6 Pertanyaan untuk 6 Kolektif DJ di Pulau Jawa
Beberapa tahun terakhir, Indonesia menjadi rumah berbagai pergerakan musik yang unik dan inovatif, termasuk kolektif disjoki (DJ). Kolektif ini tidak hanya menjadi wadah bagi para DJ untuk berkarya, tetapi juga menjadi katalis perkembang musik elektronik di Indonesia.
Salah satu peran kolektif DJ di Indonesia adalah memperkenalkan subgenre musik elektronik yang mungkin belum banyak diketahui. Hal tersebut diakui Jabi dari Poppin Class dan Julius Aji dari Astep Gang.
Jabi merasa musik elektronik adalah suatu fenomena untuk sekarang dan ke depannya “Gue harap pergerakan DJ dan kolektif di Indonesia semakin besar agar banyak sound baru yang lebih bervariasi di club atau bar maupun coffee shop. Jadi referensi musik di Indonesia makin wide dari sebelumnya,” ungkapnya.
Memiliki pendapat serupa, Julius mengungkapkan bahwa kolektif DJ di Indonesia makin beragam. “Ada berbagai macam collective dan genre yang tersebar di seluruh Indonesia dan sebagian besar mereka berkembang dari mengeluarkan karya, baik itu meng-edit atau me-remix lagu ataupun lagu original, dan bahkan sudah banyak yang tembus di gigs internasional,” jelasnya.
Kolektif DJ tak hanya menghadirkan musik berkualitas, tetapi juga menjadi penggerak ruang-ruang ekspresi, inovasi, dan kolaborasi di dunia musik elektronik. Simak langsung wawancara kami bersama para pendiri kolektif DJ di Pulau Jawa yang kami ketahui di bawah ini.
Astep Gang Collective (Malang)
Penjawab: Yoan
Siapa saja sosok di balik kolektif ini selain lo?
Di balik Astep Gang, beberapa teman memiliki peran masing-masing. Julius Aji sebagai DJ dan juga Music Director, Poserbrain mengurus Branding dan Media Sosial, Wildan & Revi fokus kepada Manager Talent, teknis event dan produksi. Ada juga Affan yang bertanggung jawab dalam strategi marketing, menjalin hubungan dengan sponsor, dan memperluas jangkauan kolektif kami.
Selain itu, kami juga mempunyai 12 talenta DJ. Ada Julius Aji, Davis, Judo, Slothkidd, Galihpan, Bryan Salu, Santover, Odi Daniels, Cripsy Bacon, Poserbrain, Arnold, Selfi, Fendi dan Juga Group Karaoke The Angels Wears Prada isinya Marsyabunga Cinta, Shafira Bellanca & Tania.
Ceritakan awal kolektif ini terbentuk!
Awalnya Astep Gang terbentuk dari sekelompok anak muda yang sering nongkrong di Astep Bistro. Dari kebiasaan kumpul itu, kami sadar bahwa kami semua punya kecintaan yang sama terhadap musik, terutama electronic dan underground sounds. Dari obrolan santai, berbagi lagu, hingga eksperimen bikin gigs DJ kecil-kecilan di Astep Bistro akhirnya tercetus ide untuk membentuk kolektif ini sebagai wadah yang lebih serius untuk menyalurkan passion kami.
View this post on Instagram
Apa visi dan misinya?
Visi Astep Gang adalah tidak hanya memperkenalkan genre musik underground, tetapi juga membangun ekosistem musik elektronik yang inklusif dan sustainable di Indonesia.
Misi kami adalah memberikan platform bagi DJ dan musisi lokal untuk tampil, mengedukasi audiens tentang genre musik yang mungkin belum familiar, menciptakan pengalaman event yang fresh dan memorable, serta mendukung talenta lokal melalui kolaborasi dan produksi karya original.
Bagaimana lo melihat pergerakan musik elektronik di Indonesia saat ini, terutama di kota lo sendiri?
Pergerakan musik elektronik di Indonesia semakin menarik. Scene ini di kota kami masih terbilang kecil, tapi mulai tumbuh dengan banyaknya talenta baru yang mencoba masuk. Selain itu, audiens juga mulai lebih terbuka terhadap genre yang dulu dianggap niche seperti future beats, house, atau drum and bass. Tantangannya adalah membangun kesadaran bahwa musik elektronik bukan hanya tentang hiburan semata, tetapi juga bagian dari seni dan budaya.
