5 Band Indonesia Favorit Indra Lesmana

Jul 20, 2021

Setelah merilis album The Essential Volume 1, Indra Lesmana tengah menyiapkan sebuah buku yang berisi partitur lagu dari album tersebut. Di buku juga menampilkan foto-foto karya sang istri, Hanny Hrihandojo.

Buku ini menjadi merchandise yang berharga bagi Indra karena ia menganggap buku sesuatu yang berbeda untuk bisa mempelajari banyak hal daripada sekadar menemukan informasi di internet.

“Saat membaca sebuah buku, we could stay in the paragraph. Kemudian, kita bisa masuk, ada imajinasi yang berjalan. Jadi, kita actually pada saat membaca itu kita bukan hanya belajar dari apa yang kita baca. Tapi kita men- develop own imagination,” ungkap Indra Lesmana kepada Pophariini (28/05).

 

Indra juga menambahkan, buku sangatlah penting. Ia memutuskan untuk merilisnya karena tumbuh dan belajar dengan buku musik. Sejak dulu ia selalu mencari partitur karya dari para musisi yang disukai. 

“Aku bisa belajar lebih dalam daripada hanya sekadar mengulik lagunya. Kalau aku benar-benar tau sebenarnya dia menulisnya seperti apa. Oh, ternyata yang saya ulik salah. Ternyata dia maksudnya begini, because it comes from the real writer,” jelas Indra.

The Essential Volume 1 merupakan album yang berisi total sembilan belas lagu. Indra Lesmana bakal terus merapikan materi-materi yang dimiliki sepanjang karier.

Sambil menunggu, simak dulu 5 band Indonesia pilihan Indra Lesmana berikut ini:


1. Guruh Gipsy

 

Aku dari kecil suka dengerin musik yang sangat eclectic. Tapi band yang benar-benar pertama kali membuat aku, yang just blow my mind adalah band yang bernama Guruh Gipsy. Guruh Gipsy adalah sebuah grup progressive rock. Kayaknya yang sampai sekarang masih diakui seluruh dunia bahwa Indonesia pernah punya grup progressive rock seperti Guruh Gipsy. Kenapa blow my mind because the music was so new saat itu. Dan mereka bisa melahirkan suatu musik yang tonely fresh. Tonely yang ini entah darimana. Jadi, buat aku it’s just blow my mind away yang membuat aku saat itu berpikir bahwa kalau bikin band tuh memang harus se- fresh ini kali ya. Jadi, Guruh Gipsy is just my hero in progressive music.

 

2. MALIQ & D’Essentials

 

Kemudian, grup Indonesia yang aku juga mempunyai kesan yang sangat besar, I have to say MALIQ & D’Essentials karena aku ingat pertama kali nonton Widi sama Angga. Waktu itu, ada tempat namanya Manna Lounge. Kemudian, aku juga sempat dikasih dengar demonya sama Eq Puradiredja. So it was my first encounter ketemu mereka. Itu sama, they have this fresh music yang saat itu aku ngerasa juga belum ada anak-anak di Jakarta yang ke luar dengan musik yang seperti itu. They came up with fresh melodies. Chords changes- nya juga nggak common untuk musik pada saat itu. Ya, fresh dan ketika aku ketemu mereka, bekerja sama dengan mereka. Aku masih ingat, nggak tau kalau Widi ingat apa enggak. Widi sempat bilang, tadinya maunya ke luarnya dengan nama MALIQ. But I said keep ‘D’Essentials’. So, MALIQ & D’Essentials akhirnya aku ikutan produced di album pertama, ikutan mixing, ikutan main. Working with them was lot of fun karena mereka datang ke rumah dan kita sering jalan-jalan bareng, dan lain sebagainya. Akhirnya, we learn about lot of things each other. Jadi, MALIQ & D’Essentials aku suka karena bukan hanya musiknya, but we have a strong relationship sampai sekarang.

