7 Musisi Elektronik di Indonesia (Bagian 2)

Oct 16, 2022

Perkembangan musik dan musisi elektronik memang tak bisa lepas dari perkembangan musik populer di Indonesia dari era 70-an sampai hari ini. Bagi yang belum menyimak tulisan soal Musik Elektronik di Bandung Bawahtanah tahun 1990-2020 dari Kimung, salah satu pendiri Burgerkill, ia menjelaskan tentang tren dan perkembangannya dari tahun 1993. Meski hanya teaser, ada baiknya kalian juga harus membaca bukunya On Frequency dimana cerita tentang musik elektronik dilucuti secara dalam.

Di tahun 2018 silam, kami pun pernah menulis cerita yang sama namun dari perspektif daftar musisi elektronik di Indonesia. Selain di Bandung, Fari Etona sang penulis juga menuliskan nama-nama musisi awal era akhir 90-an di bawah tanah seperti Agus Sasongko & The Future Sounds of Pejaten yang bertranformasi menjadi Media Distorsi serta beberapa eksponen lainnya, termasuk kehadiran warna elektronik di karya-karya musik populer seperti di album ke-2 Andien, Kinanti yang diproduseri Indra Lesmana.

Hari-hari selain nama-nama seperti Goodnight Electric, Homogenic sampai Kimokal dan Rayssa Dynta dan nama-nama baru yang muncul di berbagai gigs bawah tanah sampai ruang-ruang besar di festival, ekspresi-ekspresi musik elektronik sepertinya akan selalu berkembang, meski tak pesat, cenderung menyelinap.

Pophariini merangkum beberapa nama musisi dengan ekspresi elektronik kuat yang hari ini kian bersinar. Semua hadir membawa karya baik mini album atau album penuh. Kami sengaja tidak memasukkan nama-nama seperti Kuntari atau GMO yang berada di jalur eksperimental. Untuk itu kami akan membuat daftar terpisah tentang ini.

 

RL Klav

RL KLAV

Yang menarik dari duo elektronik yang digawangi oleh vokalis Rizkia Larasati dan  multi instrumentalis Keshia Aita ini adalah bahwa mereka bisa mengemas unsur elektronik dicampur dengan warna R&B sembilanpuluhan menghadirkan ekspresi musik yang unik dan layak disimak.

 

White Chorus

 

Album Fastfood menegaskan bahwa duo elektronik asal Bandung ini menjadi salah satu generasi penerus aksi elektronik terkini yang layak diperhitungkan. Unsur elektronik yang kental dibalut dengan beat hip hop yang tergambar dalam debut albumnya ini menjadi unsur menarik dalam wajah elektronik di musik populer hari ini.

 

Galdive

 

Tidak jauh berbeda dengan RL Klav dan White Chorus, duo asal Jakarta yang digawangi Osvaldorio dan Wiana menghadirkan paket musik pop elektronik dengan nuansa trip hop, R&B dan jazz yang tebal dengan sentuhan musik klasik. Dengarkan album debutnya Canvas, semua tergambar jelas bagaimana duo ini berhasil menemukan formula yang menarik dengan mengambil irisan-irisan nuansa dari berbagai jenis musik yang sudah saya sebutkan.

Mantra Vutura

Mantra Vutura, 2022. / Dok: Mantra Vutura.

Sejak album Solar Labyrinth dirilis 2017 silam, duo Tristan Juliano dan Zakari Danubrata ini sudah menancapkan dirinya di kancah elektronik tanah air. Berbeda dengan tiga musisi lainnya, musik mereka lebih kompleks dan megah, ada unsur dramatik yang khas ketika mendengarkan dan menonton mereka secara audio visual. Kemampuan dalam mengomposisi karya dan menghadirkannya baik sendiri maupun dengan para kolaborator menjadikan duo ini nama yang diperhitungkan untuk skena musik elektronik hari ini.

Tanayu

Pengembaraan Tanayu menemukan warna musiknya boleh dibilang unik. Bersinar sebagai musisi pop di tahun 2013 dengan hit single pop elektronik bersama Bunga Citra Lestari, banting setir menjadi vokalis grup rock ‘n roll hingga mengambil jalan sendiri dengan warna elektronik. Album Night and Day yang dirilis 2017 silam menghadirkan nuansa electro-pop/dance yang kental. Setelah dirilisnya “Together” di tahun 2019 beberapa single yang dirilis tiap tahun sampai hari ini, Tanayu hadir dengan karakter elektronik yang lebih ambience. Ia pun tak ragu bahkan ketika mengambil warna yang lebih eksperimental, seperti singlenya “Kidung Bumi” bersama Logic Lost.

 

Future Collective

Future Collective adalah bunga-bunga manis yang jarang terjadi dalam kancah elektronik. Format elektronik dengan aksen organik yang dijalankan grup ini sejak album debut  #1: Ensemble Instrumental de Musique Contemporaine dirilis 2014 silam disusul dengan Mundo Animal (2017). Penggabungan fusi elektronik dengan pendekatan retro (atau menurut Wasted Rockers sebagai ‘retro futurist’ dari disiplin lain macam krautrock dengan cuaca hangat tropicalia menjadi sebuah paket ekspresi old souls yang menarik buat disimak.

Groovebox Story

Proyek electro/synth pop yang digawangi Aroel, salah satu punggawa musik independen sejak 90-an (bersama Planetbumi) dan awal 2000an (bersama Stereomantic) ini adalah pilihan menarik untuk penggemar musik 80-an. Dalam 9 single yang dirilisnya sejak 2021 hingga hari ini, kuartet ini masih solid dalam ekspresi musiknya dan layak diperhitungkan dalam kancah elektronik hari ini.

 

Penulis
Wahyu Acum Nugroho
Wahyu “Acum” Nugroho Musisi; redaktur pelaksana di Pophariini, penulis buku #Gilavinyl. Menempuh studi bidang Ornitologi di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, menjadi kontributor beberapa media seperti Maximum RocknRoll, Matabaca, dan sempat menjabat redaktur pelaksana di Trax Magazine. Waktu luang dihabiskannya bersama bangkutaman, band yang 'mengutuknya' sampai membuat beberapa album.

Eksplor konten lain Pophariini

Marsahala Asal Denpasar Rilis Single Kedua Bertajuk Love Yourself

Solois yang mengusung gaya musik soul alternatif asal Denpasar bernama Marsahala resmi meluncurkan single anyar bertajuk “Love Yourself” hari Jumat (26/04). Sebelumnya sang musisi sudah menandai kemunculannya lewat single “Still Spinning” bulan Februari lalu. …

Setelah 7 Tahun, Risky Summerbee & The Honeythief Kembali Rilis Karya Anyar

Setelah beristirahat 7 tahun, Risky Summerbee & The Honeythief asal Jogja akhirnya resmi kembali lewat single anyar bertajuk “Perennial” hari Minggu (21/04). Lagu ini merupakan karya pembuka untuk album mini terbaru yang mereka jadwalkan …