Menurut lo, masih banyak nggak yang tertarik untuk menjadi disjoki?
Banyak anak muda sekarang mulai tertarik menjadi DJ karena exposure dari media sosial dan event yang tersedia. Melalui Astep Gang, kami ingin memberikan ruang dan kesempatan bagi mereka yang ingin mencoba atau belajar lebih jauh tentang dunia DJ.
Bagaimana menentukan genre yang sesuai dengan identitas kolektif saat memilih setlist atau produksi remix-an?
Kami selalu memilih setlist yang punya cerita dan vibe yang selaras dengan energi kolektif dan menantang batasan genre. Sebelum menyusun setlist atau remix, kami berdiskusi untuk mempertimbangkan audiens, lokasi event, dan bagaimana set kami bisa menyampaikan identitas Astep Gang.
Generys (Surabaya)
Penjawab: Gehan Gunawan
Siapa saja sosok di balik kolektif selain lo?
Di balik Generys, ada saya Gehan Gunawan sebagai Founder sekaligus Development Director dari Generys, Yoan Cindho sebagai Creative Director dari Generys, Alyssa Affadila sebagai Operations and Production dari Generys, Devina Byandini sebagai PR & Marketing Director, dan yang terakhir Mario Satriyo sebagai Head Of Artist sekaligus DJ dari Generys.
Selain itu, ada pula inhouse talents Generys seperti DJ Mario (Stryyy, Angga, Ilman, Josef, dan Kyy. Lalu untuk MC ada Beckham dan Madz Kibo, dan juga Hypeman yaitu Jojo.
Ceritain awal kolektif ini terbentuk!
Pionir dari Generys sendiri terdiri dari empat orang, namun pionir yang tersisa Gehan dan Cindo. Pada awalnya kami berpikir bagaimana caranya melakukan hal yang kami suka yaitu membuat event yang bisa dibilang sering tanpa ada jangka waktu yang lama dari event yang lainnya.
Saya melihat kalau membuat event seperti konser besar itu membutuhkan masa persiapan yang lebih lama dibandingkan event kolektif yang biasa dibuat Generys. Kolektif kami bisa dibilang dalam sebulan bisa melakukan event dua sampai empat kali. Sedangkan untuk event besar seperti konser mungkin dalam satu tahun paling maksimal tiga kali. Nah mulai dari ide tersebut lahir Generys.
Generys merupakan gabungan dari gen dan erys. Gen mengalir dalam tubuh manusia dan semua orang memilikinya. Sementara erys kebalikan dari “syre” memiliki arti membawa kesuksesan finansial dan cinta kepada semua yang terlibat di dalamnya. Tak lama dari itu terjadilah event pertama kita 14 Oktober 2023 yang diadakan di bar Hotel Platinum Cloud 22 hingga sampai di anniversary pertama yang berlangsung di Kawi Lounge, Sheraton Surabaya Hotel & Tower.
Sepanjang perjalanan, Generys berhasil membuat kurang lebih 21 event dan mengundang 40 lebih performer dalam setahun berjalan.
View this post on Instagram
Apa visi dan misinya?
Visi Generys adalah memajukan industri kreatif Indonesia khususnya di Surabaya dengan kekuatan event.
Misi kami adalah yang pertama ingin membuat platform untuk organisasi, konsumen, dan brand untuk saling berhubungan, bekerja sama, bertukar ide dalam menghasilkan hal-hal baru, serta inovasi secara berkala. Kedua, kami ingin menaikkan profile kreatif industri di Indonesia melalui brand awareness yang dapat menghasilkan audiens baru serta mencapai market yang lebih luas.
Bagaimana lo melihat pergerakan musik elektronik di Indonesia saat ini terutama di kota lo sendiri?
