5 Kru Musisi Indonesia Pilihan Pophariini 2024
Sepertinya harga mati peran orang-orang di balik panggung yang menjadi salah satu faktor penting aksi para musisi dalam sebuah pertunjukan. Jika penonton yang paham menemukan kepuasan karena sound mereka terdengar bagus, percayalah bahwa soundman, teknisi instrumen, dan kru lain merupakan pemegang kendalinya.
Jarang mendapatkan perhatian dari para penikmat musik, Pophariini memutuskan untuk menghubungi beberapa kenalan yang berprofesi sebagai kru musisi. Lebih spesifik, kami menelusuri nama-nama yang terlibat lebih dari satu tim produksi musisi saat bekerja di festival musik untuk kami wawancara seputar pekerjaan mereka.
Musisi sekaligus penulis asal Yogyakarta, Indra Menus pernah mengungkapkan via X, banyak soundman dan crew yang double job saat festival Cherrypop berlangsung tanggal 10 dan 11 Agustus 2024. Ia berpendapat kejadian ini menandakan bahwa industri musik masih butuh banyak orang di balik layar.
Selain terinspirasi dari pernyataan Indra Menus, tujuan kami membuat daftar ini tak lain untuk memperkenalkan, sekaligus agar penikmat musik juga memahami apa sebenarnya dan sebesar apa peran seorang kru musisi. Simak langsung wawancara kami bersama 5 kru musisi Indonesia di bawah ini.
Joansyah Permana Putra
Ceritakan awal karier lo sebagai kru!
Mulai amatirnya dari tahun 1997-2000. Pasti pada bingung juga umur gue sekarang 40, kok pas masih muda banget udah kerja kayak gitu. Nah, lingkungan dan tongkrongan waktu itu anak-anak musik kayak ska, punk, hardcore, gak ada musik mainstream-nya. Awal-awalnya gak sengaja ikut band ska punk, angkatannya Jun Fan Gung Foo. Makanya saya bisa kenal Tipe-X, Artificial Life, dan yang lainnya di angkatan itu. Zamannya Poster Cafe, ya gara-gara ikut mereka.
Saya juga dulu punya band punk rock namanya Wat Mou You, buat ngeband biasa aja. Tapi zaman itu kan di flyer bintang tamunya disebut guest star, band registrasinya disebut featuring. Dari situ sering diajak main jadi featuring dan band saya itu dijadiin kayak soundcheck alat untuk band utamanya.
Jelaskan keahlian lo secara spesifik!
Sebenarnya lebih ke drum sama perkusi. Cuma kalau sekarang bisa semua, tapi lebih khususnya drum sama perkusi.
Siapa musisi yang lo bekerja tetap di tim krunya saat ini?
Untuk menetap gak ada sih sebenarnya. Cuma kalau sekarang-sekarang lebih seringnya sama Teenage Death Star. Terus ada Mantra Vutura, The Cottons, dan Sajama Cut.
Sebelum-sebelumnya pernah sama The Panturas, Avhath, dan Pelteras. Kalau band mainstream-nya tahun kemarin lagi penuh sama Dewa 19, tapi saya jadi krunya Tyo Nugros.
View this post on Instagram
Jika bekerja dengan lebih dari 1 musisi. Apa konsekuensi yang biasa lo terima dan cara menanganinya?
Berbeda-beda sih. Kita ambil contoh dalam satu acara tiba-tiba ambil semua penampil, ada yang terima, ada juga yang gak. Yang gak tuh maksudnya kayak, ‘Kita potong ya uang makan, lo gak dapat’. Tapi ada yang, ‘Ya udah itu udah rezeki dia, kita bayar full. Selama kaki dia sanggup, on time. Bisa komunikasi yang baik, disiplin, dan enak kerjanya. Ya udah gak masalah’.
Menurut pengalaman lo, apa kemampuan dasar yang wajib dimiliki seorang kru musik?
Sebaiknya lo harus bisa main kayak pemainnya. Kayak kru-kru band senior kan juga mirip banget mainnya. Cuma kebanyakan karena saya nyaplok-nyaplok ke mana-mana, ya paling gak bisa main dasarnya. Paham routing-an, paham secara soundcheck dan bagan profesional. Ngerti dan paham yang penting.
Bagaimana lo menilai profesionalitas seorang musisi?
