Menari Dengan Bayangan dan Keluhan-Keluhan Sederhana Hindia
Menandai debutnya sebagai solois, Baskara yang merupakan vokalis .Feast atau yang lebih dikenal sebagai Hindia meluncurkan album debutnya bertajuk Menari Dengan Bayangan pada 29 November 2019, album yang sudah dapat dinikmati di seluruh layanan musik digital ini menjadi puncak rangkaian setelah Maret lalu merilis single secara berkala dimulai dari “Evaluasi”.
Pop Hari Ini beruntung menjadi yang pertama berkesempatan mendengarkan seluruh lagu album ini dalam acara hearing session beberapa waktu lalu. Kepada kami, Baskara berbicara soal isi dan makna dari debut album ini. Menurutnya, lewat album ini, Baskara mengungkapkan keresahan-keresahan pribadinya yang juga keresahan semua orang. Keresahan yang dimaksud bisa dibilang seperti keluhan-keluhan sederhana seperti “Apa yang sudah gua capai dalam hidup?”
Dalam pengerjaan album ini, Baskara mengajak Petra Sihombing, musisi, pencipta lagu dan juga produser untuk membidani karya-karya Hindia. “Gua selalu suka karya Petra karena kualitasnya. Menurut gua Petra selalu bisa menejermahkan apa pun yang kompleks menjadi sesuatu yang ringan,” ujar Baskara.
Selain Petra Sihombing, Baskara juga mengajak produser-produser lain seperti Kareem Soenharjo di lagu “Evakuasi” dan “Jam Makan Siang”, Rizky Indriyadi untuk “Untuk Apa/Untuk Apa?” Dan “Apapun Yang Terjadi”, Adhe Arrio untuk “Secukupnya”, Ibnu Dian untuk “Membasuh”, serta Rayhan Noor untuk “Rumah Ke Rumah”. Wisnu Ikhsantama, yang mengawal proses rekaman dari awal hingga mixing dan mastering juga terlibat. Selain produser, Hindia turut mengajak musisi-musisi mulai Sal Priadi, Rara Sekar, Matter Mos, Mohammed Kamga, Natasha Udu, Enrico Octaviano, dan Dicky Renanda yang ikut menyumbang vokal dan juga instrumen.
Selain 12 lagu di album ini, yang menariknya, Baskara menyelipkan 3 voice note dari perempuan-perempuan yang memiliki makna penting di hidup Baskara, salah satunya adalah ibunya sendiri. Ketiga voice note ini seperti merubah makna lagu-lagu yang telah dirilis terlebih dahulu seperti “Dehidrasi” dan “Jam Makan Siang” yang merubah konteksnya dalam narasi album. “Gua ingin semua lagu yang sudah rilis punya konteks yang berbeda pas masuk album,” jelas Baskara.
“Gua percaya kalau cerita pribadi punya kekuatan yang jauh lebih kuat, yang entah kenapa bisa menggerakkan orang lebih jauh dibanding wejangan umum. Karena kadang-kadang orang baru terbuka, bercerita dan merasa disembuhkan kalau dia punya kedekatan dengan orang yang ngobrol sama dia. Lo harus membuka diri buat orang lain supaya orang tersebut juga mau membuka diri, dan dalam percakapan itu akhirnya lo saling menyembuhkan. Gua merasa kalau ini fungsi gua di masyarakat. mungkin gua harus mengorbankan privasi gua, dimensi personal gua untuk bisa bantu orang lain yang kayak gua untuk sembuh,” tutup Baskara.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Lirik Lagu Empati Tamako TTATW tentang Mencari Ketenangan dan Kedamaian
Penggemar The Trees and The Wild sempat dibuat deg-degan sama unggahan Remedy Waloni di Instagram Story awal November lalu. Unggahan tersebut berisi tanggapan Remedy untuk pengikut yang menanyakan tentang kemungkinan kembalinya TTATW. …
Di Balik Panggung Jazz Goes To Campus 2024
Hujan deras di Minggu siang tak menghalangi saya menuju gelaran Jazz Goes To Campus (JGTC) edisi ke-47 yang digelar di FEB UI Campus Ground, Depok pada Minggu (17/11). Bermodalkan mengendarai motor serta jas hujan …