5 Venue Musik Yang Masih Bertahan

Apr 25, 2019

Kabar tutupnya Spasial dan Mondo by Rooftop lumayan menyesakkan dada. Satu per satu venue atau ruang-ruang alternatif, ‘panggung’ band-band independen kian lama rontok. Mudah membangun, mempertahankan lah yang sulit.

Selama kurun waktu kurang lebih empat tahun, Spasial menjadi tempat bermain bagi musisi-musisi independen. Tak kurangnya sebulan sekali, selalu saja ada acara di tempat ini, dari talkshow, pameran senirupa sampai yang paling sering konser musik dari berbagai komunitas.

https://www.instagram.com/p/Bwdb7MkAouL/

Kemeriahan sama juga berlaku di Mondo by The Rooftop. Bar yang berlokasi di sebuah rooftop di gedung Rossi Musik di Fatmawati ini belum lama mengumumkan ‘tutupnya’ tempat ini secara nama. Meskipun secara fisik bar ini berganti nama menjadi Haro by The Rooftop. Selama kurun waktu lima tahun lebih, bar yang awalnya berlokasi di Kemang Selatan ini menjadi tempat main dan meet up para DJ, band, dan komunitas-komunitas kreatif yang kini besar di Jakarta.

Sadar atau tidak, selain dari Mondo dan Spasial, ternyata ada beberapa ruang alternatif yang tutup. Di Malang, resto/bar bernama Houtenhand tutup sejak Januari. Di Jakarta, 365 Ecobar di Kemang sudah lama tiada (sekarang berganti jadi restoran Ecology), Gudang Sarinah yang terletak di Pancoran juga tutup. Gudang berukuran besar ini menjadi rumah bagi komunitas senirupa Ruang Rupa yang kerap mengadakan acara independen, dari pameran dan konser musik. Dan masih banyak lagi ‘taman bermain’ lainnya yang tutup.

Meski demikian, sadar atau tidak dibalik banyak ruang yang tutup, ternyata ada juga taman-taman bermain yang masih eksis, kokoh berdiri sampai hari ini. Tempat-tempat ini dikenal menjadi rumah bagi band-band independen baik dalam dan luar negri untuk mengenalkan musik mereka. Kami punya paling sedikit lima daftarnya. Berikut diantaranya:

Jaya Pub

Gig The Adams di Jaya Pub/foto: Christian Tri Haryono Putra / twitter.com/Theadamsband

Langgeng berdiri sejak 70-an, Pub kecil yang terletak di jantung kota Jakarta ini selalu menjadi tempat paing seru untuk banyak musisi beranjangsana dan menikmati musik. Dari sini pula banyak lahir band-band baru dengan yang sound yang keren. Superbad, gig bulanan yang sudah mencapai volume seratus lebih itu adalah bukti bahwa Jaya Pub kian kokoh menjaga nyawanya untuk scene musik tanah air.

Rossi Musik

Konser In Medio Anda Perdana di Rossi Musik / foto: Pohan.

Selama bertahun-tahun, Rossi Musik menjadi markas bagi banyak umat bawah tanah untuk berekspresi, dari anak punk, metalheads sampai fans indiepop serta musisi-musisi alternatif dalam dan luar negeri yang kerap mengadakan pertunjukan eksklusif di tempat kumuh yang terletak di jalan Fatmawati ini.

Coffewar

Kolaborasi Pusakata membawakan kokoronotomo di Coffeewar / foto: Pohan

Sempat pindah tempat, meskipun masih di kawasan Kemang Timur, Coffeewar dikenal oleh musisi, terkhusus singer-songwriter dan penyanyi folk dan musik akustik untuk mempertunjukkan karya-karya mereka.

Banyak nama musisi yang berterimakasih atas tempat yang mungil ini karena telah banyak membesarkan nama dan memberikan penonton-penonton pertama bagi mereka.

IFI Bandung

Konser HMGNC x UTBBYS x Uvisual di IFI Bandung. Foto: Hilman Wirahman.

Dulu tempat yang berlokasi di jantung kota Bandung, tepatnya di jalan Purnawarman, Bandung ini bernama CCF sebelum berganti nama jadi IFI (institut Francaise Indonesia). Selama satu dekade lebih, IFI menjadi satu dari antara lokasi konser yang cukup megah bisa menampung penonton yang banyak.

https://www.instagram.com/p/BvJVAzFnoeB/

Banyak acara dan konser band independen Bandung digelar di tempat yang dekat dengan Bandung Indah Plaza ini.

Twice Bar

Suasana gig di Twice Bar / dok. twitter.com/Twice_Bali

Di Bali, Twice Bar selalu dan selamanya akan menjadi destinasi wisatawan atau mereka yang haus akan hiburan musik punk dan rock ‘n roll dan musik alternatif lainnya. Dalam seminggu, Twice Bar seperti tak lelah-lelahnya selalu menghadirkan banyak acara musik, menampung bakat-bakat baru pulau Dewata.

Ketimbang menangisi venue-venue yang sudah tiada, akan lebih baik bila kita terus mengapresiasi dan menjaga tempat-tempat yang masih ada dengan kerap mendukung acara yang ada di sana.

Penulis
Wahyu Acum Nugroho
Wahyu “Acum” Nugroho Musisi; redaktur pelaksana di Pophariini, penulis buku #Gilavinyl. Menempuh studi bidang Ornitologi di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, menjadi kontributor beberapa media seperti Maximum RocknRoll, Matabaca, dan sempat menjabat redaktur pelaksana di Trax Magazine. Waktu luang dihabiskannya bersama bangkutaman, band yang 'mengutuknya' sampai membuat beberapa album.

Eksplor konten lain Pophariini

Juicy Luicy – Nonfiksi

Lewat Nonfiksi, Juicy Luicy semakin mengukuhkan diri sebagai band pengusung lagu patah hati dengan formula pop R&B yang jitu dan ultra-catchy. Pertanyaannya: sampai kapan mereka akan menjual kisah patah hati kasihan dan rasa inferioritas …

Selat Malaka Resmi Mengeluarkan Album Penuh Perdana

Band asal Medan bernama Selat Malaka resmi mengeluarkan album penuh perdana self-titled hari Jumat (22/11). Sebelumnya, mereka sudah mengantongi satu single “Angin Melambai” yang beredar tahun lalu.     View this post on Instagram …