Negatifa – S/T

“It’s about time!” adalah reaksi pertama saya begitu Arian 13 mengumumkan ia memiliki proyek musik baru yang memainkan musik powerviolence bernama Negatifa. Mungkin sudah jadi fakta yang banyak diketahui kalau punggawa Seringai ini pernah punya band dengan genre serupa di awal 2000-an bernama Aparatmati, yang sekarang diabadikan dalam bentuk username Instagram-nya.
Sebagai informasi, Aparatmati saat itu beranggotakan Arian (vokal), Alm. Eben (gitar), Anggarez (bas), dan Edy Khemod (drum). Jika boleh jujur, saya sangat penasaran bagaimana karya Aparatmati, selain karena band tersebut umurnya sangat singkat, saya juga masih sangat, bahkan terlalu muda untuk dapat informasi tentang band itu.
Tepat di tanggal 14 Mei lalu, akhirnya tiba. Saya bisa mendengarkan ekspresi musik powerviolence (PV) Arian lewat single perdana Negatifa, “Unity”/”Ruang Aman”. Untuk informasi tentang siapa saja personel Negatifa sudah pernah kami tulis di artikel ini. Rasanya tidak berlebihan menyebut band ini sebagai supergroup of the year, karena nama-nama yang terlibat memang sudah punya kredibilitas mumpuni di kancah musik bawah tanah.
Dua hari sejak single beredar, Negatifa langsung injak pedal dalam dengan merilis album penuh perdana bertajuk self-titled (16/05). Sejak pertama kali dilepas sampai tulisan ini dibuat, saya berani memastikan bahwa sang album sudah saya putar hampir 100 kali.
Terhitung ada 11 lagu yang di-geber dengan tempo ugal-ugalan dan bisa diselesaikan dalam waktu 10 menit. Singkat? Sangat. Namun, menurut saya ini adalah cara yang cerdas untuk lebih cepat mendapatkan perhatian pendengar, mengingat band-band PV biasanya menghadirkan puluhan lagu dalam 1 materi rilisan untuk memenuhi durasi, yang membuat proses mencerna lagu-lagunya cukup sulit.
Awalnya, saya pikir kalau Negatifa akan menganut pakem ‘sound busuk’ -yang sudah jadi stereotip genre ini- di album S/T. Ternyata saya salah besar dan apresiasi sebesar-besarnya kepada Darma Respati Putra (gitar) karena menghadirkan sound heavy yang kinclong untuk mempresentasikan riff pemantik kerusuhan di mosh pit. Intinya, secara keseluruhan, sound semua instrumen di album ini memang relatif bagus untuk musik PV.
Meminjam istilah Prabu dari Saturday Night Karaoke dalam perbincangan kami tentang album S/T di hari perilisan, Negatifa adalah band ‘PV haram’. Pernyataan ini tentu keluar dengan nada gurau karena diakhiri dengan ekspresi ‘Wkwkwkwk’.
Lirik yang dituliskan di 11 nomor dalam album ini juga menarik untuk dibahas. Kalau disuruh merumuskan penulisan lirik Arian di Negatifa dalam 3 kata, maka kata-katanya adalah komprehensif, faktual, namun tetap sinis.
Mari kita bahas satu per satu. Kenapa komprehensif? Pemilihan tema lirik di album S/T meliputi topik tentang isu pelecehan seksual di acara musik, police brutality, genosida di Palestina, sampai senioritas di skena. Tentu topik-topik ini memang (sayangnya) kerap terjadi di sekitar kita, sehingga menjadikannya faktual. Semua rangkaian kata-kata ini disampaikan dengan gaya bernyanyi sinis, diiringi musik yang berat dan brutal.
Saya melihat bahwa lewat lirik-lirik ini, Arian sedang mengeluarkan uneg-uneg yang mungkin ia simpan selama lebih dari 30 tahun kariernya di komunitas ini. Ia seperti mencoba untuk menyampaikan semua keresahan dengan kejujuran yang maksimal tanpa ditutup-tutupi.
Mari lanjut membahas tentang lagu-lagu berkesan di album S/T. Saya sangat senang saat mendengar nomor “Kau Tidak Konyol Namun Lebih Ke Kontol” yang secara judul cukup memberikan efek kejut. Lagu ini merupakan ekspresi kemuakan terhadap tingkah oknum komedian yang berlindung di balik ungkapan “bebas berekspresi” sehingga mereka semena-mena membahas topik yang misoginis, seksis, dan homofobik.