Dari alat. Bukan alat yang mahal, tapi bagaimana dia bisa merawat. Walaupun manggungnya dilempar-lempar seperti dirusak, tapi kan ujung-ujungnya dirawat. Sama gak careless. Kan banyak tuh yang udah merasa hebat, alat bagus-bagus terus careless aja gitu. Waduh ngeri banget. Kasian krunya.
Sebagai pekerja di balik panggung. Apa pengalaman yang sangat berharga yang lo rasa gak bisa dapetin di bidang lain?
Alhamdulillah saya bisa keliling Indonesia, ujung ke ujung. Itu yang tanpa saya sadari sampai sekarang. Walaupun dengan grup band yang berbeda-beda. Paling jauh udah ke Antambua tahun 2016, ujungnya Timor Leste sama Fade 2 Black, itu saya ke ujung banget. Jadi ibaratnya, tempat kami di seberangnya udah Timor Leste, yang nonton orang sana juga. Orang sana nonton pakai gelang. Pas tangannya diangkat dan pakai gelang, berarti orang Timor Leste, yang gak pakai gelang orang Antambua.
Haryo ‘Oyob’
Ceritakan awal karier lo sebagai kru!
Awalnya belajar sama temen gue yang punya vendor di daerah Joglo. Itu dia dulu punya band namanya Social Black Yelling. Tahun 2011-an dia bikin vendor, gue belajarnya di situ. Dari situ bergulir lah gue kenal banyak orang. Gue ngeband juga, kenal A, B, C. Gue bisa nge-sound, ya udah gue bantuin mereka.
Jelaskan keahlian lo secara spesifik!
Utamanya ngurusin audio sih, baik itu rekaman atau live mixing.
Siapa musisi yang lo bekerja tetap di tim krunya saat ini?
Gue yang tetap itu paling Avhath, Amerta, Denisa, Morgensoll, sama Pelteras. Geng gorong-gorong kegelapan dah.
View this post on Instagram
Jika bekerja dengan lebih dari 1 musisi. Apa konsekuensi yang biasa lo terima dan cara menanganinya?
Ada beberapa band yang sebelumnya gue menetap, cuma frekuensinya berkurang karena gue udah keburu masuk yang lain. Contoh kayak eleventwelfth. Tadinya gue udah tetap, cuma karena gue sering absen ya sekarang mainly (di-handle) Danu. Konsekuensinya juga misalkan lo double atau bahkan triple job di satu acara. Ya, kelar-kelar agak pusing aja telinga lo atau gue yakin pegal badan lo kalau ambil lebih dari 1 job per harinya. Menanganinya ya istirahat aja, mau gimana lagi [tertawa].
Menurut pengalaman lo, apa kemampuan dasar yang wajib dimiliki seorang kru musik?
Kalau audio sebenarnya lo perlu belajar basic audio. Secara teknik dan lain-lain, basic-nya lo perlu, tapi jangan lupa juga kalau lo harus punya hands on experience. Misalkan lo belajar di sekolah audio, lo diajarin teori. Cuma kalau memang pada praktiknya jam terbang lo kurang, ya teori lo gak bakal kepakai. Memang mau gak mau harus praktik, karena banyak engineer di luar sana yang gak punya degree apa pun does their job well. Yang penting, ya jam terbang aja sih menurut gue sama koneksi paling, itu juga penting.
Bagaimana lo menilai profesionalitas seorang musisi?
Banyak sih sebenarnya. Ini sangat subjektif ya. Cuma buat gue pribadi, kalau mereka itu komunikasi 2 arah lah ke tim produksinya. Apa yang mereka pengin dan apa yang bisa tim produksinya provide itu harus secara konstan dikomunikasiin gitu. Karena kalau komunikasi lo gak ketemu di tengah, tim produksi lo bingung, dan lo sebagai musisi juga pasti bingung juga buat execute kerjaan lo. Yang penting itu aja sih menurut gue.
Sebagai pekerja di balik panggung. Apa pengalaman yang sangat berharga yang lo rasa gak bisa dapetin di bidang lain?
Mungkin karena gue suka musik kali ya. Jadi gue bersyukur aja bisa kerja di produksi dan bisa punya network sama banyak musisi, dari let’s say Seringai atau kayak hari ini (24/12) Kelompok Penerbang Roket manggung di Krapela. Gue kebetulan in-house di Krapela juga. Jadi bisa kenal anak-anak KPR. Basically karena gue suka musik, ya gue senang aja sih bisa punya network musisi.
