danilla – Lintasan Waktu

Kover album Danilla – Lintasan Waktu.

Di luar lagu-lagu Danilla yang sangat indah dan menghipnotis, agaknya untuk sampul album, tim biduan asal Jakarta ini pontennya masih minus jika bicara soal kover album. Dua albumnya, covernya kurang banget. Semoga album ketiga mereka bisa mencari eksekusi desain kover album yang representatif.

Naif – 7 Bidadari

Tiga album Naif pertama adalah tiga album yang secara musik dan kover sangat kawin. Diantara tiga album itu, album kedua yang terbaik. Namun untuk album-album sesudahnya, sorry to say, Naif seperti kehilangan arah. Puncaknya ada di album Planet Cinta, selain isi lagunya, kovernya juga mengecewakan. Harapan saya sebenarnya ada di 7 Bidadari, berharap Naif bisa kembali seperti dulu. Namun harapan saya pupus. Di luar musiknya sudah membaik, namun kovernya (yang mungkin sudah representatif) tetap saja belum sempurna.

KPR – Teriakan Bocah

Album debut KPR – Teriakan Bocah.

Sebuah debut album dari unit rock and roll yang keras, cepat, teriak dan distortif layak mendapat kover album yang representatif dengan musiknya. Namun nampaknya KPR terjebak dengan judul Teriakan Bocah yang mentah-mentah digambarkan dalam bocah yang tengah berteriak. Berantakan!

Tulus – Gajah

Album Gajah dari Tulus

Secara paket musik dan kover menurut saya Tulus berhasil menemukan kesempurnaannya di Monokrom. Di luar album itu, meski meledak di pasaran, dua album pertama kovernya (termasuk Gajah) lumayan mengecewakan, seperti kurang terkonsep dengan baik. Mungkin alasanya karena dulu orang belum kenal siapa itu Tulus jadi harus menampilkan sosok dirinya. Oke saja di album pertama, tapi buat album Gajah harusnya sudah tidak begitu.

Stars & Rabbits – Constallation

Stars and Rabbit – Constallation

Meski dibangun dari musik akustik, Musik Stars & Rabbits kaya akan dinamika dan banyak elemen lainnya. Seharusnya ini juga didukung oleh kover album yang keren. Salah satu yang paling mencolok adalah font Stars and Rabbit yang besar (Saya kira mereka harus mencari alternatif font yang lebih proporsional), alangkah lebih baiknya jika mereka bisa mengeksplor sesuatu yang lebih representatif dengan tema albumnya.

Penulis
David Silvianus
Mahasiswa tehnik nuklir; fans berat Big Star, Sayur Oyong dan Liem Swie King. Bercita-cita menulis buku tentang budi daya suplir

Eksplor konten lain Pophariini

Juicy Luicy – Nonfiksi

Lewat Nonfiksi, Juicy Luicy semakin mengukuhkan diri sebagai band pengusung lagu patah hati dengan formula pop R&B yang jitu dan ultra-catchy. Pertanyaannya: sampai kapan mereka akan menjual kisah patah hati kasihan dan rasa inferioritas …

Selat Malaka Resmi Mengeluarkan Album Penuh Perdana

Band asal Medan bernama Selat Malaka resmi mengeluarkan album penuh perdana self-titled hari Jumat (22/11). Sebelumnya, mereka sudah mengantongi satu single “Angin Melambai” yang beredar tahun lalu.     View this post on Instagram …