Menurutku, banyak orang yang suka hip-hop, R&B, techno progresif di Surabaya. Tapi musik seperti itu kan biasanya dimainkan di club. Nah, kalo Surabaya menurutku sekarang lagi ke arah genre indo bounce karena pandanganku kenapa Surabaya mengarah ke genre tersebut karena rata-rata spender-nya memang banyak di sana. Sedangkan Generys kebetulan nggak mainin genre itu ya.
Jadi kami harus nyari venue yang cocok dan at least pernah mainin genre-genre hip hop, afro, edit, dan kawan-kawan. Kalau venue di Surabaya yang masih mungkin kami masukin genre yang kita bawa kayak Camden dan Shelter, sama bar hotel gitu yang memang punya genre policy yang lebih bebas.
Menurut lo masih banyak gak yang tertarik untuk menjadi disjoki?
Tentu dengan banyaknya fenomena yang terjadi di Indonesia dengan naiknya banyak DJ baru, maka bisa dilihat bahwa animo masyarakat masih banyak yang ingin mencoba untuk menjadi DJ. Namun pinter-pinteran aja bagaimana kalian mencari celahnya. Kalian ingin menjadi DJ seperti apa karena semuanya harus memiliki tujuan awal jika kalian ingin naik secara cepat.
Mungkin kalian bisa berjalan secara personal. Namun jika ingin melaju lebih jauh, kalian harus menjalankannya dengan bersama-sama, yaitu salah satunya adalah masuk manajemen atau masuklah ke kolektif yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan seperti genre, environment, dan lain lain. Lalu sebagai DJ harus memiliki daya tarik sendiri dan mainkan genre yang kalian suka secara konsisten. Maka dalam jangka waktu yang pendek maupun panjang kalian akan sampai ke tempat yang kalian mau.
Bagaimana menentukan genre yang sesuai dengan identitas kolektif saat memilih setlist atau produksi remix-an?
Nah untuk bagaimana cara menentukan genre yang sesuai dengan identitas kolektif, kalo dari saya sebagai Generys pastinya ingin mendengarkan lagu-lagu yang saya suka dan hal tersebut paling memungkinkan untuk saya lakukan di event saya sendiri karena di sana saya bisa mengatur genre policy yang saya anggap cocok dengan identitas Generys dan cocok dengan apa yang saya suka.
Jadi sebagai kolektif, mainkanlah yang menurut kalian enak dan nyaman memainkannya, serta sesuai dengan branding yang kalian buat. Contoh paling simple adalah di saat posting e-flyer Generys selalu memakai lagu-lagu hip hop, R&B, afro, atau edit. Jadi yang akan kami mainkan di hari H event, tidak jauh-jauh dari lagu-lagu tersebut. Nah, itu dapat membantu menstimulasi serta memilah audiens yang lebih sesuai dengan harapan yang dibuat.
Super Flame (Yogyakarta)
Penjawab: Abe Satria
Siapa saja sosok di balik kolektif ini selain lo?
Selain saya, ada banyak orang di balik Super Flame yang sangat membantu, seperti mas Ruddykak, mas Gary, dan tentunya anak-anak Superflame sendiri—David, Dhiva, Kego, Fachmi, Mel, dan Yoda—yang memberikan dukungan dan kontribusi besar dalam pengembangan Super Flame.
Ceritakan awal kolektif ini terbentuk!
Tahun 2022, saya mendirikan FLURE STUDIO, sebuah agensi kreatif, yang seiring berjalannya waktu, membawa saya pada kesempatan luar biasa untuk mengorganisir acara party yang saya beri nama FLAVORS akhir tahun 2023 di Platinum lantai 2, dengan tamu pertama EGNEVER & MAMIQ. Melihat antusiasme yang luar biasa, saya menyadari pentingnya untuk memulai sesuatu yang lebih besar. Dari situ, saya mulai mengembangkan konsep dan branding untuk acara tersebut, yang kemudian melahirkan Super Flame.
View this post on Instagram
Apa visi dan misinya?
Super Flame bertujuan untuk mencapai kesuksesan yang lebih besar dan tak pernah padam, penuh kreativitas, inovasi, dan daya tarik yang menginspirasi, menciptakan pengalaman musik serta hiburan yang tak terlupakan.