Ando Loekito
Ceritakan awal karier lo sebagai kru!
Saya aslinya dari Surabaya. Mengawali karier lebih di ranah studio (recording & mixing). Tapi mulai bulan Juni 2023 pindah ke Jakarta dan mulai aktif di live sound production. Waktu itu diajak The Jansen untuk menjadi Monitor Engineer tetap di tim produksi mereka.
Jelaskan keahlian lo secara spesifik!
Sebagai live sound engineer, pekerjaan utama saya adalah mengoperasikan mixer (FOH atau monitor) sesuai kebutuhan bandnya. Selain itu saya juga memastikan komunikasi antara stage crew dan player berjalan dengan lancar sehingga output pertunjukan bisa maksimal sesuai yang diinginkan.
View this post on Instagram
Siapa musisi yang lo bekerja tetap di tim krunya saat ini?
Sejak bulan Juli 2024 saya ikut dengan tim produksi The Cottons dan Avhath sebagai Monitor Engineer. Sesekali juga di-hire oleh Krapela sebagai in-house sound engineer.
Jika bekerja dengan lebih dari 1 musisi. Apa konsekuensi yang biasa lo terima dan cara menanganinya?
Prioritas utama yang pasti pengaturan jadwal. Penting untuk tetap berkomunikasi dengan pihak musisi (melalui manajer) perihal pembagian jadwal. Kebanyakan dilakukan jauh-jauh hari apabila memungkinkan. Tapi kalau ada jadwal yang mendadak, konsekuensinya adalah first come, first served. Jadi mau gak mau, kadang-kadang harus mengorbankan salah satu tawaran manggung siapa pun itu bandnya.
Menurut pengalaman lo, apa kemampuan dasar yang wajib dimiliki seorang kru musik?
Di luar kemampuan teknis, yang lebih penting menurut saya adalah attitude dan komunikasi. Misalnya datang tepat waktu, bisa komunikasi baik dengan player dan sesama kru apabila ada kendala, dan tentunya semuanya dilakukan dengan saling respect dengan tanggung jawab masing-masing. Karena produksian panggung itu kerja tim ya, jadi memang komunikasi yang baik menjadi sangat krusial.
Bagaimana lo menilai profesionalitas seorang musisi?
Sama seperti orang kerja pada umumnya sih, meskipun tanggung jawab musisi sangat besar karena harus selalu menampilkan performa terbaik ke penonton. Tapi kalau antara musisi dan tim produksi bisa saling bekerja sama dengan sehat, justru itu makin menunjang show yang bagus dan maksimal. Di situlah kami (sebagai tim produksi) bisa makin respect dengan para musisi dan jadi lebih termotivasi lagi untuk memberi support dari belakang panggung.
Sebagai pekerja di balik panggung. Apa pengalaman yang sangat berharga yang lo rasa gak bisa dapetin di bidang lain?
Kuliner, silaturahmi, dan adrenalin.
Dino Kristianto
Ceritakan awal karier lo sebagai kru!
Dimulai dari tahun 2016 ketika gue lulus dari SMK Musik di Jogja dan ingin melanjutkan studi permusikan gue di salah satu Institut Musik di Jakarta. Tapi pada saat itu gue terhalang kondisi ekonomi. Alhasil gue nganggur selama 1 tahun dan selama masa pengangguran itu gue justru banyak belajar karena ditampung sama saudara gue yang kebetulan pemilik Bro’s Studio di Cilandak.
Mulai dari cara routing kabel, cara memasang mic yang benar, cara setting preamp buat rekaman, dan mengoprasikan software DAW sampai akhirnya bisa jadi operator rekaman untuk beberapa klien di studio. Di sinilah turning point gue yang awalnya pengin jadi musisi, eh malah kejebak jadi sound engineer. Apalagi semenjak Bro’s bikin studio rehearsal, gue jadi makin banyak ketemu band dan musisi yang sangat beragam, secara kebutuhan teknis dan formatnya.
