5 Video Musik Karya Toma Kako Favorit PHI

Nov 28, 2020
Toma Kako

Ngobrolin soal video musik atau videoklip musisi/band Indonesia hari ini tentu tidak bisa dipisahkan dari nama Toma Kako, sebuah entitas kreatif yang mencatatkan namanya dalam peta musik lokal sampai hari ini.

Terhitung sejak 2017 silam, Toma Kako memulai kariernya di kancah audiovisual musik tanah air. Mereka memulainya dengan “Sunshine”, salah satu single racun dari unit surf rock asal Jatinangor, The Panturas.

Dari situ, ide dan semangat bertubi-tubi muncul seiring dengan tawaran dari banyak group side stream yang ingin berkolaborasi dengan mereka. Total sudah ada 14 video musik yang tertoreh dari kanvas visual mereka.

Video musik umumnya adalah sebuah proses penerjermahan ulang, di dalamnya ada unsur cerita yang berusaha ditampilkan dalam audio visual. Di ranah ini, Toma Kako punya story telling yang kuat. Ada semacam narasi yang coba mereka tuangkan dalam setiap jengkal karyanya.

“Dari storytelling yang kita sampaikan itu ciri yang sangat khas, secara nggak langsung dari ceritanya kita ingin menyampaikan pesan,” ujar Dhiwang.

Di artikel ini, kami mengajak pentolan Toma Kako, Dian Tamara dan Dhiwangkara untuk flashback, kami memilih 5 video musik yang menjadi favorit kami dan kami mengundang Tamara dan Dhiwang untuk mengomentarinya dalam 1 kalimat. Simak baik-baik.


Kelompok Penerbang Roket – Ironi

Dhiwang: Ini tuh video green screen pertama kita nih, pertama kali coba ‘ngilangin green screen, udah gitu ‘ngerender-nya di mobil.

Tamara: Pure ironi.

 

The Upstairs – Semburat Silang Warna

Dhiwang: Ini cihuy sih, penggabungan animasi dan video kita yang paling pertama, lagi lagi disini layernya banyak banget ketika Tamara bikin ceritanya, karena semuanya mendukung terutama lagunya yang mendukung, proses pengerjaannya pun bikin semangat, banyak banget hal hal yang bisa dikulik ternyata di post pro-nya dari grading, cut to cut-nya, karena lagunya asik stimulan ke proses lainnya pun jadi seru.

Tamara: Karena game adalah representasi kehidupan yang terbelenggu oleh sistem.

 

Harlan – Jatuh Cinta Diam-Diam

Dhiwang: Jujur ya ini klip yang paling gue suka juga, mungkin karena ceritanya sangat banyak dan layernya berlipat ganda hahaha, dikasih cinta cintaan trus tau tau ada yang ngeliatin, ngeselin.

Tamara: Kalo klip ini secara visual berangkatnya karena gue inget kalo suka sama orang itu diem-diem, jadi gitu deh treatment kameranya, WQ. Tapi kalo story-nya, inspired by kultur Batak dan Tiongkok yang melarang kisah romansa terjalin lintas suku.

 

Mocca x Rekti – There’s A Light At The End of The Tunnel*)

Dhiwang: Ini kayaknya gak cukup satu kalimat neh, ini projek pertama green screen yang beneran proper dan guede banget green screennya, dari cerita juga balik lagi banyak keresahan yang coba disampaikan disini tapi dibalut pake cara cara yang lebih seru sebenarnya. Yang paling seru juga proses post pronya karena disini kita agak gabungin semuanya ya, animasi, ilustrasi, video udah gitu gradingnya pake teknik recoloring

Tamara: Jangan terpana oleh tipu daya dunia yang fana.

*)catatan: Kami tidak menemukan videoklip ini di Youtube, jadi terpaksa kami sampaikan lagunya 

 

The Panturas – Sunshine 

Dhiwang: Kalo Sunshine nih asal muasal Toma & Kako berdiri, semuanya bermulai dari sini. Jadi mungkin kalo menurut gue cukup emosional sekali ya, videoklip pertama dan ternyata sangat berdampak bagi orang orang.

Tamara: Selain ngomongin soal 98, sebenernya klip ini jadi personal, soalnya ini imajinasi gue soal gimana hubungan gue dan bokap kalo di mobil jarang pernah ngobrol, wkwk.

___

Penulis
Wahyu Acum Nugroho
Wahyu “Acum” Nugroho Musisi; redaktur pelaksana di Pophariini, penulis buku #Gilavinyl. Menempuh studi bidang Ornitologi di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, menjadi kontributor beberapa media seperti Maximum RocknRoll, Matabaca, dan sempat menjabat redaktur pelaksana di Trax Magazine. Waktu luang dihabiskannya bersama bangkutaman, band yang 'mengutuknya' sampai membuat beberapa album.

Eksplor konten lain Pophariini

Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota

Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …

CARAKA Suarakan Berbagai Emosi di Album Terbaru NALURI

Unit pop asal Tegal, CARAKA resmi luncurkan album bertajuk NALURI (15/12). Melalui sesi wawancara yang berlangsung pada Senin (16/12), CARAKA membagikan perjalanan band dan hal yang melatarbelakangi rilisan terbarunya.     CARAKA merupakan band …