50 Lagu Indonesia 8 Tahun Terakhir Pilihan Pophariini

Kehadiran Pophariini sebagai media online yang sudah menginjak usia sewindu masih bergerak sesuai tujuan utamanya agar bisa terus mewadahi musisi-musisi hingga para pelaku musik berbagai kota di Indonesia sampai hari ini.
Tak terhitung berapa jumlah lagu yang tercipta selama 8 tahun terakhir dengan kami menerima ratusan siaran pers karya baru di kotak masuk alamat surat elektronik untuk diberitakan setiap minggunya.
Album fisik yang terjual jutaan kopi tak lagi menjadi tolok ukur kesuksesan karena berganti menjadi bagaimana hanya dengan potongan dari sebuah lagu bisa mengguncang jagat media sosial?
Pendengar diberi kemudahan untuk menemukan banyak sekali lagu di Spotify, TikTok, atau platform musik yang lain dan selama 8 tahun kami bersemangat menjelajahi ruang dan waktu untuk mengarsipkannya.
Harapan kami bersama 50 lagu Indonesia pilihan di bawah ini semoga para pencipta karya yang masuk daftar maupun tidak selalu bersemangat untuk menghasilkan dan para pendengarnya setia memberikan dukungan.
Pohan
Akad – Payung Teduh (2017)
Tahun yang menggembirakan sekaligus menyedihkan bagi Payung Teduh. Tak lama dari kesuksesan “Akad”, pentolannya Mohammad Istiqamah Djamad (Iz) memutuskan hengkang dari band. Jika era itu TikTok sudah banyak penggunanya, pasti semua memakai lagu ini sebagai musik latar kebahagiaan.
Film Favorit – Sheila On 7 (2018)
Melihat pergerakan karier mereka, Sheila On 7 tak pernah agresif untuk menjadi siapa. Single berjudul “Film Favorit” yang rilis saat band berusia 22 tahun ini mungkin bisa disebut karya penyelamat di perjalanan. Apa jadinya kalau mereka tidak pernah merilis “Film Favorit”? Mungkin akan membosankan.
To the Bone – Pamungkas (2019)
Banyak lagu-lagu hit yang bermunculan di tahun 2019. Sebut saja “I Love You 3000” milik Stephanie Poetri dan “Rayu” Marion Jola. Namun yang pasti “To the Bone” di album Flying Solo ini rilis lebih dulu dari “Rumah ke Rumah” Hindia di album Menari Dengan Bayangan yang juga punya pendengar banyak.
Sampaikan – Coldiac (2020)
Lupa dari mana saya mengenal Coldiac, namun yang pasti karena lagu “Tara”. Lalu dua tahun kemudian band ini merilis “Sampaikan”, materi dengan lirik berbahasa Indonesia pertama untuk karier mereka dan cukup melekat di ruang kerja tim redaksi Pophariini. Diputar dan dinyanyikan berkali-kali.
C.H.R.I.S.Y.E. – Diskoria, Laleilmanino, Eva Celia (2021)
Lantai dansa masih punya harapan untuk terus bersinar dengan karya orisinal dari mereka dan peran dari para kolaborator. Atas nama Diskoria, Merdi dan Aat memasuki karier satu dekade tahun ini. Lagu “C.H.R.I.S.Y.E.” sudah didengarkan lebih dari 100 juta kali sejak 2021 di Spotify, yang membuktikan bahwa disko Indonesia berjaya.
Niscaya – Bilal Indrajaya (2021)
Laleilmanino juga menjadi produser musik lagu Bilal Indrajaya di tahun yang sama dengan perilisan “C.H.R.I.S.Y.E.” dan keduanya sukses besar. Hal ini menunjukkan bahwa kolaborasi merupakan salah satu bagian penting dalam karier musisi. Apakah 2021 milik Lale, Ilman, dan Nino atau titik awal karier seorang Bilal?
Hati-Hati di Jalan – Tulus (2022)
Sebenarnya lagu andalan saya dari album Manusia bukan ini. Tapi yang tak terlupakan, “Hati-Hati di Jalan” pernah membuat geger jagat media sosial karena semua orang menggunakannya di video. Dalam ingatan saya dari tahun pertama kariernya, Tulus musisi genuine karena ia tak pernah memiliki citra yang berlebihan.
Sialan – Adrian Khalif, Juicy Luicy (2023)
Lagu yang baru mendapatkan perhatian lebih setelah setahun rilis itu bisa terjadi sama siapa saja. Bahkan Juicy Luicy yang hadir sebagai kolaborator kedapatan rezeki pendengar dan penonton berkat lagu ini. Nama Adrian Khalif selaku penyanyi utamanya yang sudah berkarier sejak 2017 pun akhirnya tenar.
