Konser Tunggal Penuh Khidmat The Trees and The Wild
Sabtu (31/08) kemarin, The Trees And The Wild (TTATW) akhirnya menggelar konser di Rossi Musik Fatmawati. Konser tunggal yang diproduksi oleh Binaural ini sudah digaungkan sejak Mai lalu ini mendapatkan antusias tinggi dari para penikmat musik, khususnya Jakarta dan sekitarnya. Hal ini dibuktikan oleh Sold Out-nya tiket konser tersebut dua Minggu sebelum hari H.
TTATW sendiri dibentuk di Bekasi pada tahun 2005. Setelah mengalami perubahan line up dan konsep bermusik mereka, band yang digawangi Remedy Waloni, Andra Kurniawan, Charita Utami, Hertri Nur Pamungkas dan Tyo Prasetya ini akhirnya nyaman bermusik di genre Post-Rock, Ambient dan Folk, yang dibalut elemen-elemen musik khas Indonesia. Konser ini pun hampir bertepatan dengan satu dekade album pertama mereka, Rasuk yang dirilis tahun 2009 oleh Lil’ Fish Record.
Konser dibuka dengan gimmick ‘Blindfold On’ yang muncul di screen di atas panggung. Suatu upaya agar para penonton yang hadir untuk menutup mata mereka dan hanya mendengarkan dan menikmati suara dan musik yang dimainkan oleh TTATW di atas panggung. Penutup mata sendiri disediakan oleh pihak pembuat acara pada saat penukaran tiket. Di dua lagu pertama, “Troubled Drone” dan “Three Sisters”, penonton terlihat khidmat menikmati musik dan suara yang dimainkan.
Setelah dua lagu tersebut, visual yang muncul di screen meminta penonton untuk melepaskan penutup mata mereka. Berturut-turut lagu dari “Zaman-Zaman”, “Tuah/Sebak”, “Monumen’, “Srangan” kemudian dimainkan hampir tidak ada jeda. TTATW sebagai band memang hampir tak pernah berinteraksi kepada penonton. Mereka ingin penonton yang datang untuk fokus menikmati musik dan visual yang mereka suguhkan.
Penonton pun tiba-tiba mengangkatkan kepala setelah tiba-tiba intro dari “Berlin” mulai berkumandang. Setelah hanya khidmat mendengarkan musik, akhirnya para penonton mulai bernyanyi bersama. Lagu dari album Rasuk ini memang menjadi satu lagu yang sudah jarang dimainkan kembali oleh TTATW. Setelah itu, “Roulements”, “Saija”, “Nyiur” dan “Gender” dimainkan. Beberapa kali pun TTATW memainkan narasi-narasi tanpa musik serta visual-visual di screen yang menjadi latar panggung mereka membuat suasana konser tersebut menjadi lebih sakral.
Lagu terakhir yang mereka mainkan, “Empati Tamako” menjadi lagu pamungkas untuk menutup konser mereka kali ini. Lagu ini merupakan salah satu single dari album Zaman, Zaman yang sangat ampuh untuk mengajak penonton untuk sing-along. Penonton yang hadir pun mulai membuat koor pada saat Charita Utami menyanyikan bait ‘Terang yang kau dambakan, Hilanglah semua yang tanya’.
Setelah para personil pamit, Remedy dan Charita pun naik kembali ke atas panggung untuk memainkan “Kata” sebagai encore. Lagu yang diambil dari album Rasuk ini pun menjadi lagu penutup yang sebenarnya dari konser TTATW kali ini.
___
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Wawancara Eksklusif Adikara: Bermusik di Era Digital Lewat Tembang-Tembang Cinta
Jika membahas lagu yang viral di media sosial tahun ini, rasanya tidak mungkin jika tidak menyebutkan “Primadona” dan “Katakan Saja” untuk kategori tersebut. Kedua lagu itu dinyanyikan oleh solois berusia 24 tahun bernama Adikara …
Adrian Khalif – HARAP-HARAP EMAS
Jika menghitung dari awal kemunculannya dengan single “Made in Jakarta”, Adrian Khalif dapat dikatakan butuh waktu 7 tahun untuk sampai di titik tenar lewat perilisan single “Sialan” kolaborasi bareng Juicy Luicy. Itu pun berproses …