Di situlah gue mulai belajar bagaimana caranya nge-operate live mixing untuk band dan musisi. Tiga tahun berjalan, 2019 akhirnya gue cabut dari Bro’s Studio dengan modal nekat untuk menjadi freelance sound engineer. Dari yang awalnya pegang band Pijar, dan akhirnya berkembang sampai hari ini gue sendiri udah pernah bekerja di banyak band seperti Black Horses, KPR, Biru Baru, Romantic Echoes, Daun Jatuh, Ghaniyya Gazi, Piston, dan masih banyak lagi. Gue juga megang beberapa orkestra, termasuk Erwin Gutawa Orchestra dan Garudayaksa Indonesia Philharmonic milik Presiden Prabowo.
Jelaskan keahlian lo secara spesifik!
Keahlian gue secara spesifik adalah audio/sound engineer, yang mana pekerjaan utama gue adalah mengoperasikan mixer untuk pertunjukan musik, dan juga sebagai operator studio rekaman.
Siapa musisi yang lo bekerja tetap di tim krunya saat ini?
Saat ini sih gue lagi menetap sama KPR, Black Horses, Biru Baru, dan Garudayaksa Indonesia Philharmonic.
View this post on Instagram
Jika bekerja dengan lebih dari 1 musisi. Apa konsekuensi yang biasa lo terima dan cara menanganinya?
Konsekuensi yang biasa gue terima adalah seringnya bentrok jadwal antara satu band dengan band yang lain. Cara menanganinya sih paling konsisten dan profesional aja. Ya ambil jadwal yang paling duluan datang, kecuali prioritas utama ya. Kalau gue sih Garudayaksa Indonesia Philharmonic (GIP) itu jadi prioritas utama gue. Ketika ada bentrok jadwal sama band lain walaupun udah masuk duluan, gue tetap jalan sama GIP [tertawa]. Konsekuensinya gue harus cari pengganti gue buat band yang gue cancel aja sih. Thank God masih banyak juga teman-teman soundman gue yang bisa jadi backup.
Menurut pengalaman lo, apa kemampuan dasar yang wajib dimiliki seorang kru musik?
Kemampuan dasar seseorang ketika ingin menjadi kru musik adalah:
- Berani nekat mental baja
- Jago nyocot alias bisa berargumen ketika ada problem di panggung
- Paham akan troubleshoot
- Paham akan posisi dan kondisi, terutama buat alat lo
- Kemampuan beradaptasi secara sosial maupun iklim (sangat penting ketika menjalani tur di banyak daerah)
- Kuat fisik buat bantu angkat-angkat alat kru yg lain
- Skill adalah nomor 7
Bagaimana lo menilai profesionalitas seorang musisi?
Profesionalitas seorang musisi adalah ketika dia paham betul apa yang mau dimainkan, apa yang mau disampaikan, dan apa yang mereka nyanyikan dan bunyikan. Secara mentalitas, musisi pro itu bisa dilihat dari cara mereka menghadapi suatu masalah di atas panggung. Musisi pro akan tetap santai dan tetap bisa melanjutkan performance-nya walau ada trouble menghadang, tidak terlihat panik dan itu berkaitan dengan jam terbang.
Sebagai pekerja di balik panggung. Apa pengalaman yang sangat berharga yang lo rasa gak bisa dapetin di bidang lain?
Pengalaman paling berharga adalah bisa ketemu dan belajar langsung sama orang-orang hebat di industri musik yang menurut gue gak diajarkan di kampus-kampus mana pun, bisa merasakan enaknya makanan dan minuman riders di backstage, haha hihi sama band lain yang sepanggung, menjalin koneksi satu sama lain. Ketika semua orang membayar untuk menonton gigs/festival musik, kita orang mah dibayar, all access lagi [tertawa].
Zatmiko ‘Mike’
Ceritakan awal karier lo sebagai kru!
Kalau awal karier sebagai kru musik ceritanya agak lucu sih. Jadi waktu itu pertama mulai jadi kru musik gue dapat infonya itu dari internet di Facebook. Ada salah satu band reggae yang lumayan besar pada masa itu, dan waktu itu mereka membuka audisi untuk kru lewat media sosial Facebook resmi band. Dan karena iseng nih, gue ikutlah daftar audisi kru band reggae tersebut. Terus langsung datang nih ceritanya, audisi. Lalu di-interview/dites di basecamp band itu sama personelnya, dengan skill dan bakat gue yang waktu itu belum paham banget teknis kru musik gimana. Tapi ya lumayan ngertilah sedikit teknis kru soal input/output instrumen aja karena gue main musik juga jadi tau dikit.