Kita Bikin Romantis – MALIQ & D’Essentials (2024)
Tanpa mimpi viral, mereka menciptakan karya ini begitu saja. Sebutlah tanpa beban harus bagaimana untuk meraih apa, namun ternyata fenomenal. Yang tak terduga dari rilisnya “Kita Bikin Romantis”, Ibu saya kebelet memakai lagu untuk ringtone di telepon genggamnya.
Garam & Madu (Sakit Dadaku) – Tenxi, Jemsii, Naykilla (2025)
Tak menyukai lagu ini, namun liriknya menancap di ingatan sejak pertama kali mendengarkan. Terlepas dari istilah Hipdut (hip hop dan dangdut), yang menganggu hingga punya banyak pendengar menurut saya karena pemilihan judul dan aransemennya memang tepat sasaran untuk kebutuhan senang-senang.
Gerald Manuel
False Alarm – Heals (2017)
Mungkin band ini jadi salah satu band lokal yang bertanggung jawab atas menjamurnya band shoegaze beberapa tahun terakhir. Angka jumlah putar lagu ini di Spotify yang sudah menyentuh angka 1 juta bisa jadi alasan untuk perkiraan tersebut.
Kalapuna – Danilla (2017)
Saya ingat saat Spotify Wrapped masih bernama Year in Music, lagu ini menempati posisi teratas lagu yang paling sering saya putar di tahun 2017. Nuansa mencekam yang mengiringi vokal Danilla jadi alasan saya sangat suka lagu ini di era tersebut.
Adrenalin Merusuh – Seringai (2018)
Saya ingat saat Seringai merilis videoklip single dari album Seperti Api ini tahun 2018 lalu, banyak yang membicarakannya karena kemunculan sosok Iko Uwais dan beberapa cameo lain seperti Soleh Solihun dan Arie Dagienkz. Sampai sekarang pun penonton pasti menggila saat lagu ini dibawakan live.
Senjata Pemuas Massal – Krowbar (2018)
Album perdana Krowbar bertajuk Swagton Nirojim jadi salah satu album hip hop yang berkesan di tahun 2018 dari segi sampul sampai lagu-lagu di dalamnya. “Senjata Pemuas Massal” sendiri adalah lagu yang paling familiar di telinga pendengar saat mendengarkan album ini.
Semburat Silang Warna – The Upstairs (2018)
Lagu pertama The Upstairs sejak merilis album Katalika ini cukup sering dibawakan mereka setelah diluncurkan. Setahu saya lagu ini sudah jarang dibawakan di panggung akhir-akhir ini, namun lagu tersebut jelas meninggalkan kesan sampai saat ini.
Alice – YOUR BELOVED HEX (2019)
Single terakhir sebelum band chaotic hardcore asal Bandung ini hiatus tahun 2019 sampai akhirnya kembali aktif di akhir tahun 2024 lalu. Di masa 5 tahun kekosongan tersebut, lagu ini berhasil meraup pendengar sejumlah hampir 90.000 yang rasanya membuktikan kerinduan para penggemar terhadap Alice.
Testament – Morgue Vanguard, Doyz (2019)
Lagu yang ada di album kolaborasi antara 2 veteran hip hop ini jadi salah satu materi penting yang dirilis tahun 2019. Di lagu ini Morgue Vanguard dan Doyz menangkap momen-momen penting di perkembangan musik hip hop Indonesia dengan sangat keren.
Dogma Milenial Provinsi Yggdrasil – BAPAK. (2020)
Tahun 2020 bisa dibilang jadi masa gelap bagi banyak orang di seluruh dunia dengan adanya pandemi Covid-19. Di masa pahit tersebut, Kareem Soenharjo (BAP.) merangkul beberapa musisi untuk membuat proyek musik BAPAK. dan merilis album Miasma Tahun Asu. Lagu ini merupakan representasi yang sangat cocok untuk menggambarkan betapa gelapnya masa tersebut.
Kebanyakan Sinte – Joe Million (2020)
Bagian chorus “Kebanyakan Sinte” kerap dinyanyikan oleh anak-anak seusia saya, sehingga saya cukup terpengaruh untuk ikut mendengarkan. Penyampaian Joe saat merapalkan lirik-lirik sang lagu jadi poin penting bagaimana lagu ini bisa terdengar badass.
