5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Xandega
Pemain bas Polka Wars, Xandega belum lama ini mengukuhkan karier solonya lewat single bertajuk “DA DAWG WITHIN”. Dalam single ini, ia mengadaptasi musik elektronik yang sudah lama menjadi kegemarannya.
Xandega bercerita tentang bagaimana ia memulai kiprah sebagai solois. Ia ingin menggabungkan kecintaannya pada musik elektronik dan esensi musik yang diusung oleh bandnya, Polka Wars lewat single “DA DAWG WITHIN”.
“Sebenarnya ‘DA DAWG WITHIN’ ini titik tengah dari semua yang gue senengin,” ungkap Xandega saat ditemui Pophariini (29/11) di studio pribadinya bilangan Bintaro, Tangerang Selatan.
Pria yang kerap disapa Dega ini mengaku sudah mendapat izin dari rekan-rekannya di Polka Wars untuk menjalankan proyek solo ini. Rekan-rekannya mendukung penuh keputusan Dega sejak awal demo lagu diperdengarkan.
Lagu “DA DAWG WITHIN” juga menjadi pembuktian Dega yang mengaku memiliki Imposter Syndrome untuk mengalahkan rasa tidak percaya diri. Perasaan ini membuatnya terus menunda-nunda rencana untuk bersolo karier sampai bertahun-tahun.
“Dari dulu gue merasa malu dan gak percaya diri untuk mengeluarkan suara gue sendiri. Gue kayak, ‘Kayaknya kurang layak deh. Aduh standar gue tinggi banget nih, kalau gue mau keluarin harus proper banget.’ Jadinya malah takut sama hal yang sebenarnya mau gue lakuin,” jelas Dega.
Terlepas dari apa yang sudah ia alami selama proses penggarapan single ini, Dega merasa “DA DAWG WITHIN” sudah cukup melewati standarnya. Hal ini dirasa bisa menjadi awalan yang baik untuk menapaki karier solo ke tingkat yang berikutnya.
Setelah perilisan single ini, Dega sudah menyiapkan perilisan album yang akan dimulai oleh beberapa single lain. Rencananya, setiap single yang diluncurkan disertai dengan manifestasi fisik berupa merchandise.
“Masing-masing single ada rilisan merchandise-nya. Harapannya juga setiap single ada videoklipnya, penginnya gue yang direct semua videoklipnya. Jadi memang benar-benar, Xandega nih full on gue dengan beberapa tim yang emang teman-teman baik gue, yang support gue, yang paham yang gue mau seperti apa,” tutup Dega.
Dalam pertemuan dengan Dega, ia sempat membagikan 5 lagu rock Indonesia pilihannya. Simak di bawah ini.
Kameleon – Tarrkam
Tarrkam kemungkinan besar adalah band live favorit saya setelah menonton mereka di Paguyuban Crowd Surf atau mungkin di Ncek Fest, saya lupa. Lagu ini layaknya energi yang meluap-luap. Dan Jaksel banget karena bolak-balik (lirik) bahasa Indonesia dan Inggris. Saya membayangkan chorus lagu ini adalah soundtrack dari berubahnya Goku menjadi super saiyan 3.
From Paris to Cisokan – Leipzig
Leipzig itu tight dan bangsat. Bisa disandingkan dengan band-band punk garda depan kontemporer Inggris yang sekarang merajalela di dunia menurut saya. Untuk lagu ini campur-campur juga bahasa Indonesia dan Inggris, Jaksel, kaya Tarrkam lagu sebelumnya. Cuma kalau dipikir-pikir, K-pop juga campur-campur, dulu J-pop juga. Jadi lumrah lah anak-anak Leipzig juga berekspresinya campur aduk karena memang kalau lagunya meriah dan penuh energi, apapun yang keluar dari mulut Mario (Prasetya) selaku vokalis pasti rasanya pas dan makin ngegas.
Pusaran – Pelteras
Jujur, Pelteras membuat saya kembali lagi ke periode SMA di mana saya jatuh cinta sama post-punk. Di lagu ini Techa (Aurellia), seperti biasa mengajukan pertanyaan dan juga gambaran dengan gagah, namun penuh misteri. Memang saya tidak sesering dan semendalami dulu, tapi Pelteras memperpanjang cinta saya untuk post-punk bersamaan dengan band-band kontemporer internasional seperti Protomartyr dan Preoccupations. Jadi kalau bikin band post-punk memang namanya harus berawal “P” ya.
Weathre – Heals
https://open.spotify.com/track/2g4VC4rAArPvcYRTh7Tkp8?si=176af8eacaec4cd4
Saya fans berat Heals sejak album Spectrum. Jarang saya merasa musicianship dan skill itu berbanding lurus dengan coolness. Tapi Heals adalah contoh, bahwa sebuah band bisa keren dan cool, tapi bisa skillful dan teknis abis. Di lagu ini suara bang Alded (Alyuadi Febryansyah) yang selalu berasa intim dan nyaman di hati makin menjadi-jadi. Berasa kayak orgasm karena ASMR di detik 2:25-2:35. Lagu ini juga memperlihatkan jangkauan Heals yang sangat luas, dari bagian indah di 2:25-2:35 dan meledak amarah di 3:02 ke belakang. Dan di saat saya bingung mau kemana lagi Heals setelah album terakhir yang ciamik, mereka muncul dengan album Emerald yang bisa dibilang makin ‘nyebrang’, atau bahkan, ‘udah sampe’.
Rute Menuju Ivory – Collapse
Bang Andika ‘Collapse’ itu benar-benar idolaku. Gayanya keren, bandnya keren semua, brand-nya keren, tapi saya gak nyangka di rilisan terbaru Collapse ternyata bang Dika bisa evolve melahirkan sebuah anthem rock modern Indonesia dalam “Rute Menuju Ivory”. Jangkauan vokal yang mengingatkan saya dengan Ari Lasso. Heavy, tapi nyaman di hati.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota
Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …
CARAKA Suarakan Berbagai Emosi di Album Terbaru NALURI
Unit pop asal Tegal, CARAKA resmi luncurkan album bertajuk NALURI (15/12). Melalui sesi wawancara yang berlangsung pada Senin (16/12), CARAKA membagikan perjalanan band dan hal yang melatarbelakangi rilisan terbarunya. CARAKA merupakan band …