6 Musisi Elektronik Di Indonesia

Dec 23, 2018

Cerita perkembangan musik elektronik di Indonesia cukup panjang. Salah satunya tidak bisa lepas dari musik independen 90an di Indonesia. Sejak dari awal era akhir 90an di bawah tanah kita punya Agus Sasongko & The Future Sounds of Pejaten yang bertranformasi menjadi Media Distorsi, dan di Bandung akhir 90an kita punya Electrofux dan Mobil Derek. Lalu kemudian musik populer Indonesia mencatat di tahun 2002 dengan Indra Lesmana sebagai produsernya penyanyi Andien merilis album album ke 2 yang bernuansa elektronik cukup kental berjudul Kinanti.

Saat ini tanpa terasa 2 dekade telah berlalu. Dan di tengah tren musik elektronik dan dance, musik elektronik lokal yang telah lebih lama eksis di skena musik kita juga masih bertahan. Para musisi elektronik ini biasanya selalu membawa komputer jinjing di panggung dengan keyboard dan synthesizer serta beberapa peralatan musik digital lainnya. Tidak jarang bahkan mereka juga membawa pemain band lengkap. Mereka juga sangat terbuka dengan berbagai musisi dari disiplin lain. Seperti yang dilakukan Rock N Roll Mafia yang berkolaborasi dengan Danilla, atau juga Kimokal dengan Kelompok Penerbang Roket.

Di Indonesia sama seperti beberapa genre musik minoritas lain seperti funk atau reggae, musik elektronik menyelinap hadir di banyak musik populer Indonesia. Meskipun musisi pengusung spesifik musik elektroniknya masih minoritas tapi Indonesia memiliki banyak musisi yang kuat di genrenya. Ini beberapa di ataranya yang tertangkap pengamatan Pop Hari Ini. Ada yang terlewat? silahkan tambahkan di kolom komentar

 

HMGNC

HMGNC alias Homogenic. foto: dok HMGNC

Salah satu pelopornya di Indonesia, HMGNC adalah Homogenic yang terbentuk di 2002 dengan formasi Dina Dellyana (synths, programming), Risa Saraswati (vokal), dan Grahadea Kusuf (synths, programming). Merilis album perdana Epic Symphony (2004) lalu Echoes of the Universe (2006). Di album ketiga Let A Thousand Flowers Bloom (2010) posisi vokal digantikan oleh Amandia Syachridiar. Homogenic kemudian merilis album soundtrack dari film Demi Ucok (2012) dan 3 tahun kemudian merilis album keempat Let’s Talk di tahun 2015. Homogenic kemudian menyingkat namanya menjadi HMGNC dan merilis album terakhir mereka yang berjudul sama HMGNC. Total setelah 16 tahun berdiri, 5 album, HMGNC baru saja menyelesaikan tur di Jepang mereka.

 

Goodnight Electric

Goodnight Electric: Henry, Bondy, Oom Leo. Foto: dok. Goodhight Electric

Lahir dari kampus seni rupa dan desain IKJ pada tahun 2003, Goodnight Electric (GE) dibentuk oleh Henry Irawan yang dikenal dengan nama panggung Henry “Batman” Foundation. Merilis album perdana Love and Turbo Action di 2004 dengan format duo bersama vokalis Rebbeca Theodora. Lalu pada 2007 merilis album Electroduce Yourself dengan formasi trio bersama Oom Leo (synthesizer/vokal) dan Bondi Goodboy (synthesizer/vokal). Kini Goodnight Electric telah menghasilkan 2 album penuh, 7 album kompilasi dan beberapa singel dalam rilisan digital juga piringan hitam. Tahun ini Goodnight Electric merilis kompilasi The Electronic Renaissance yang berisi unreleased track serta singel-singel yang tersebar di luar album mereka.

 

Atlesta

Fifan alias Atlesta. Foto: dok. Atlesta

Penyanyi Fifan Christana Yohana adalah solois pria di balik unit elektronik dari Malang yang bernama Atlesta. Telah merilis 3 album, Secret Talking (2012), Sensation (2015) dan yang terakhir Gestures (2017). Atlesta selalu memosisikan dirinya sebagai aksi elektronik dengan konsep visual grafis yang menarik yang menunjang musiknya yang berkelas. Terbentuk sejak tahun 2012 dengan merilis singel berjudul “Sixty Nine All Right”. Berdomisili di Malang, Atlesta dianggap sebagai salah satu musisi yang bekerja keras di kota asalnya karena berada di bawah bayang-bayang kota Surabaya. Atlesta baru-baru ini juga baru merilis singel pertamanya yang berbahasa Indonesia yang berjudul “Pesona”

 

1
2
Penulis
Fari Etona
Pendenger musik pop dan rock, serta pecinta binatang dan pemakan buah-buahan.

Eksplor konten lain Pophariini

Wawancara Eksklusif Ecang Live Production Indonesia: Panggung Musik Indonesia Harus Mulai Mengedepankan Safety

Seperti tahun-tahun sebelumnya, Pophariini masih banyak menghadiri dan meliput berbagai festival musik di sepanjang tahun ini. Dari sekian banyak pergelaran yang kami datangi, ada satu kesamaan yang disadari yaitu kehadiran Live Production Indonesia. Live …

Wawancara Eksklusif Kossy Ng dan Dimas Ario Spotify: Edukasi Stream dan Musik Berbayar Masih Jadi Tantangan Besar

Saat menentukan apa saja yang ingin diangkat untuk KaleidosPOP 2024, tim redaksi Pophariini langsung berpikir soal keberadaan platform streaming musik yang menjadi salah satu tolok ukur kesuksesan perjalanan band dan musisi di era ini.  …