Kritak Kritik dalam Musik, Perlukah?

May 16, 2019

Semua orang yang mengaku dirinya jurnalis musik pasti pernah kegiatan mengkritik dalam aktivitas menulis sebuah karya musik. Bahkan, kritik tak terbatas hanya seputar karya musik saja. Acara musik juga tak luput dari kritik.

Dua puluh tahun lalu, mungkin anda akan mendapatkan saya pada jam kerja duduk diam di meja penuh dengan tumpukan cakram padat, album-album musisi Indonesia, menunggu untuk diulas. Tak jarang, beberapa album harus saya buang ke tong sampah karena tak layak untuk diulas. Belakangan, album-album yang saya buang adalah mereka yang menjadi jutawan musik di era RBT. Ironis.

Dulu, kritik terhadap karya musik hanya menjadi milik jurnalis sepenuhnya.

Hari ini, kritik terhadap musik tak hanya milik mereka yang kompeten di bidang jurnalisme musik. Fans atau awam yang kerap atau tidak mendengar karya musik pun sekarang juga ikut-ikutan mengkritik. Ditengarai, sosial media menjadi biang keladinya. Dulu sih boro-boro, kritik terhadap musik hanya bisa dilihat di ulasan album di sebuah media cetak. Sisanya mungkin sebagian di surat pembaca. Sisanya, ya dari mulut ke mulut.

Saya boleh dibilang adalah orang yang serba salah. Di satu sisi, saya musisi yang menulis karya yang tak luput dari kritik, namun saya juga adalah jurnalis musik yang kerap mengulas karya musik dan tak jarak menyisipkan kritik di sana sini.

Hari ini, kritik terhadap musik tak hanya milik mereka yang kompeten di bidang jurnalisme musik.

Hari ini, kritik dan kritikus sudah seperti angin. Sadar bahwa mereka ada dan berhembus, namun bisa dilupakan dengan kita terus bergerak.

Tak pernah dibayangkan sebelumnya ada sebuah video yang memperlihatkan musisi-musisi senior dari alm. Yockie Suryoprayogo dengan Guruh Soekarnoputra merespon rekaman-rekaman musisi Indonesia yang didengarkan mereka: Dipha Barus, Oscar Lolang dsb. Terlontar kritik-kritik pedas, meski ada juga pujian diantaranya. Kritik karya musik berlaku lintas musisi, lintas era.

 

Lantas, perlukah hari ini sebuah karya musik itu dikritik? Apakah fans dan musisi peduli dengan kritik? Siapakah kritikus musik? Beberapa pertanyaan seputar kritak-kritik di musik ini kerap mengusik pikiran saya.

1
2
3
4
Penulis
Wahyu Acum Nugroho
Wahyu “Acum” Nugroho Musisi; redaktur pelaksana di Pophariini, penulis buku #Gilavinyl. Menempuh studi bidang Ornitologi di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, menjadi kontributor beberapa media seperti Maximum RocknRoll, Matabaca, dan sempat menjabat redaktur pelaksana di Trax Magazine. Waktu luang dihabiskannya bersama bangkutaman, band yang 'mengutuknya' sampai membuat beberapa album.

Eksplor konten lain Pophariini

Vinyl The Jansen Keluaran 4490 Records dan Demajors, Ini Dia Perbedaan Keduanya

The Jansen merilis album ketiga Banal Semakin Binal dalam format vinyl hari Jumat (26/04) via jalur distribusi demajors. Beberapa hari sebelumnya, band lebih dulu merilis dalam format yang sama melalui 4490 Records, sebuah label …

Inis Rilis Album Mini Berbahasa Indonesia Pertama

Berjarak hampir 2 tahun dari perilisan single “D.A.D”, Inis akhirnya kembali dengan materi anyar berupa album mini berjudul Rumah & Seisinya yang dilepas hari Jumat (19/04). Album berisi 3 lagu ini merupakan karya perdana …