5 Gitaris Indonesia Favorit Warman ‘Indische Party’ 

Feb 20, 2022

Sebelum bergabung dengan Indische Party, gitaris Warman Nasution sudah melewati perjalanan bermusik yang cukup panjang. Tampaknya, ia memang tidak muluk-muluk dalam meraih hasil atas kecintaannya terhadap musik. 

Mengingat TOR sendiri band yang dibentuknya sejak tahun 1997, baru merilis satu album penuh berjudul Lorem Ipsum di 2002. Berbicara tentang catatan Warman sebagai musisi sudah dimulai dari zaman sekolah.

Ia mengaku tumbuh di keluarga yang bukan hanya syarat musik namun agak sombong membicarakan hal itu. “Kita kalau ketahuan dengarin Bee Gees diledekkin sama Om-om kita. Jadi kayak yang, ah lagu kuaci loe dengerin. Enggak tau dibentuk di situ apa gimana. Pokoknya kita dilatih harus untuk tidak puas sama yang disuguhkan di chart,” kata Warman kepada Pophariini.

Berangkat dari ejekan tersebut, Warman menyadari punya selera yang jauh berbeda dengan teman-temannya di sekolah,“Semua teman di sekolah penginnya main Weezer sementara gue penginnya main Jethro Tull. Akhirnya, enggak punya teman. Siapa anak 16 tahun yang mau ngulik bareng, ‘kan enggak ada. Jadi, pencarian teman bermusik tuh lumayan lama sih. Enggak nemu jodoh.” 

Warman baru merasa klop saat nge-band di TOR. Meskipun ia tau lagu-lagu yang dimainkan atau diciptakan oleh bandnya enggak bakal laku di pasaran karena jenis musiknya. 

Melihat kesibukan masing-masing personel TOR, Warman sempat mengisi kekosongan gitar untuk beberapa band, antara lain Vessel (band-nya Leonardo Ringo), Hightime Rebellion, hingga Rock N Roll Mafia. Kemudian sekitar empat tahun yang lalu, ia mulai manggung bareng Indische Party.

“Untung ada Indische Party. Kalau enggak gue mencanangkan diri sebagai gitaris pengganti musisi hijrah karena yang dua band itu gitarisnya hijrah. Jadi, gue gantiin. Kalau hijrah gue gantiin [tertawa]. Di Indische Party tadinya gantiin Kubil karena bentrok sama The Upstairs. Akhirnya, berdua. Di satu titik enggak pernah ada percakapan gimana juga. Pokoknya tiba-tiba dianggap personel. OK sip lah. Gue mah ayo-ayo aja,” jelas Warman.

Di luar musik, Warman bekerja di bidang finance yang masih di ruang lingkup industri kreatif sejak 2008. Baginya, musik tidak pernah berani untuk dijadikan penghidupan. 

Warman sosok yang peka terhadap seleranya, dan inilah 5 gitaris Indonesia pilihannya:


Miten ‘Netral’

Miten ‘Netral’ / dok. istimewa

Dia kayaknya gitaris/musisi Indonesia pertama yang gue minta tanda tangan dia tuh dulu. Waktu itu lagi di Jakarta Pop Alternatif Festival 1996. Nggak ada kertas, adanya uang gopean. Tanda tangan di uang gopean. Miten menurut gue bisa membuka banyak pintu (eksplorasi). Seperti lagu Lagu “Sampah” misalnya, solo gitarnya dimainkan dari minor terus tau-tau pindah ke mayor. Gue pikir kok bisa gitu ya, kok boleh ya. Buat gue anak SMP yang lagi ngulik-ngulik lagu-lagu asal-asalan pakai kaset dan salah, Miten sangat inspiratif. 

 

Stanley Bachtian

Stanly Bachtian / dok. facebook Stanly Bachtian

Yang (baru-baru ini) lagi enak diliatin Stanley Bachtian. Doi tukang gesek, maksud gue slide-slide-an. Maksudnya, lagi-lagi membuka cakrawala, “oh ini bisa diginiin nih, bisa diginiin”.

 

Balawan

Balawan / foto: dok. @arbainrambey

Gue pernah menyaksikan (-Bawalan) di saat dia belum terkenal dengan tekniknya (teknik dua gitarnya-red). Kan sekarang dia jadi gitaris dengan trademark-nya tuh, main dua gitar. Sempat di kafe di Ubud, sempat menyaksikan dia main sebelum itu. Dan itu pun menarik mainnya. Pas dia muncul ke permukaan jadi aktraktif sekali, pernah dengar namanya. Oh, Balawan. 

 

Dewa Budjana 

Dewa Budjana / foto: dok. @akbarnurseptian

Gue masukin Budjana karena unsur beraninya, kalau dia. Berani kayak dia tuh nggak takut miskin gitu. Pilihannya, ah bodo amat. Gue gini aja deh. Gue nggak tau ada apa di belakangnya ya. Dalam menciptakan musik dari gitarnya, dia kayak enggak takut miskin gue nangkapnya. Nggak tau kalau dia sebenarnya mikir banget, nggak tau ya. Gila sih dia ini.  

 

Endah N Rhesa

Endah N Rhesa / foto: dok. @kwetiausayur

Kriteria favorit menurut gue biasanya bukan karena skill dan bla bla bla. Itu menarik sih. Cuma yang bikin kaget, yang skill-nya bikin kaget. Cuma yang  membuat gue kaget kembali itu adalah waktu itu Endah N Rhesa, dua-duanya ya. Btw, Rhesa itu main gitar jago loh. Jagoan dia daripada gue. Bassist-bassist tuh pada dasarnya juga jago main gitar. Endah dan Rhesa tuh di produser gue di TOR, disitu banyak menyaksikan permainan gitar keduanya. Endah gue kenal dulunya anak metal, Paul Gilbert lah, dulu waktu muda kita ngulik banget, termasuk dia. Seiring waktu dia menjadi musisi yang matang dan berani. Gue banyak dikejutkan oleh perpindahan arah musikal dia, seperti di album tertentu dimana dia keluar dengan nada-nada disonan, dua nada yang seharusnya gak berteman.      

____

Penulis
Pohan
Suka kamu, ngopi, motret, ngetik, dan hari semakin tua bagi jiwa yang sepi.

Eksplor konten lain Pophariini

Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota

Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …

CARAKA Suarakan Berbagai Emosi di Album Terbaru NALURI

Unit pop asal Tegal, CARAKA resmi luncurkan album bertajuk NALURI (15/12). Melalui sesi wawancara yang berlangsung pada Senin (16/12), CARAKA membagikan perjalanan band dan hal yang melatarbelakangi rilisan terbarunya.     CARAKA merupakan band …