7 Musisi Elektronik di Indonesia (Bagian 2)
Perkembangan musik dan musisi elektronik memang tak bisa lepas dari perkembangan musik populer di Indonesia dari era 70-an sampai hari ini. Bagi yang belum menyimak tulisan soal Musik Elektronik di Bandung Bawahtanah tahun 1990-2020 dari Kimung, salah satu pendiri Burgerkill, ia menjelaskan tentang tren dan perkembangannya dari tahun 1993. Meski hanya teaser, ada baiknya kalian juga harus membaca bukunya On Frequency dimana cerita tentang musik elektronik dilucuti secara dalam.
Di tahun 2018 silam, kami pun pernah menulis cerita yang sama namun dari perspektif daftar musisi elektronik di Indonesia. Selain di Bandung, Fari Etona sang penulis juga menuliskan nama-nama musisi awal era akhir 90-an di bawah tanah seperti Agus Sasongko & The Future Sounds of Pejaten yang bertranformasi menjadi Media Distorsi serta beberapa eksponen lainnya, termasuk kehadiran warna elektronik di karya-karya musik populer seperti di album ke-2 Andien, Kinanti yang diproduseri Indra Lesmana.
Hari-hari selain nama-nama seperti Goodnight Electric, Homogenic sampai Kimokal dan Rayssa Dynta dan nama-nama baru yang muncul di berbagai gigs bawah tanah sampai ruang-ruang besar di festival, ekspresi-ekspresi musik elektronik sepertinya akan selalu berkembang, meski tak pesat, cenderung menyelinap.
Pophariini merangkum beberapa nama musisi dengan ekspresi elektronik kuat yang hari ini kian bersinar. Semua hadir membawa karya baik mini album atau album penuh. Kami sengaja tidak memasukkan nama-nama seperti Kuntari atau GMO yang berada di jalur eksperimental. Untuk itu kami akan membuat daftar terpisah tentang ini.
RL Klav
Yang menarik dari duo elektronik yang digawangi oleh vokalis Rizkia Larasati dan multi instrumentalis Keshia Aita ini adalah bahwa mereka bisa mengemas unsur elektronik dicampur dengan warna R&B sembilanpuluhan menghadirkan ekspresi musik yang unik dan layak disimak.
White Chorus
Album Fastfood menegaskan bahwa duo elektronik asal Bandung ini menjadi salah satu generasi penerus aksi elektronik terkini yang layak diperhitungkan. Unsur elektronik yang kental dibalut dengan beat hip hop yang tergambar dalam debut albumnya ini menjadi unsur menarik dalam wajah elektronik di musik populer hari ini.
Galdive
Tidak jauh berbeda dengan RL Klav dan White Chorus, duo asal Jakarta yang digawangi Osvaldorio dan Wiana menghadirkan paket musik pop elektronik dengan nuansa trip hop, R&B dan jazz yang tebal dengan sentuhan musik klasik. Dengarkan album debutnya Canvas, semua tergambar jelas bagaimana duo ini berhasil menemukan formula yang menarik dengan mengambil irisan-irisan nuansa dari berbagai jenis musik yang sudah saya sebutkan.
Mantra Vutura
Sejak album Solar Labyrinth dirilis 2017 silam, duo Tristan Juliano dan Zakari Danubrata ini sudah menancapkan dirinya di kancah elektronik tanah air. Berbeda dengan tiga musisi lainnya, musik mereka lebih kompleks dan megah, ada unsur dramatik yang khas ketika mendengarkan dan menonton mereka secara audio visual. Kemampuan dalam mengomposisi karya dan menghadirkannya baik sendiri maupun dengan para kolaborator menjadikan duo ini nama yang diperhitungkan untuk skena musik elektronik hari ini.
Tanayu
Pengembaraan Tanayu menemukan warna musiknya boleh dibilang unik. Bersinar sebagai musisi pop di tahun 2013 dengan hit single pop elektronik bersama Bunga Citra Lestari, banting setir menjadi vokalis grup rock ‘n roll hingga mengambil jalan sendiri dengan warna elektronik. Album Night and Day yang dirilis 2017 silam menghadirkan nuansa electro-pop/dance yang kental. Setelah dirilisnya “Together” di tahun 2019 beberapa single yang dirilis tiap tahun sampai hari ini, Tanayu hadir dengan karakter elektronik yang lebih ambience. Ia pun tak ragu bahkan ketika mengambil warna yang lebih eksperimental, seperti singlenya “Kidung Bumi” bersama Logic Lost.
Future Collective
Future Collective adalah bunga-bunga manis yang jarang terjadi dalam kancah elektronik. Format elektronik dengan aksen organik yang dijalankan grup ini sejak album debut #1: Ensemble Instrumental de Musique Contemporaine dirilis 2014 silam disusul dengan Mundo Animal (2017). Penggabungan fusi elektronik dengan pendekatan retro (atau menurut Wasted Rockers sebagai ‘retro futurist’ dari disiplin lain macam krautrock dengan cuaca hangat tropicalia menjadi sebuah paket ekspresi old souls yang menarik buat disimak.
Groovebox Story
Proyek electro/synth pop yang digawangi Aroel, salah satu punggawa musik independen sejak 90-an (bersama Planetbumi) dan awal 2000an (bersama Stereomantic) ini adalah pilihan menarik untuk penggemar musik 80-an. Dalam 9 single yang dirilisnya sejak 2021 hingga hari ini, kuartet ini masih solid dalam ekspresi musiknya dan layak diperhitungkan dalam kancah elektronik hari ini.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Cerita Hidup yang Lebih Baik Terangkum di Single Perdana CLDGRAY
Penyanyi solo asal Bandung Muhammad Rizkiko yang mengusung nama panggung CLDGRAY resmi meluncurkan single perdana dalam tajuk “TONIGHT” hari Rabu (30/10). Sebelumnya ia sudah pernah merilis 2 single kolaborasi bersama Gbrand berjudul “Sin City” …
Sambut Album Perdana, The Canary Rilis Berbunga di Antartika
Dalam rangka menyambut perilisan album perdana Desember mendatang, unit pop asal Bekasi, The Canary menyuguhkan musik dengan melodi yang lembut nan catchy di maxi-single Berbunga di Antartika (26/10). Karya musik ini terdiri dari 2 …