5 Pertanyaan Yuyi Trirachma: Dinamika Musisi Perempuan

Apr 8, 2023

Tidak banyak perempuan yang mendedikasikan hidupnya di musik yang sebagian besar harus kita akui masih didominasi oleh laki-laki. Dari kumpulan yang sedikit itu, ada Yuyi Triachma, musisi juga bassist yang sudah makan asam garam di industri musik.

Selama kariernya, cabikan bass Yuyi sudah bergaung di banyak panggung, dari The Adams sampai Slank, Iwan Fals, Kikan, Kelompok Penerbang Roket dan Sir Dandy. Ia juga pernah memperkuat skuad Fleur! band perempuan yang populer di kalangan skena musik. Musik dan bas sudah membawa Yuyi dari panggung kecil sampai panggung besar di Tanah Air sampai ke Asia dan Eropa.

Di luar panggung dan lampu sorot, di rumah, ia adalah istri dan ibu yang sibuk dengan dinamika hidup berkeluarga dengan segala permasalahannya. Pophariini akan menelusuri lebih dalam tentang peran Yuyi dengan segala problematika hidupnya sebagai musisi perempuan.

Mari simak bersama!


1. Apakah pada awalnya musik adalah pilihan untuk menjadi sesuatu yang lo lakukan dan tekuni hari ini? Apa ada pertentangan dari orangtua dengan pilihan lo ini?

Kalau awal banget pastinya bukan [tertawa], tapi karena di perjalanannya gue bertemu dengan orang-orang yang ngasih gue jalan, inspirasi dan kepercayaan besar, itu yang akhirnya bikin gua masih bertahan di sini sampai sekarang. Dibilang pertentangan sih sebenarnya enggak ya, cuma ada masa dipertanyakan saja apakah musik bisa menghidupi gue saat itu, apakah (musik) bisa bikin mapan dan kasih jaminan hidup nantinya.

 

2. Tidak banyak perempuan di musik dari total populasi musisi yang didominasi oleh laki laki, apa langkah Lo menjadi musisi, main bass & being in the band ini jadi pembuktian akan sesuatu?

Sekarang sudah banyak kok musisi perempuan [tertawa] tapi berat banget nih kalau main musik dibilang mau buktiin sesuatu hehe, enggak mikir sampai ke situ sih, gue cuma lakuin karena gue suka dan enjoy being on stage with my bass. Tapi kalau ditanyakan ke gue saat usia 20-an ketika lagi banyak-banyaknya energi yang menggebu-gebu, pasti ada keinginan pembuktian diri yang besar kala itu. Kalau sekarang ya sudah beda sih, lebih sebagai metode bertahan hidup sejak gue memilih hidup dari sini.

 

3. Apa hambatan yang ada sepanjang lo bermain musik? Sebagai musisi maupun sebagai perempuan dalam dinamika berumah tangga saat ini, dan apa jalan keluar lo dari itu?

Hambatan paling besar justru dari diri sendiri kebanyakan [tertawa], overthinking and self doubt kills more. Kalau sebagai perempuan yang sudah punya tanggung jawab (anak) justru jadi api, penyemangat buat ngasih lihat kalau ibunya kerja keras coba jalanin mimpinya juga buat dia. Paling sekarang lebih di-adjust saja dengan ngalahin waktu nongkrong, kurang fleksibel di jadwal dibanding yang lain. Walaupun kadang susah tapi itulah jalan keluar supaya keduanya bisa jalan barengan. Tapi percayalah, enggak segampang ngomong ini realitanya [tertawa].

 

4. Apa pelajaran terpenting yang didapat dari pengalaman bermain band di band terakhir yang turut dibentuk?

Visi harus ditanyain quarterly one another apakah masih sama atau enggak? And don’t make it a priority if others make it as an options.

 

5.  Setelah proyek band sebelumnya, apa ada rencana besar bermusik lainnya?

Enggak ada rencana besar sih kalo di musik sekarang as I’ve said earlier enggak ada pembuktian apa-apa jadi lebih ‘ngandelin mood dan takdir mau bawa gua kemana saja [tertawa]. Kalau sudah siap bikin sesuatu lagi ya gua buat, kalau mau santai dan bantu proyek musik temen-temen gua dulu ya sudah jalanin itu dulu. Beneran enggak mau dipaksain harus langsung bikin sesuatu lagi, hasilnya kayaknya akan enggak oke kalau digas tapi belum panas.


 

Penulis
Wahyu Acum Nugroho
Wahyu “Acum” Nugroho Musisi; redaktur pelaksana di Pophariini, penulis buku #Gilavinyl. Menempuh studi bidang Ornitologi di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, menjadi kontributor beberapa media seperti Maximum RocknRoll, Matabaca, dan sempat menjabat redaktur pelaksana di Trax Magazine. Waktu luang dihabiskannya bersama bangkutaman, band yang 'mengutuknya' sampai membuat beberapa album.

Eksplor konten lain Pophariini

Albert in Space asal Mataram Temukan Kebersamaan di Album Terbaru

Albert in Space asal Mataram resmi merilis album ini bertajuk gunpowders & germs (13/12). Pophariini berkesempatan mewawancarai band yang beranggotakan Dion (gitar & vokal), Dadi (bas & vokal), Dede (lead gitar), dan Dhetu (drum) …

Dari Sudut Kalimantan Selatan, Senja Djingga Rilis Album Mini Semoga

Unit pop asal Kalimantan Selatan, Senja Djingga resmi meluncurkan album mini bertajuk Semoga (13/12).     Senja Djingga beranggotakan Arie (vokal), Vandy (gitar), Erwin (bas), Anfar (kibor), dan Aldy (drum). Dalam sesi wawancara yang …