PAINTING WITH SUWAGE – BAP. (2021)
Setahun setelah merilis Miasma Tahun Asu, Kareem kembali dengan proyek BAP. dan meluncurkan album MOMO’S MYSTERIOUS SKIN. Seperti lagu-lagu lainnya di album tersebut, Kareem berhasil memperkenalkan band seperti Shark Move ke pendengar muda lewat sample beat di lagu “PAINTING WITH SUWAGE”.
Acceptance – Milledenials (2021)
Kemunculan Milledenials jadi angin segar dari Pulau Dewata dengan gaya musik yang mereka bawakan. Lagu yang menandai kemunculan mereka ini jadi bukti kemampuan mereka mencuri perhatian.
Irama Cita – White Shoes & The Couples Company (2021)
Sebelum dirilis di layanan streaming, saya pernah menyaksikan WSATCC membawakan lagu saat judulnya masih “Diskoria”. Single perdana dari album 2020 ini pun menempel di kepala sejak pertama kali dengar.
Pure Wrath – The Cloak of Disquiet (2022)
Setelah mendengarkan lagu ini di tahun 2022 lalu, saya jadi sadar bahwa genre black metal lokal lebih dari sekadar ‘cosplay pocong’, tapi bisa lebih dari itu. Lewat lagu “The Cloak of Disquiet” dan album yang menaunginya, Hymn to the Woeful Hearts, saya akhirnya bisa mendengarkan musik black metal lokal yang indah namun tetap mengerikan.
Abhorrent Dreams – Masakre (2022)
Meski di kancah musik metal bawah tanah band ini cukup punya nama, namun harus diakui bahwa Masakre memang belum mendapatkan perhatian sebesar itu. Atau mungkin mereka ingin tetap menjaga itu? Saya tidak tau. Namun, yang pasti adalah bagi saya pribadi, Masakre harus dapat lebih banyak perhatian karena musik yang mereka tawarkan sangat menarik untuk disimak.
Lagu Hujan – Koil (2022)
Karya lama Koil yang dirilis ulang di tahun 2022 lalu ini membuktikan bahwa Koil adalah band keras yang juga jago membuat lagu pop. Meski begitu, lirik yang ditulis Otong masih memiliki kesan puitis dengan pengandaian sederhana tapi sangat kuat.
Bicara Masa Depan – Tarrkam (2023)
Band yang terkenal rusuh ini bisa menghasilkan lagu yang saat disimak liriknya bisa membuat pendengar berpikir tentang masa depan. Musiknya pun cukup catchy untuk standar mereka.
Lari/Mati – Godplant (2024)
Lagu ini menjadi penting karena Godplant menangkap momen Tragedi Kanjuruhan yang terjadi tahun 2022 lalu dengan komprehensif. Amarah masyarakat terkait kejadian tersebut pun rasanya bisa terwakili saat mendengar sang lagu.
Hejira – Amerta (2024)
Nomor paling favorit dari album perdana Amerta bertajuk Nodus Tollens. Rasanya masih belum ada band metal yang bisa menciptakan lagu keras, namun dengan nuansa ‘adem’ seperti yang terdengar di lagu ini.
TRAVERSAL – Avhath, KUNTARI (2024)
Kolaborasi terapik tahun 2024. “TRAVERSAL” sendiri jadi bukti bagaimana puncak dari kolaborasi kedua entitas ini yang sangat mendobrak batas diri mereka.
Minggu – White Chorus feat. Dzulfahmi (2024)
Catchy, lirik yang sederhana namun relatable, dan alunan musik yang menggemaskan menjadikan lagu ini jadi karya White Chorus paling seru untuk didengarkan setiap hari.
Amira Nada
Lagu Pejalan – Sisir Tanah (2017)
Entahlah. Lagu ini adalah sebenar-benarnya teman yang ada di titik tergelap saya mengarungi lautan bernama kehidupan.
Biru – Barefood (2017)
Sebagai bagian dari musik indie sejak 2009, Barefood merilis “Biru” (2017) yang menggambarkan gejolak kehidupan. Fakta bahwa band sempat hiatus beberapa tahun tak menyurutkan antusiasme pendengar terhadap sang lagu. Tak sampai di situ, tiket konser terakhir Barefood pun yang diadakan pada 2023 lalu langsung terkuras habis dalam 48 jam.
Ironi – Kelompok Penerbang Roket (2018)
Perkenalan saya dengan salah satu trek dalam Galaksi Palapa ini dimulai ketika membaca tulisan seseorang yang mengurai esensi kebenaran dalam sang lagu. Menjadi sangat membekas dan memunculkan bayang-bayang tanya di benak saya setiap kali mendengarkannya. Apakah benar kebenaran takluk di hadapan kekuasaan? Apakah benar kekuasaan adalah hal tak terbantahkan?
