Musik Indonesia Dalam Film: Satu Dekade OST. Laskar Pelangi

Jul 13, 2018

Kehadiran lagu menjadi elemen tak terpisahkan di film Indonesia sejak kesuksesan Badai Pasti Berlalu. Film garapan Teguh Karya itu mampu mencatatkan angka 212.551 penonton dan menjadi film terlaris kedua di Jakarta pada tahun 1978 menurut data Perfini. Sementara albumnya yang digarap oleh Eros Djarot, Yockie Suryo Prayogo, dan Chrisye sampai hari ini masih menjadi salah satu cetak biru musik pop Indonesia. Majalah Rolling Stone Indonesia bahkan menempatkannya di urutan pertama dalam daftar 150 Album Indonesia Terbaik.

Setelah dunia perfilman Indonesia mengalami mati suri di dekade 90-an, kehadiran Cinta dan kawan-kawannya di Ada Apa Dengan Cinta menghidupkan kembali optimisme. Lebih dari satu juta penonton tercatat menjadi saksi kisah Cinta dan Rangga yang sukses menjadi idola baru remaja setelah mas Boy yang hobi disko bersama Vera tapi tetap ingat salat dan mengaji itu. Album soundtrack-nya juga tak kalah mengkilap.

Laskar Pelangi  punya modal lebih dari cukup untuk menandingi kesuksesan Badai Pasti Berlalu (1977) dan Ada Apa Dengan Cinta (2002). Bermula dari novel best seller, filmnya diadaptasi oleh tangan dingin Riri Riza dengan skenario memukau dari Salman Aristo. Deretan gambar pemanja mata dari Director of Photography Yadi Sugandi adalah alasan Belitung kini menjadi destinasi wisata baru setelah Bali, Lombok, atau Yogyakarta yang lebih dulu populer.

Untuk memastikan lagu-lagu pengiringnya selaras, Mira Lesmana sebagai produser eksekutif turun langsung mencari nama-nama potensial. Salah satunya adalah Nidji. Bak pucuk dicinta ulam pun tiba, Giring Ganesha sebagai vokalis band yang mencatatkan debut manis lewat album Breakthru’ itu sudah melahap tuntas novel karya Andrea Hirata itu bahkan sampai sekuelnya sebelum tawaran dari Mira Lesmana datang. Petikan lirik “Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia” berasal dari Sang Pemimpi yang menjadi lanjutan kisah Ikal sang karakter utama.

1
2
Penulis
Fakhri Zakaria
Penulis lepas. Baru saja menulis dan merilis buku berjudul LOKANANTA, tentang kiprah label dan studio rekaman legendaris milik pemerintah Republik Indonesia dalam lima tahun terakhir. Sehari-hari mengisi waktu luang dengan menjadi pegawai negeri sipil dan mengumpulkan serta menulis album-album musik pop Indonesia di blognya http://masjaki.com/

Eksplor konten lain Pophariini

Inthesky Single Yang Maha Edan untuk Menggapai Pendengar yang Lebih Luas

Berjarak satu tahun dari perilisan single “Grateful”, Inthesky kembali dengan materi anyar “Yang Maha Edan”. Single yang rilis  Jumat (26/04) lalu ini menampilkan gitaris asal kota mereka Medan, Jordan Zagoto sebagai kolaborator.   Lagu …

Vinyl The Jansen Keluaran 4490 Records dan Demajors, Ini Dia Perbedaan Keduanya

The Jansen merilis album ketiga Banal Semakin Binal dalam format vinyl hari Jumat (26/04) via jalur distribusi demajors. Beberapa hari sebelumnya, band lebih dulu merilis dalam format yang sama melalui 4490 Records, sebuah label …