Misi kita menyediakan platform untuk bereksperimen dan berkolaborasi, menciptakan pengalaman acara yang tak terlupakan, memberikan hiburan berkualitas tinggi dengan sentuhan kreatif
Bagaimana lo melihat pergerakan musik elektronik di Indonesia saat ini terutama di kota lo sendiri?
Musik elektronik di Yogyakarta berkembang pesat, didukung oleh komunitas kreatif, dan audiens yang terbuka terhadap eksperimen. Kota ini menjadi tempat ideal untuk mengeksplorasi genre dan gaya baru. Tantangannya adalah memastikan keberlanjutan ekosistem melalui dukungan sponsor, media, dan pemerintah. Dengan semangat kolektif yang kuat, Yogyakarta berpotensi menjadi pusat penting musik elektronik di Indonesia.
Menurut lo masih banyak gak yang tertarik untuk menjadi disjoki?
Di Yogyakarta, minat menjadi disjoki terus meningkat, terlihat dari banyaknya studio dan sekolah DJ yang bermunculan. Hal ini menunjukkan antusiasme generasi muda terhadap musik elektronik dan profesi DJ sebagai bentuk ekspresi kreatif sekaligus peluang karier yang menjanjikan.
Bagaimana menentukan genre yang sesuai dengan identitas kolektif saat memilih setlist atau produksi remix-an?
Eksperimen dengan genre yang relevan, namun tetap konsisten dengan ciri khas Super Flame, memerhatikan preferensi audiens, dan mengamati tren yang sedang naik, sambil menambahkan elemen khas Super Flame dalam setlist atau remix untuk menjaga agar tetap autentik.
Hipster (Bandung)
Penjawab: Ghoffar
Siapa saja sosok di balik kolektif ini selain lo?
Awal terbentuk ada 6 orang tim inti. Saya Ghoffar sebagai Leader sekaligus talent, Rifan talent MC, Gilang talent DJ, Faijra talent DJ, Adiya Sekretaris dan Bendahara, serta Agil Creative Director. Kami sering merekrut tim tambahan di setiap event atau campaign yang sedang dibuat sesuai kebutuhan jobdesc, seperti fotografer dan videografer, PR Marketing, dan lain-lain.
Ceritakan awal kolektif ini terbentuk!
Kami terbentuk dari kumpulan anak kampus (salah satu kampus di Bandung), yang senang sekali mendengarkan aneka ragam genre musik, berkumpul dan tercipta dari keresahan masing-masing terhadap dunia musik di sekitar kami. Berawal dari iseng-iseng untuk membuat movement dengan pengetahuan seadanya, kami berpikir hal apa yang bisa menjadi pembeda selain membentuk band.
Jawabannya, ya membuat EO kolektif DJ atau party event. Berangkat dari situ, kami mulai merancang event pertama kami dengan seadanya juga, bermodalkan crowd dari family and friend, dan kami sukses membuat event pertama bulan november 2023 yang menjadi tanggal terbentuk kami sebagai kolektif Hipster.
View this post on Instagram
Apa visi dan misinya?
Sebenarnya, visi dan misi kami bisa dikatakan tidak muluk-muluk, hanya ingin menunjukkan sisi kreatif dari personal masing-masing. Kami sering melihat atau mendatangi sebuat event yang dikemas biasa saja, yang menurut kami itu harusnya bisa dikembangkan lebih jauh dan dikulik lebih dalam. Selebihnya kami hanya ingin sedikit mengedukasi kepada lingkungan kami bahwa subgenre dalam musik itu sangat banyak, membuat event itu tidak hanya nama event, dekorasi, dan marketing, bahkan lebih kompleks dari itu.
Bagaimana lo melihat pergerakan musik elektronik di Indonesia saat ini terutama di kota lo sendiri?
Setiap harinya musik elektronik Indonesia tumbuh dan berkembang. Sekarang banyak sekali subgenre yang terbentuk, tapi sangat disayangkan edukasi audiensnya menurun. Audiens sekarang mayoritas hanya ingin mendengarkan lagu-lagu atau genre yang sedang happening. Padahal akan lebih seru jika kita bisa kulik banyak genre, begitu pun venue sebagai wadah EO atau kolektif.