Guys Don’t Read Sylvia Plath – Grrrl Gang (2018)
Mungkin Grrrl Gang masuk ke dalam barisan musisi lokal yang paling lantang dan gamblang ketika mengangkat isu tentang perempuan. Tembang milik Grrrl Gang yang satu ini berhasil mewakili keresahan perempuan–atau setidaknya saya–tentang konstruksi sosial yang terus bergentayangan sepanjang hidup.
Gundah Gulana Pacar Aktivis – The Panasdalam Bank, Jason Ranti (2018)
Katanya “Pacaran tidak romantis ngomongin politik”, tapi kenapa tidak? Meski enggan, lagi-lagi saya harus berterus terang, seseorang yang peduli Ibu Pertiwi lebih menarik. Jika di kemudian hari saya bisa mendapat kesempatan baik itu menjadi aktivis, maupun pacar aktivis, saya tak menolak. Saya suka berpikir dan saya suka pemikir.
Timur – The Adams (2019)
Sebesar-besarnya nama The Adams, seriuh-riuhnya “Timur”, pasti ada dari kita yang belum mengenal dan menikmatinya. Permasalahan tentang masa depan yang tak pasti tak akan selesai hanya dengan mendengarkan “Timur”, tapi perjalanan ke sana akan lebih nyaman dengan memutar lagu ini sebagai musik latar yang menemani. Dengarkanlah, walau hanya sekali.
Senjakala Cerita – Morfem (2020)
Hingga detik ini, ketika ditanya lagu apa yang membuat saya ingin jatuh cinta, “Senjakala Cerita” selalu jadi jawabannya. Canggung rasanya menguliti perasaan diri sendiri, tapi jujur hanya butuh sekali dengar untuk menyadari bahwa lirik lagu inilah cinta ideal yang saya cita-citakan selama ini. Sederhana, hangat, penuh makna.
Adegan Ranjang 1981 (love) 1982 – Sajama Cut (2020)
Satu gebrakan yang patut dicatat eksistensinya adalah GODSIGMA dari Sajama Cut. Band legendaris ini menggemakan narasi evolusi band independen Indonesia yang comeback dengan karya segar, namun tetap mempertahankan identitas mereka dengan lirik yang nyentrik dan menantang norma pada “Adegan Ranjang 1981 (love) 1982”.
Elang – Burgerkill, Ahmad Dhani (2021)
Kolaborasi antara Burgerkill, salah satu band metal terbesar di Indonesia dan Ahmad Dhani, musisi legendaris yang dikenal dari Dewa 19 dalam lagu “Elang” adalah peristiwa monumental tersendiri bagi sejarah musik Indonesia. Paduan ini menjembatani dua genre yang melahirkan “Elang” dalam versi yang lebih megah.
Firasat – Sundancer (2021)
Tak terhitung lagi jumlah musisi yang saya temui berkat penjelajahan saya di Spotify selama ini. Salah satunya ialah duo asal Mataram ini. Sejauh ini, “Firasat” adalah satu-satunya lagu Sundancer yang saya nikmati. Dari intro dimulai, lagu ini seolah memaksa saya untuk mendengarnya.
Nirrrlaba – Lomba Sihir (2021)
Tak dapat dipungkiri Selamat Datang di Ujung Dunia adalah yang paling melekat ketika bicara mengenai Lomba Sihir. Di antara rentetan trek yang terdengar sama, “Nirrrlaba” mencuat dan menarik perhatian saya, baik secara musik, maupun lirik.
Dance Habibi – Ali (2021)
Dari kacamata seorang gen z yang jarang disuguhi musisi dengan rilisan instrumental, hadirnya Ali di kancah musik Indonesia terasa bak angin segar. Aransemen dengan sentuhan Timur Tengah menciptakan pengalaman mendengarkan yang imersif. Di tengah gempuran lagu-lagu berbasis vokal, Ali muncul dengan pesona tersendiri, membuktikan melodi tanpa lirik pun bisa berbicara lantang.
