5 Pertanyaan Tohpati: Keluarga Prioritas, Suka Banget Funk, dan Kolaborasi

Aug 6, 2023

Tohpati sukses menggelar acara bertajuk A Jazz Moment: Tohpati Quintet hari Jumat (04/08) bersama ChicoIraAsa Productions yang mengambil tempat di Soehanna Hall, SCBD, Jakarta Selatan.

Dalam penampilan malam itu, musisi yang kerap disapa Bontot ini ditemani 4 musisi muda berbakat yang terpilih oleh ia sendiri. Mereka adalah Demas Narawangsa (drum), Odi Purba (bas), Ricad Hutapea (saxophone), dan Rio Manuel (piano).

Penampilan Tohpati dan 4 Musisi Muda / Dok. Gerald Manuel

Tohpati mengaku, ia melakukan 5 kali sesi latihan bersama mereka untuk mempersiapkan penampilannya. Saat ditemui Pophariini sebelum melakukan soundcheck, sang gitaris sempat melontarkan pujian kepada 4 musisi tersebut, yang disebut sebagai sumber inspirasi baru.

Kalau pemain-pemain muda yang bagus gitu, udah bernyanyi ya mainnya. Jadi itu yang membuat saya terinspirasi. Cara mereka berlatih keras, makanya saya tetap pengin berlatih terus kayak gitu,” kata Tohpati.

Panggung A Jazz Moment mulai berbunyi sekitar pukul 19:47 WIB. Selama kurang lebih 2 jam, penonton diberi suguhan pertunjukan musik jazz yang memukau lewat nomor-nomor “Bodix”, “Layang-Layang”, “Mahabarata”, dan lainnya.

Selain pertunjukan musik, acara memamerkan lukisan hasil karya dari Saskia Gita Sakanti, yang tak lain anak dari Tohpati. Para pembeli tiket juga bisa membeli kaus, CD album termasuk Retro Funk, dan pernak pernik Tohpati yang disediakan di stan merchandise.

Pameran Saskia Gita Sakanti di pertunjukan / Dok. Gerald Manuel

Berbicara soal perjalanan bermusik, Tohpati mengawalinya bersama Cockpit Junior seperti yang sudah diinformasikan oleh banyak media. Kami pun ingin mengenal Tohpati dengan 5 pertanyaan, dari mulai apa kegiatannya saat tidak bermusik, Retro Funk, hingga pendapatnya soal musisi muda hari ini. Simak langsung. 


Apa yang Tohpati lakukan ketika bosan bermusik?

Paling kumpul sama keluarga, jalan-jalan. Dulu sih senang nonton (bioskop), sekarang habis pandemi malah gak nonton. Kumpul sama anak-anak saja sih. Itu satu hal yang bahagia.

 

Kenapa album mini terbaru dinamakan Retro Funk? Dan seberapa funk seorang Tohpati?

Sebenarnya yang saya buat kayak lagu-lagu zaman 80-an. Judulnya Retro Funk, kayak simple gitu. Mungkin kalau orang yang suka jazz, swing, atau yang advance kayak (menganggap) cemen gitu. Aku pengin balik ke situ dulu karena waktu SMA senang musik-musik yang seperti itu. Jadi, kayak kilas balik dulu. Aku yang namanya funk suka banget. Contohnya, pemain bas (Samuel Song) yang solo di (lagu) “Retro Funk”, itu aku yang nge-direct solonya, jadi gak dilepas. Notnya itu benar-benar penginnya aku kayak gitu.

 

Apa tantangan menggarap album di era sekarang mengingat orang-orang lebih banyak mendengarkan single?

Makanya, aku sekarang merilis album mini karena untuk mempromosikan 10 lagu dalam 1 album itu butuh waktu dan effort ya. Daripada gak kedengaran lagunya, jadi aku bisa push terus 6 lagu ini aja yang diputer-puter karena sekarang orang pilihannya banyak banget, cuma dengar di Instagram saja, tapi gak kejar ke Spotify. Malah kadang-kadang teman-teman gak ada album, single-single aja. Gak ada ceritanya kalau single buat aku. Album mini kan (tetap) ada alurnya.

 

Tohpati senang berkolaborasi. Bagaimana Tohpati mengukur keahlian diri sebagai musisi?

Mengukurnya sih sebenarnya kalau soal sukses atau tidak sukses kan kadang-kadang juga kebetulan juga. Tapi, ngukurnya tuh gimana caranya win-win solution antara penyanyi, label, sama saya tuh bisa sama-sama senang. Itu yang menurutku sukses. Jadi gak bisa salah satunya aja yang suka. Kalau semuanya suka hasilnya, itu yang menurut saya berhasil satu produk itu, terlepas dari laku atau gak laku.

 

Terakhir, bagaimana Tohpati melihat musisi muda Indonesia hari ini?

Luar biasa. Kalau di scene jazz ya, banyak banget yang bagus dan muda-muda. Usianya benar-benar muda, 18 – 20 tahun. Ini saya manggung sama yang umur 22, seumur anak saya. Itu gila sih mainnya, enak banget. Mereka menjadi motivasi untuk berkarya juga, dan motivasi untuk latihan lagi, kayak, “Wuih, mereka bisa kayak gitu ya. Ah latihan lagi ah,”.


 

Penulis
Gerald Manuel
Hobi musik, hobi nulis, tapi tetap melankolis.

Eksplor konten lain Pophariini

Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota

Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …

CARAKA Suarakan Berbagai Emosi di Album Terbaru NALURI

Unit pop asal Tegal, CARAKA resmi luncurkan album bertajuk NALURI (15/12). Melalui sesi wawancara yang berlangsung pada Senin (16/12), CARAKA membagikan perjalanan band dan hal yang melatarbelakangi rilisan terbarunya.     CARAKA merupakan band …