Sisterhoodgigs Movement: Wadah Ekspresi Musisi Perempuan Indonesia

Apr 22, 2018

Ketika para seniman perempuan bergabung dalam proyek bersama, dampaknya seringkali memang lebih terasa. Mulai dari sastra, film, seni rupa, dan tentu juga musik.

Tak tanggung-tanggung, empat puluh tujuh musisi perempuan merekam sebuah lagu anthem berjudul “Bersinarlah” yang ditulis oleh tERe. Dari Bonita, Endah sampai Yacko memasang headphone dan bernyanyi di depan mikrofon. Melanie Subono mengisi bagian spoken world yang terdengar seperti orasi, di antara lirik-lirik yang hendak menguatkan itu:

Terangi semua jiwa yang beku
Dengan melodi sanubarimu 

Rekaman itu dirlis pada 2015, bertepatan setahun berdirinya Sisterhoodgigs Movement, sebuah wadah yang dimaksudkan sebagai ruang berekspresi yang utuh bagi para musisi perempuan Indonesia, dengan semangat sharing dan jamming. Sisterhoodgigs Movement berfungsi sebagai melting pot, tempat bertemunya para musisi perempuan, baik yang sudah dikenal publik ataupun belum.

Inisiator awal gerakan ini adalah tERe, Fia, Riry (eks She), dan Sara. Mereka mendirikan Sisterhoodgigs Movement pada 28 Okober 2014.

Geliat awalnya terjadi pada sekitar 2010, ketika tERe dan Fia  sedang berkarya bersama, berkolaborasi membuat lagu dengan nama Thinkerbelle Project, sebuah proyek musik dengan kesemua personilnya perempuan. Formasinya; tERe (vokal), Fia (gitar/vokal), Ika (gitar/vokal), Sarah (bas), dan Sisil (drum). Dari proyek ini, tERe dan Fia terfikir untuk membuat wadah bagi berkumpulnya musisi perempuan Indonesia.

Sementara itu pada 2014, Endah & Rhesa membuat sebuah acara di venue milik mereka, EARHOUSE di Pamulang dengan tema seluruh pengisi acara adalah musisi perempuan. Saat itu yang tampil adalah Endah, tERe, Melanie Subono, Kikan, Pop The Disco, dan Pia (eks vokalis Utophia). Berlangsungnya acara itu mendorong tERe dan Fia untuk mewujudkan impian lama mereka.

Akhirnya, sejak 2014, sebulan sekali setiap Jumat, Sisterhoodgigs Acoustic Session diadakan. Awalnya mengambil tempat di The Factory, kemudian pindah sejenak ke Sector 9, dan kemudian Paviliun 28. Acara ini rutin diadakan selama 2 tahun. Semakin lama, semakin ramai musisi perempuan yang bergabung dan bermain di sana; Ayu Ukulele, Astrid, Kikan, Nona Ria, Oppie, Iga Mawarni, Woro, dan banyak lagi nama lainnya. Dari acara ke acara, mulut ke mulut, telinga ke telinga, jumlah mereka yang tergabung dalam Sisterhoodgigs Movement terus berlipat ganda.

Setiap bulannya, acara-acara Sisterhoodgigs Movement mengangkat tema yang berbeda-beda; Mereka pernah mengangkat tema “Childhood Idol “(semua penampil adalah mantan penyanyi cilik ), “National Anthem” (setiap penampil setidaknya membawakan satu lagu Nasional), “Nineties Indies “ (khusus membawakan lagu-lagu 1990an), Superwoman dan Women’s World (penampil banyak membawakan lagu-lagu dengan tema “girl power”).

Sisterhoodgigs Movement juga mengkampanyekan “friendly music zone”, yaitu pertunjukan musik yang aman dan bebas dari asap rokok. Beberapa musisi perempuan ini memang  sudah menjadi ibu, di saat manggung pun mereka kerap membawa serta anak-anak mereka, sehingga “friendly music zone” jadi begitu dibutuhkan untuk kenyamanan bersama.

Kini Sosterhoodgigs Movement sedang menaruh fokus pada konsep acara seminar dan workshop  seputar industri musik, diadakan di EARHOUSE, Pamulang. Musisi perempuan dari lintas usia dan lintas genre, dengan beragam latar belakang, berbagi ilmu seputar industri musik. Acara pertama dengan tema “Understanding Our Basic Right in Music” diadakan pada Jumat, 6 April 2018 dengan pembicara Kartika Jahja, Yacko, dan tERe.

Hingga kini Sisterhoodgigs Movement telah dirasakan manfaatnya bagi mereka yang tergabung di sana.  Mereka bisa saling mengenal, berinteraksi, berekspresi, dan mendukung satu sama lain. Siapa ingin bergabung, boleh turut serta. Mewujudkan karya-karya untuk kita dengarkan bersama.

Sisterhood Movement era 2014-2015. Foto dok. Sisterhood

 

____

 

 

Penulis
Harlan Boer
Lahir 9 Mei 1977. Sekarang bekerja di sebuah digital advertising agency di Jakarta. Sempat jadi anak band, diantaranya keyboardist The Upstairs dan vokalis C’mon Lennon. Sempat jadi manager band Efek Rumah Kaca. Suka menulis, aneka formatnya . Masih suka dan sempat merilis rekaman karya musiknya yaitu Sakit Generik (2012) Jajan Rock (2013), Sentuhan Minimal (2013) dan Kopi Kaleng (2016)

Eksplor konten lain Pophariini

Juicy Luicy – Nonfiksi

Lewat Nonfiksi, Juicy Luicy semakin mengukuhkan diri sebagai band pengusung lagu patah hati dengan formula pop R&B yang jitu dan ultra-catchy. Pertanyaannya: sampai kapan mereka akan menjual kisah patah hati kasihan dan rasa inferioritas …

Selat Malaka Resmi Mengeluarkan Album Penuh Perdana

Band asal Medan bernama Selat Malaka resmi mengeluarkan album penuh perdana self-titled hari Jumat (22/11). Sebelumnya, mereka sudah mengantongi satu single “Angin Melambai” yang beredar tahun lalu.     View this post on Instagram …