Pastikan Riuh Akhiri Malammu – Perunggu (2022)
Satu hari di bulan Maret 2025, saya berkesempatan mewawancari penulis lirik “Timur” milik The Adams, Hasief Ardiansyah. Saya baru tahu kalau lagu Perunggu yang dijagokan banyak pendengar, “Pastikan Riuh Akhiri Malammu” terinspirasi dari “Timur”. Bagi penciptanya, mungkin “P.R.AM.” adalah curahan kasih sayang untuk sang buah hati. Namun, bagi saya, lagu ini berarti perwujudan cinta yang murni dan gak neko-neko. Dalam lirik, pinta sang “Aku” hanya ingin mencintai, tanpa mengharapkan cinta kembali.
Kau Pemeran Utama Di Sebuah Opera – The Jansen (2022)
Unit punk rock asal Bogor yang gaungnya menyeruak sejak merilis Banal Semakin Binal (2022) ini berhasil menancapkan namanya di hati dan playlist Spotify saya. Di mana lagi kita temukan lirik lagu yang menangkap asam garam kehidupan dengan balutan musik punk rock 70-an selain di Bogor?
Bersandarlah – The Jeblogs (2023)
Saya masih ingat betul bagaimana tadinya lagu ini menjadi musik latar perjalanan kereta saya dari Malang menuju Jogja, hingga saya benar-benar bisa menyaksikan The Jeblogs membawakannya langsung di hadapan saya dan lautan manusia di ArtJog 2024 lalu. Sungguh pengalaman yang magis dan tak mungkin saya lupa. Semoga banyak teman lainnya yang merasakan hal serupa.
Cincin – Hindia (2023)
Ketika mendengarkan “Cincin” sekarang, yang terbayang bukan kilasan-kilasan tentang “Lagu cinta untuk akhir dunia” lagi, tetapi momen ketika saya menjadi Wardrobe Assistant dalam video klipnya. Kalau perkiraan saya tepat sasaran, sehari sebelum lagu ini beredar di berbagai platform streaming digital, saya lebih dulu mendengarnya pada saat penggarapan video klip tersebut. “Cincin” adalah lagu yang tak akan pernah bosan didengar dalam kondisi apapun. Tak ayal jika lagu ini sudah didengarkan lebih dari 180 juta kali di Spotify.
Satu Bulan – Bernadya (2023)
Solois Bernadya menandai kemunculannya pada 2022 lewat single “Apa Mungkin”. Waktu berlalu, satu per satu rilisan beredar, namanya pun kian melambung. Tembang “Satu Bulan” adalah salah satu yang membesarkannya. Musik pop dengan lirik menyayat hati terbukti masih jadi pilihan.
Kabut Putih – hara, Frau (2024)
“Kabut Putih” adalah bukti bahwa lagu mampu merekam dan mengedarkan peristiwa lampau yang harus dirawat dan dikenang selamanya. Ditulis pada 1971 oleh Zubaidah Nungtjik A.R., seorang penyintas tragedi 1965 di dalam Kamp Tahanan Politik Plantungan, lagu ini membuat saya—dan semoga semua yang mendengarkan—tertunduk dan merekonstruksi pengalaman pahit yang dialami para penyintas. Jika yang bisa saya kehendaki masih hanya merenungi dan mengingat, saya akan terus melakukannya.
Terakhir Kali – Wijaya 80 (2024)
Wijaya 80 berhasil menghidupkan kembali nuansa pop era 80-an dengan sentuhan modern yang memikat. Dentingan synth yang melankolis dan gitar yang mendayu-dayu membawa pendengar seakan melintasi waktu ke masa kejayaan musik retro.
Harapan, Pt. 3 – The Cottons (2024)
Setelah 8 tahun vakum, The Cottons kembali dengan album mini bertajuk Harapan. “Harapan, Pt. 3” adalah satu dari 4 trek di dalamnya. Yang menarik dari rilisan ini adalah bagaimana The Cottons meracik resep komunikasi pada judul dari setiap trek. Penamaan judul yang mengadopsi urutan angka seolah menunjukkan kesinambungan naratif yang jarang ditemukan di era streaming saat ini.

Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
T Fyah Rilis Album Perdana Hasil dari Pembelajaran Hidup
T Fyah merupakan solois dengan genre reggae yang akhir tahun lalu merilis album penuh perdana berjudul Truth and Sign (24/12). Musisi asal Jakarta Selatan ini menghadirkan total 12 lagu untuk mengisi album perdana tersebut. …
Band Pop Bogor, Divisi Santai Rilis Single Motivasi Kopi & Lagu Hindia
Band pop alternatif asal Bogor, Divisi Santai resmi merilis single anyar bertajuk “Motivasi Kopi & Lagu Hindia” hari Kamis (06/03). Lagu ini merupakan langkah awal band menuju peluncuran album penuh perdana mereka yang segera …