Pas datang mau audisi sempat kaget karena lumayan ramelah di basecamp band reggae ini. Gue datang agak akhir dan waktu itu si personelnya bilang ke gue kalau dari tadi kebanyakan yang ikut audisi kru itu kayak fans-fans mereka. Terus si personel band reggae ini cerita ke gue, kalau dia agak kurang yakin sama yang datang ikut audisi kru itu. Terus lanjut dari sekian banyak yang audisi, semua yang datang di-interview dan dites sama personelnya satu-satu.
Pas giliran gue dipanggil, masuk nih gue ke ruangan itu. Gue kaget karena gue sama sekali gak dites. Di dalam ruangan tersebut ada efek gitar buat tes sama ditanya-tanya, tapi gue cuma ngobrol santai aja sama gitarisnya, dan dia bilang, ‘Ah kalau lo mah kayaknya gak usah dites nih. Rambut aja udah gondrong, bingung apa yang mau dites’. Di situ modal gue cuma gondrong doang, dia udah yakin [tertawa].
Singkat cerita gue diterimalah jadi bagian kru mereka nih waktu itu, sekitar tahun 2009/2010. Dengan bayaran yang belum gede pada waktu itu. Dari situlah karier gue sebagai kru musik profesional dimulai.
Jelaskan keahlian lo secara spesifik!
Kalau keahlian yang spesifik sih, gue lebih ke teknisi gitar. Ya walaupun di beberapa band pernah juga gue ditugasin sebagai kru bas, kibor, dan drum.
View this post on Instagram
Siapa musisi yang lo bekerja tetap di tim krunya saat ini?
Kalau musisi sih kemarin banget gue sempat tetap sama Pamungkas yang lumayan agak lama menetapnya. Tetapi sekarang udah gak tetap lagi sama Pam, dan balik jadi freelancer kru karena dulu memang lebih sering begitu. Selain Pam, ada The Brandals sih tetapnya.
Jika bekerja dengan lebih dari 1 musisi. Apa konsekuensi yang biasa lo terima dan cara menanganinya?
Mungkin konsekuensi yang gue terima kalau ada jadwal panggungan di tanggal yang sama. Jadi menanganinya harus ada yang dikalahkan. Biasanya gue dari dulu, ya ada yang harus diprioritaskan atau biasanya musisi yang duluan kontak nge-lock tanggal itu yang diutamain. Kecuali pas waktu gue menetap di satu musisi, gue harus prioritas ke sana dulu baru bisa ambil job di luar. Kalau tidak, bentrok jadwalnya. Biasanya sih begitu.
Menurut pengalaman lo, apa kemampuan dasar yang wajib dimiliki seorang kru musik?
Menurut gue, harus paham instrumen/alatnya dulu sih sama input dan output instrumen. Ini sih yang paling dasar banget.
Bagaimana lo menilai profesionalitas seorang musisi?
Mungkin gue melihatnya dari sudut pandang kecintaan dan totalitas si musisi tersebut terhadap musik.
Sebagai pekerja di balik panggung. Apa pengalaman yang sangat berharga yang lo rasa gak bisa dapetin di bidang lain?
Gue pribadi sih (merasa) seru banget. Ketemu banyak orang di panggung-panggung, ketemu para musisi dan kru, maupun soundman band lain. Karena cuma di bidang kru, kita bisa kenal satu sama lain antara musisi maupun kru band lain yang awalnya gak pernah kenal sama sekali sebelumnya. Dari tegur sapa dan sering ketemu bisa jadi kenal di belakang panggung di berbagai festival. Lalu, kadang bisa jadi tukeran atau berbagi kerjaan. Gak lupa juga ketemu orang sound/vendor yang jadi kenalan. Sama pengalaman setiap manggung ke luar kota karena pasti ada cerita.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
We Are Neurotic Mempersembahkan Album Mini Terbaru Asian Palms
Trio disco dan jazz asal Jakarta, We Are Neurotic menutup tahun 2024 lewat perilisan album mini terbaru yang diberi nama Asian Palms (13/12) bersama C3DO Recordings sebagai label naungan. Album Asian Palms …
Yella Sky Sound System Rayakan 1 Dekade Lewat Album Mini The Global Steppers
Unit dub kultur sound system asal Jakarta, Yella Sky Sound System merayakan satu dekade eksistensi lewat perilisan album mini terbaru bertajuk The Global Steppers (20/12). Dipimpin oleh produser sekaligus selektor Agent K, album mini …