5 Pertanyaan Baskara Putra: Hindia Gue Bawa Sampai Mati
Hindia resmi melepas bagian pertama album Lagipula Hidup Akan Berakhir berisi 14 lagu hari Jumat (07/07). Sebanyak 14 lagu lagi baru akan beredar tanggal 21 Juli 2023 untuk melengkapi sang album.
Baskara Putra, sosok dibalik Hindia ini mengaku, bahwa album Lagipula Hidup Akan Berakhir mulai digarap saat masa pandemi Covid-19 di kediamannya. Saat itu Baskara tinggal bersama teman-temannya, Rayhan Noor dan Utha.
“Kurang lebih setahun dikerjain di rumah itu. Bentuknya masih songwriting, belum produksi yang serius,” ucap Baskara saat ditemui dalam konferensi pers Lagipula Hidup Akan Berakhir (05/07) di Tanamera Kopi Ahmad Dahlan, Jakarta Selatan.
Setelah memutuskan beranjak dari rumah tersebut, Baskara tinggal sendirian untuk melanjutkan proses produksi album di studio milik Enrico Octaviano, salah satu produser di album ini. Selain melibatkan Enrico, ia juga mendaulat Kareem Soenharjo (BAP.) menjadi produser sejumlah lagunya.
Baskara memilih tema warisan sebagai benang merah dari semua lagu yang terdapat di album Lagipula Hidup Akan Berakhir. Baik warisan di kehidupan masing-masing sampai warisan bersifat makro yang bisa dirasakan semua orang, yaitu perubahan iklim hingga inflasi.
Dalam rangka menyambut album terbaru Hindia, kami mengajukan 5 pertanyaan kepada Baskara seputar album, kepopuleran, dan pelabuhan terakhir yang bakal ia pilih dalam menjalani karier bermusik. Simak langsung di bawah ini.
Di balik judul Lagipula Hidup Akan Berakhir sebenarnya lo pesimis apa malah optimis sama hidup lo?
Itu juga pertanyaan gue karena gue penginnya kayak Menari Dengan Bayangan itu jadi satu kalimat yang jelek dan bagus di saat bersamaan. Di “Evakuasi”, (penggalan lirik) “Aku hanya ingin menari dengan bayangan sendiri,” itu artinya adalah gue gak mau ketemu sama orang, gue gak mau keluar dari kamar, gue mau merasa gue yang paling sedih dalam kesendirian gue. Tapi, di “Mata Air” dan lagu-lagu terakhir, kalimat kayak “Menarilah dengan bayangan diri sendiri,” tuh kayak lo menerima trauma lo, bayangan gak bisa hilang kan, ada terus gitu. Gue pengin kalimat yang jadi judul album rasanya kayak gitu. Lagipula Hidup Akan Berakhir ini kalau ditaruh di “Janji Palsu” atau di track lain di depan-depan, jadi sesuatu yang buruk. Ibaratnya, “Ah, udah lah bray, ini bakal kelar juga kok pada akhirnya,” tapi di akhir-akhir, kayak “Bebas dong kita mau ngapain, kan bakal kelar juga,” jadi kayak outlook yang beda juga. Buat gue pribadi, rasanya kalimat itu tuh kayak gitu. Jadi, kalau ditanya, “Ini sebenarnya pesimis atau optimis?” jawaban gue, tergantung hari apa. Hari ini lagi lumayan optimis lah, gak tau besok.
Kenapa sampai 28 lagu mengingat era ini orang-orang sudah tidak mendengarkan album?