Saya paham adanya kerja sama venue dan kolektif itu harus saling menguntungkan, kolektif mendapatkan wadah (gigs), venue mendapatkan profit dari massa yang dibawa kolektif tersebut. Tapi yang kita lihat sekarang, mereka hanya mencari dan menerima EO atau kolektif yang bisa menghasilkan revenue paling tinggi dan yang membawakan lagu komersial.
EO kami pun open format mengikuti venue yang telah kami pilih untuk menjadi wadah, tetapi idealisme kami kadang tidak bisa tersalurkan karena terbentur dengan edukasi audiens yang menurun dan music policy yang dimiliki venue. Harapannya semua genre musik di Indonesia, terutama bisa lebih merata dan spesifik untuk urban genre atau underground music agar bisa lebih diwadahi.
Menurut lo masih banyak gak yang tertarik untuk menjadi disjoki?
Menurut kami, semakin ke sini semakin banyak orang yang ingin menjadi DJ dengan berbagai alasan. Tapi untuk sekarang rata-rata alasan mereka karena suka dengan lagu yang sedang viral atau lagu yang di-remix oleh produser atau DJ lalu trending di media sosial TikTok atau Instagram. Jadi mereka ingin menjadi DJ, beda dengan tahun-tahun sebelumnya. Orang-orang yang ingin menjadi DJ karena mereka memiliki idealisme genre sendiri, atau ingin mengedukasi dan berkarya.
Bagaimana menentukan genre yang sesuai dengan identitas kolektif saat memilih setlist atau produksi remix-an?
Untuk menentukan genre yang sesuai dengan identitas kolektif, saat memilih setlist atau produksi remix-an menurut kami tidak ada aturan dalam hal itu karena balik ke visi dan misi masing-masing untuk menjadi acuan karakter kolektifnya. Karakter ini yang membawa kolektif tersebut menjadi brand dengan cara terus-menerus memperkenalkannya ke orang-orang.
Menurut kami, tidak ada genre yang bagus dan jelek. Bukan berarti mendengarkan koplo lebih jelek daripada hip hop atau genre kiri lebih oke daripada genre kanan. Setiap genre musik punya khas yang beda-beda. Itu semua bagus dan unik, yang ada hanya setiap orang punya selera masing masing. Jadi kalau ditanya bagaimana menentukan setlist atau remix, masing masing kolektif itu akan tumbuh natural berbarengan dengan personal taste para anggotanya.
Poppin Class (Jakarta Selatan)
Penjawab: Aquino Adolfo
Siapa saja sosok di balik kolektif ini selain lo?
Selain gue, sosok di balik Poppin Class itu ada Aldo, temen main gue. Tapi seiring berjalannya waktu, roster dari Poppin Class sekarang juga ada yang bantu gue di kantor untuk perihal kreatif dan bisnisnya.
Ceritakan awal kolektif ini terbentuk!
Terangkum dari pertanyaan pertama, Aldo itu temen main gue dan kami mau coba side hustle untuk tambah uang jajan, dan karena dari sebelum ada Poppin Class gue udah nge-DJ, dan Aldo udah nge-design dan nge-VJ. Gue ngajak Aldo untuk bikin kolektif hip hop bareng karena kami sama-sama suka musik hip-hop ditambah waktu itu scene–nya lagi EDM banget. Jadi gue rasa ada peluang.
View this post on Instagram
Apa visi dan misinya?
Awalnya visi gue adalah mengamplifikasi R&B dan hip hop event agar bisa dinikmati banyak kalangan. Tapi seiring berjalannya waktu, Poppin Class sekarang adalah untuk lebih dikenal secara worldwide dan menjadi bagian dari lifestyle yang bukan cuma dari acara malam, tapi lebih dari brand si Poppin Class itu sendiri, dengan tetap ada sisi subjektif dan core kami. Which is musik dan lifestyle-nya R&B dan hip hop artist dengan misi membuat acara yang selalu fresh dan memorable buat orang-orang.
Bagaimana lo melihat pergerakan musik elektronik di Indonesia saat ini terutama di kota lo sendiri?
Pandangan gue melihat pergerakan musik elektronik di Indonesia, terutama di Jakarta sangat growing karena banyak produser-produser di Jakarta dan luar Jakarta yang kualitasnya sangat bagus dan karyanya sudah mendunia, dibanding dulu pada awal gue mulai DJ dan produce, orang-orang masih tabu dengan musik elektronik.
