5 Band Indonesia Favorit Rayhan Noor
Rayhan Noor belum lama ini merilis materi baru berjudul “complete”, bagian dari Sounds Cute, Might Delete Later edisi Oktober. Lagu yang kabarnya digarap hanya dalam waktu satu malam saja.
Sebelumnya, Rayhan juga berkolaborasi dengan Hindia di nomor “Hari Yang Baik Untuk Berbohong”. Masih dalam rangkaian Sounds Cute, Might Delete Later.
Sebagai musisi atau anak band, Rayhan pasti memiliki cerita tentang band favorit. Band yang terbilang cukup memengaruhi karier bermusiknya. Kira-kira siapa saja? Dan inilah jawabannya!
1. Sheila On 7
Sheila On 7 gateway gue ke banyak hal karena lagunya tuh sebenarnya simple. apa adanya tapi dalam. Baik secara aransemen maupun bahasan ya. Jadi karena gue bisa mencerna Sheila On 7 dengan baik, akhirnya gue bisa mencerna banyak hal atau banyak musik karena Sheila On 7.
2. Dewa 19
Menurut gue, kayaknya setelah Queen, Dewa itu adalah band pertama, band yang ‘megah’ yang gue dengar pertama kali. Itu kayak pertemuan gue pertama dengan musik yang majestic. Kalau misalkan gue dapat project atau gue lagi pengin bikin sesuatu yang mengharuskan karya tersebut menjadi megah, gue akan selalu look up ke Dewa 19.
3. Barasuara
Barasuara tuh menurut gue band yang sangat guitar based tapi tidak konservatif secara aransemen gitarnya. Kayak Iga dan TJ tuh selalu bisa menemukan aransemen gitar yang kayak sebenarnya kalau misalkan dipretelin sampai backbone-nya biasa saja. Tapi mereka bisa mainin itu dengan cara, “Anjir gue belum pernah dengar ini nih”. Mereka bisa bikin pendengarnya merasa seperti itu.
4. Seringai
Gitarnya Ricky itu sangat meng-influence gue di lagu-lagu Martials. Gue belajar banyak dari riff-riff Seringai, gimana caranya bisa nge-hook, bikin explosion dengan riff-riff gitar yang sebenarnya enggak ribet tapi punya daya ledak yang gede banget. Itu gue banyak belajar dari Seringai. Dan Seringai menurut gue adalah band yang bisa membuat musik heavy metal bisa didengarkan ke sama banyak orang.
5. MALIQ & D’Essentials
Dari MALIQ tuh gue belajar banyak tentang gimana loe bisa evolve di musik loe sendiri tanpa batasan-batasan tertentu. Gue ngikutin mereka dari sejak album 1st, sampai yang terakhir EP-nya, Raya. Itu gue kayak ngikutin orang-orang yang evolving secara natural. Yang kayak gue one time pengin bikin album kayak 1st, terus habis itu gue pengin bikin kayak Musik Pop. Yang kayak mungkin orang-orang yang dengar 1st enggak bisa dengerin Musik Pop secara religiously karena mereka juga enggak ngerti gitu musiknya. Tapi MALIQ tuh ya enggak apa-apa. Memang gue berevolusi via karya-karya. Ketulusan itu dalam berevolusi sangat memengaruhi gue dalam bermusik juga. Gue pun juga ingin selalu berevolusi di karya gue karena gue melihat MALIQ & D’Essentials seperti itu.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Wawancara Eksklusif Kossy Ng dan Dimas Ario Spotify: Edukasi Stream dan Musik Berbayar Masih Jadi Tantangan Besar
Saat menentukan apa saja yang ingin diangkat untuk KaleidosPOP 2024, tim redaksi Pophariini langsung berpikir soal keberadaan platform streaming musik yang menjadi salah satu tolok ukur kesuksesan perjalanan band dan musisi di era ini. …
We Are Neurotic Mempersembahkan Album Mini Terbaru Asian Palms
Trio disco dan jazz asal Jakarta, We Are Neurotic menutup tahun 2024 lewat perilisan album mini terbaru yang diberi nama Asian Palms (13/12) bersama C3DO Recordings sebagai label naungan. Album Asian Palms …