Karena tujuan gue memang bukan minta didengarkan sama orang, tujuan gue adalah menyelesaikan apa yang gue rasain. Dan gue sudah berusaha motong sebanyak mungkin. Ini yang gak masuk tuh masih ada 14 lagu yang sudah dinyanyiin dan sudah ada liriknya, yang dibikin dan gak dilanjutin tuh masih belasan. Gue sudah berusaha banget motong. Sempat lama nyangkut di 27 (lagu), sampai akhirnya kayaknya 28 untuk gue benar-benar merasa, “Oke, gue sudah ngomong semua, gue mau setop nulis buat Hindia dulu for quite some time”. Bahkan, sampai “Wawancara Liar” yang track-track (filler) itu ada yang 9 menit durasinya. Gue sudah berusaha motong, karena itu aslinya 20 menit. Tapi pas sudah 9 menit, gue gak tau apa lagi yang mau dipotong. Ini kayak cerita aja, kalau cerita, lo pengin cerita selengkap mungkin, karena ada konteks kan, takut mungkin teman lo salah nangkep kalau misalnya ada bagian yang gak lo ceritain. Dan tujuan gue di sini bukan yang kayak album ini harus hit, itu urusan tim gue [tertawa]. Urusan gue adalah, gue lega. Dan gue merasa buat lega, gue perlu cerita segini panjang.
Lo bakal menutup studio Hindia sementara waktu, pasti karena album ini punya umur yang panjang untuk dipromosikan. Kalau ternyata album ini gagal mendapat perhatian apa yang lo lakukan?
Gak ngapa-ngapain sih. Album ini lahir gak bikin album pertama hilang. There is something for everyone dari apa yang ada di album kedua dan pertama menurut gue. Gak bakal ada sesuatu yang harus gue lakukan kalau misalnya album ini tidak mendapatkan perhatian sebesar album pertama. Ya udah aja, hidup tetap bergulir. Manggung masih manggung, kerja masih kerja, masih ada Lomba Sihir dan .Feast. Bahkan, Hindia pun tetap akan manggung. Walaupun ya orang mungkin mintanya lagu dari album pertama melulu. Karena, makin bulat tekad gue, bahwa album kedua ini tujuannya bukan untuk mendulang popularitas atau apa pun, tapi memang benar-benar buat lega. Gue tidak ingin merasakan ini selamanya dipendam saja dan jadi pikiran doang. Jadi, di-’bekuin’ kali ya, jadi master file wav, ada lagu dan nadanya. Abis itu, gue tinggal. Kalau responsnya bagus, syukur, kalau gak, ya gak apa-apa. Gue rasa gue gak bakal melakukan apa pun yang di luar rencana, kalau misalnya, amit-amit, ternyata responsnya jelek.
Apakah setelah album ini dirilis lo siap tidak lebih populer dari sebelumnya?
Gue gak pernah merasa gue populer. Gue rasa zaman sekarang popularitas terjadi dalam sebuah bubble. Misalnya kayak gedung ini gitu, Pamungkas masuk semua orang akan tau Pamungkas, cuman kita geser 5 meter mungkin orang-orang di situ gak tau Pamungkas siapa. Jadi orang-orang zaman sekarang tuh very famous in their own bubble, dan buat gue populer itu di saat kayak benar-benar yang kayak l0 gak perlu bubble itu buat semua orang tau lo. Raisa misalnya, atau Michael Jackson gitu. Di sini, musisi yang semua orang tau cuman Michael Jackson, Iwan Fals, sama Slank. Tapi itu, buat gue level populer di situ. Saat kayak gak setiap saat gue harus pakai masker ke Indomaret, ya berarti gue belum populer. Jadi, ya gue legowo-legowo aja dengan respons apa pun yang muncul dari album ini.
Di antara 3 yang lo jalani, Hindia, Lomba Sihir, dan .Feast, mana yang bakal jadi pelabuhan terakhir lo dalam bermusik?
Hindia gue bawa sampai mati sih. Dari dulu, gue merasa bisa ngelakuin apa pun yang gue mau tuh di Hindia sebenarnya.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Juicy Luicy – Nonfiksi
Lewat Nonfiksi, Juicy Luicy semakin mengukuhkan diri sebagai band pengusung lagu patah hati dengan formula pop R&B yang jitu dan ultra-catchy. Pertanyaannya: sampai kapan mereka akan menjual kisah patah hati kasihan dan rasa inferioritas …
Selat Malaka Resmi Mengeluarkan Album Penuh Perdana
Band asal Medan bernama Selat Malaka resmi mengeluarkan album penuh perdana self-titled hari Jumat (22/11). Sebelumnya, mereka sudah mengantongi satu single “Angin Melambai” yang beredar tahun lalu. View this post on Instagram …