Kehadiran Anida Bajumi (Amerta) sebagai vokalis tamu di paruh akhir lagu ini seperti mewakili kemarahan teman-teman perempuan terkait candaan komedian-komedian tersebut. Negatifa sebagai band yang mengaku terpengaruh Despise You, saya langsung mengerti begitu mendengarkan “Kau Tidak Konyol Namun Lebih Ke Kontol”, mengingat band asal Inglewood, California tersebut juga hadirkan vokalis laki-laki dan perempuan.
Ngomong-ngomong soal pengaruh Despise You dalam musik Negatifa juga bisa didengarkan di lagu “Crowdkilling?”. Pasalnya, beberapa bagian di lagu agak mengingatkan saya dengan nomor “Two One Three” dari Despise You. Belum tentu benar, namun saya senang menemukan persamaan tersebut.
Kehadiran elemen musik selain PV dalam materi album S/T juga jadi alasan saya sangat kagum dengan Negatifa. Pengaruh sludge metal ala Noothgrush, Corrupted, dan Dystopia yang lambat dan berat bisa didengarkan di beberapa nomor seperti “Aparat” dan “Bejat”. Hadirnya elemen sludge jadi bukti Negatifa bisa bermain di gigi 1 sebaik mereka ngebut di gigi 4.
Tidak hanya teriak-teriak, namun suara Arian dengan vokal clean juga hadir di album ini lewat nomor terakhir bertajuk “Imperialis”. Lagu yang disebut sebagai rip-off Dead Kennedys ini sukses menutup album dengan ungkapan bahwa “Amerika sudah rapuh. Amerika akan jatuh.”
Singkatnya durasi album S/T membuat saya penasaran apa lagu paling singkat dalam album ini. Tercatat “Panjang Umur Perlawanan” adalah lagu tersingkat dalam album dengan durasi 20 detik. Saya sempat punya pikiran lucu (atau mungkin hanya lucu di kepala saya sendiri) kalau lagu ini bisa dinikmati hanya dengan satu kali Instagram Story.
Meski begitu, saya merasa permainan Indrawan Juniarsyah sebagai drumer di lagu “Panjang Umur Perlawanan” jadi yang paling rumit. Jika boleh jujur, agak sulit melacak dari band mana pengaruh permainan drum itu datang. Mungkin jika di antara teman-teman ada yang tau, bisa memberikan informasi kepada saya secara pribadi.
Sukar rasanya kalau harus memilih satu lagu favorit di album ini dan yang paling membekas adalah nomor “(Menghabisi) Pedo”. Lagu ini penuh amarah dan berhasil mewakili kebencian saya, dan pastinya banyak orang di luar sana terhadap sikap menyimpang pedofilia. Lagu seperti mengajak kita semua yang punya hati nurani untuk sikat habis kehausan para jahanam itu agar jenis mereka cepat punah.
Jika dipikir-pikir lagi, aneh rasanya mengulas album berdurasi singkat lewat tulisan sepanjang ini. Bagaimanapun juga, ini adalah bukti bahwa saya memang sangat suka dengan apa yang ditawarkan Negatifa di album perdana mereka.
Panjang umur perlawanan, panjang umur Negatifa!
*Saat ulasan ini dibuat, Negatifa baru saja mengumumkan jadwal panggung mereka yang sudah padat usai tampil perdana di acara The Chosen Few akhir Mei lalu.
View this post on Instagram

Eksplor konten lain Pophariini
Beranda Rumah Asal Rangkasbitung Mengembalikan Unsur Akustik di Single Baru
Beranda Rumah, band folk asal Rangkasbitung resmi merilis single anyar dalam tajuk “Kelabu” hari Kamis (13/06). Materi ini diluncurkan bersama Firefly Records sebagai naungan. Band ini diperkuat oleh Rendy ‘Djoni’ Maulana pada …
Cerita Perjuangan SCUM Membawa Genre Visual Kei di Single STREAM
Genre visual kei yang merupakan turunan dari musik J-Rock mungkin masih asing bagi beberapa orang, namun band asal Semarang bernama SCUM tampil dengan membawakan gaya musik tersebut. Setelah merilis beberapa materi sejak …