Menurut lo masih banyak gak yang tertarik untuk menjadi disjoki?
Wah, banyak banget pasti. Ditambah sekarang belajar DJ lebih mudah dan lebih gampang di-notice kalo punya banyak konten di media sosial yang menarik. Apalagi DJ sekarang terkenalnya semua dari medsos.
Bagaimana menentukan genre yang sesuai dengan identitas kolektif saat memilih setlist atau produksi remix-an?
Menurut gue musik tuh kan cuma ada vokal dan instrumen. Kalo gue pribadi, tergantung lagi kepikiran instrumen apa yang iconic dan catchy, atau bisa juga ketika gue lagi kepikiran lagu apa yang ada di daily mix, ya dari situ aja sih kalo untuk setlist dan produksi remix.
Slipout (Jakarta Selatan)
Penjawab: Abdel
Siapa saja sosok di balik kolektif ini selain anda?
Sosok di balik Slipout ada banyak yang berperan melalui ups and downs. Saya awal-awal diajak temen satu lingkup, Cherisha, Fazel, Zhilal, dan Fariz. Mereka mengajak saya ikut membuat event pada saat itu dan berkat mereka, Slipout sudah mampu meraih perhatian di berbagai daerah berkat Cherisha, Fazel, Zhilal, Baginda, Andra dan Raffa
Ceritakan awal kolektif ini terbentuk!
Awal dari Slipout terbentuk itu bisa dibilang iseng-iseng aja. Kami pikir mungkin daripada ngeluarin duit untuk nge-club mendingan nyari duit dari situ. Awalnya pun nggak serius, kami pikir ya udah aja. Ternyata di saat event pertama, untung sekali dan kami pikir, “Ini bisa dijadiin duit”. Dulu saya dikasih tau sama Cherisha untuk kenalan atau mutual-an Instagram sama siapa aja, minimal satu orang di tempat diskotik untuk meningkatkan recognition event kami. Nah, kebetulan kami ada event nih di Fyne tanggal 24 Januari 2025. Dateng ya.
View this post on Instagram
Apa visi dan misinya?
Visi Slipout aslinya untuk membuat konser, namun kami belum cukup mahir untuk ke ranah tersebut. Sedangkan misi kami adalah mempersembahkan malam yang tak terlupakan untuk pengunjung kami.
Bagaimana lo melihat pergerakan musik elektronik di Indonesia saat ini terutama di kota anda sendiri?
Menurut saya, musik eletronik di Indonesia sudah merajalela dan bervariasi.
Menurut lo masih banyak gak yang tertarik untuk menjadi disjoki?
Masih banyak yang tertarik karena disjoki adalah orang yang terampil dalam pemilihan lagu dan cara mereka melakukan transisi dan lain-lain. Untuk orang yang menyukai musik pasti tertarik.
Bagaimana menentukan genre yang sesuai dengan identitas kolektif saat memilih setlist atau produksi remix-an?
Cara saya menentukan genre adalah sering-sering ke diskotik dan melihat market. Ada banyak perbedaan di masing-masing EO, ada breakbeat, house, techno, dan ada juga yang hip hop dan R&B, namun itu hanya preference masing-masing aja menurut saya. Untuk kami, genre mungkin memainkan apa yang sedang rame di market supaya acara yang digelar malam itu ramai.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
6 Stylist Indonesia Berbicara Tren Fashion Musisi di 2025
Dunia musik tidak hanya berbicara perihal nada dan lirik, tetapi juga bagaimana para musisi menyampaikan cerita mereka lewat penampilan di atas panggung. Di balik setiap kostum yang mencuri perhatian, ada peran seorang fashion stylist …
Maxi Single Mekar Seribu Runtun Jadi Momen Kembali CJ1000
Band yang menamakan genre musik mereka heavy rock ugal, CJ1000 akhirnya kembali berkarya lewat perilisan maxi single Mekar Seribu Runtun berisi dua lagu “Mekar Seribu Runtun” dan “Tangga Semesta II” (15/01). CJ1000 …