Memutar Sejarah di Lokananta

Aug 29, 2017

Soal lupa melupakan, bangsa ini bisa jadi salah satu yang terbaik di dunia. Dari yang sepele sampai hal-hal penting seperti arsip-arsip sejarah bangsa. Gara-gara sering lupa, bangsa ini jadi hobi betul gontok-gontokan. Tidak cukup dengan sesamanya, negara tetangga pun kadang ditantang berkelahi juga. Tapi karena lupa sejarah juga, bangsa ini jadi terlihat konyol karena kesalahan yang dibuatnya sendiri. Seperti saat perihal klaim mengklaim lagu dengan Malaysia yang beberapa kali terjadi.

Ribut-ribut tidak penting ini sebetulnya tidak perlu terjadi jika Indonesia merawat arsip-arsipnya dengan benar. Seperti saat kemunculan lagu “Rasa Sayang Eh” lagu rakyat asal Maluku di video klip promosi pariwisata Malaysia yang muncul tahun 2007 silam. Saat urat leher sudah meninggi, ternyata rekamannya justru ditemukan teronggok di sudut ruang penyimpanan piringan hitam milik Perum Percetakan Negara Republik Indonesia Cabang Surakarta “Lokananta” (selanjutnya disebut Lokananta) yang saat itu kondisinya begitu menyedihkan. Penuh debu di ruangan pengap tanpa pendingin udara.

Setelah kurang lebih seminggu melakukan pencarian dari ribuan piringan hitam, titik terang akhirnya muncul. Lagu “Rasa Sayang Eh” ternyata adalah bagian dari album kompilasi Asian Games: Souvenir From Indonesia. Album ini merupakan buah tangan dari Indonesia bagi negara-negara peserta Asian Games IV di Jakarta pada tahun 1962, Malaysia salah satunya. Kita perlu berterima kasih kepada pekerja di Lokananta yang masih merawat arsip-arsip sejarah dalam bentuk lagu juga rekaman pidato dalam berbagai format sejak tahun 1956.

foto: dok. istimewa

Awalnya Lokananta adalah pabrik piringan hitam yang memproduksi materi siaran untuk seluruh stasiun Radio Republik Indonesia (RRI) yang tersebar di seluruh Indonesia. Ide pendiriannya tak lepas dari gagasan besar Presiden Soekarno mengenai national character building yang langsung ditangkap oleh Kepala RRI saat itu, R. Maladi. Bidang usaha Lokananta kemudian berkembang menjadi label rekaman dan studio musik. Nama-nama besar seperti Gesang, Sam Saimun, Waldjinah, Buby Chen, dan Jack Lesmana pernah menjadi bagian dari institusi yang berlokasi di Jl. Ahmad Yani, Kerten, Solo, Jawa Tengah ini.

Selain koleksi lagu-lagu daerah, Lokananta juga menyimpan rekaman penting sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Lokananta menyimpan “Indonesia Raya” versi instrumental gubahan Jos Cleber dengan durasi selama tiga stanza, jauh sebelum politisi Roy Suryo dengan kenarsisan akutnya memamerkan temuannya di Belanda. Selain itu, Lokananta juga merekam proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang dibacakan Presiden Soekarno.

foto: dok. istimewa

Rekaman proklamasi ini punya cerita menarik. Rekaman proklamasi dengan suara Soekarno yang menggelegar nyatanya bukan direkam saat 17 Agustus 1945 mengingat Indonesia saat itu masih dalam penjajahan Jepang. Perekaman itu baru terlaksana pada tahun 1951 di Studio RRI Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta. Hasil rekaman kemudian dikirimkan ke Lokananta untuk digandakan dalam bentuk piringan hitam pada 1959. Baik rekaman lagu “Indonesia Raya” versi tiga stanza maupun proklamasi kemerdekaan dapat didengarkan langsung dalam format asli di piringan hitam bila mengunjungi Lokananta.

Selain itu, Lokananta juga dikenal karena mempunyai studio seluas 14×31 meter yang memungkinkan untuk rekaman live. Dari Waldjinah hingga White Shoes and The Couple Company, dari Buby Chen hingga Gleen Fredly pernah merasakan sensasi rekaman di studio yang masih mengoperasikan mixer analog Trident Series 80 B. Mixer ini serupa dengan yang ada di studio BBC di London, Inggris. Tarif sewa studio untuk kegiatan rekaman sebesar Rp 850 ribu, termasuk fasilitas standar untuk rekaman.

foto: dok. istimewa

foto: dok. istimewa

Lokananta juga memfasilitasi musisi-musisi independen yang ingin merilis rekaman dalam bentuk kaset yang bisa diperbanyak sesuai keinginan. Selain itu, Lokananta juga menyediakan tempat untuk pentas musik dan seni berbagai genre dan selalu membuka pintunya untuk kunjungan ke museum musik yang dikelolanya.

foto: dok. istimewa

Sejak tahun 2015, Lokananta telah memiliki perpustakaan digital yang memungkinkan rilisan-rilisan terdahulu dapat didengarkan hanya dengan mengunjungi https://www.lokanantamusik.com/ . Termasuk album kompilasi Asian Games: Souvenir From Indonesia yang membuat tensi Indonesia dengan Malaysia sempat meninggi itu.

Kemudian mulai bulan November tahun lalu, Lokananta bekerjasama dengan JK Records merilis koleksi lagu-lagu Lokananta untuk aplikasi streaming lagu di JOOX, Spotify dan Deezer. Sebagai bentuk penghormatan terhafap kiprah Lokananta, band folk rock Bangkutaman pada momen Hari Musik Nasional tanggal 9 Maret lalu merilis lagu “Lukisan” yang seluruh penjualan dari streaming di iTunes, Apple Music, Spotify, Deezer, JOOX akan diwujudkan sebagai aksi sosial untuk Lokananta.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jerih payah pendahulunya. Dan Lokananta menyediakan ruang bersama bagi kita untuk merawat warisan itu.

____

Penulis
Fakhri Zakaria
Penulis lepas. Baru saja menulis dan merilis buku berjudul LOKANANTA, tentang kiprah label dan studio rekaman legendaris milik pemerintah Republik Indonesia dalam lima tahun terakhir. Sehari-hari mengisi waktu luang dengan menjadi pegawai negeri sipil dan mengumpulkan serta menulis album-album musik pop Indonesia di blognya http://masjaki.com/

Eksplor konten lain Pophariini

Joyland Jakarta 2024 Mempertahankan Kenyamanan Berfestival

Joyland Jakarta 2024 sukses berlangsung selama tanggal 22-24 November 2024 lalu di Stadion Baseball Gelora Bung Karno, Jakarta. Selama 3 hari, para pengunjung menghabiskan akhir pekan mereka tidak hanya dengan menyaksikan barisan penampil yang …

Armand Maulana – Sarwa Renjana (EP)

Dengan EP berdosis pop dan unsur catchy sekuat ini, saya jadi berpikir, mungkinkah Armand Maulana berpotensi menjadi the next king of pop Indonesia?