 

3. Karimata

 

I have to say. Ini agak mundur sedikit waktunya dari MALIQ yaitu sebuah grup fusion yang sangat rapih, sangat bagus, yaitu Karimata. Kenapa aku bilang Karimata? Karena saat itu aku sedang nge- band sama Krakatau, dan Karimata selalu menjadi sama masyarakat di Indonesia kita selalu kayak disaing-saingin. “Loe tim Karamata apa tim Krakatau?”. Sementara we’re good friends. Candra Darusman, Erwin Gutawa, Denny TR. Denny TR is just one of my favourite guitar player. Almarhum Uce Haryono, Aminoto Kosin, itu memang musicians. My very fine musicians yang Indonesia sampai saat ini harus banggakan mempunyai sebuah grup seperti Karimata. Tentunya mereka dengan kualitas musisi seperti mereka. Musik yang mereka lahirkan adalah very fine delicate kind of music. Jadi memang rapih. Nah, aku tuh kagum sama kerapihan mereka. Karena gini, Krakatau tuh beda banget sama Karimata. Krakatau tuh malah “We don’t care about rapih, pokoknya main saja, seru.” Nah, kalau Karimata tuh rapih banget. And we always like “Gila rapih banget ya ini band”. So it’s a, ya aku belajar banyak juga dari Karimata, how to produced musik yang rapih, because they’re very clean semuanya, very fine.

 

4. Barasuara

 

Aku ingat ya suatu hari di Red White Jazz Lounge yang sekarang sudah tutup, sayangnya. Aku ingat satu malam, aku lagi duduk di luar. I was talking with friend of mine saat itu. “Eh loe harus dengar demo” nih ada band demo seru deh. Aku pasang di kuping and I would like, “Gila, keren banget nih band. Siapa ini?“. Kita ngobrolin, “Loe tau nggak ini siapa? Ini Gerald (Situmorang) sama teman-teman”. It was Barasuara. Itu yang pertama kali aku dengar, “Wow, gila ini fresh banget”. Sama, they came up with some fresh melodies, fresh lyrics, musik yang repetitive tapi nagihin. Kemudian same melody with different chords changes. They came up with these formula yang menurut aku membuat orang pas dengar jadi pengin terus ngikutin. Liriknya juga keren. I think Iga is one of the great lyricses juga yang Indonesia punya. Ya, Barasuara is one of my favourite band sampai sekarang.

 

5. Indonesian All Stars

 

I think I should mention ini band karena ini last but not least. Band ini ada sebelum aku lahir, kemudian aku malah mengenal band ini setelah band ini punya rekaman, dan aku diceritakan, karena ayahku ada di grup itu. Nama bandnya Indonesian All Stars. Indonesian All Stars ini adalah sebuah cita-cita untuk bisa mengirim sebuah band Indonesia untuk bisa tampil di sebuah international jazz festival yang waktu itu adalah Berlin Jazz Festival. One of the best jazz festival saat itu. Yang main John Coltrane, Miles Davis, Oscar Peterson, Art Tatum. Sebut saja deh, Bill Evans. So, Indonesian All Stars. Ini Ayah yang ceritain karena aku belum lahir. Mereka satu tahun karantina, sudah kayak pandemi tuh. Di dalam studio, try to create music together yang bisa membawa nafas Indonesia, yang orang dengar, “Ini lho jazz dari Indonesia, bunyinya begini”. So, they came up with this great music. Indonesian All Stars. Setelah setahun, mereka berangkat ke Berlin, successful di sana. Mereka ditemukan oleh Tony Scott, dan mereka menghasilkan sebuah rekaman yang sampai saat ini melegenda yang berjudul Djanger Bali. Yang kemudian saya mendapatkan kesempatan untuk me-remaster albumnya. Itu rasanya senang banget bisa me-remaster that album. Kemudian dirilis kembali albumnya as a CD karena sebelumnya nggak ada CD. So ya, not but not least, Indonesian All Star.


 

Penulis
Pohan
Suka kamu, ngopi, motret, ngetik, dan hari semakin tua bagi jiwa yang sepi.

Eksplor konten lain Pophariini

Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota

Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …

CARAKA Suarakan Berbagai Emosi di Album Terbaru NALURI

Unit pop asal Tegal, CARAKA resmi luncurkan album bertajuk NALURI (15/12). Melalui sesi wawancara yang berlangsung pada Senin (16/12), CARAKA membagikan perjalanan band dan hal yang melatarbelakangi rilisan terbarunya.     CARAKA merupakan band …