Bandoengsche Sessie: Mengembalikan Semangat Kolektif Bandung di IDGAF

Apr 1, 2021
Bandoengsche Sessie: Menghilangkan Romantisme Bandung

Kultur budaya populer di Bandung selalu menarik sejak era 70an. Baik itu dari pelaku musiknya maupun pendukungnya. Era 70an mencatat nama seperti The Rollies, Bimbo hingga Giant Step. Nama terakhir membekas karena Benny Soebardja sang frontmannya sempat memantik perseteruan antara musik rock dengan musik dangdutnya Oma Irama. Hal ini turut dipanaskan oleh Aktuil, salah satu media musik pertama di Indonesia yang terbit di Bandung.

Kultur budaya populer ini berlanjut di era 90an yang diramaikan oleh band independen seperti Pure Saturday, Pas Band, Puppen, lengkap dengan clothing lokal pertama. Entah itu dari C59 hingga Unkl347 dkk. Media alternatif seperti Ripple dan Trolley pun lahir meramaikan budaya skateboard, surfing yang turut berkembang. Semua turut dimeriahkan oleh skena musik bawah tanahnya alias underground yang tidak bisa dipisahkan dari GOR Saparua. Yang belakangan kabarnya akan didokumentasikan dengan video dokumenter yang berjudul Distorsi Keras Tanpa Batas.

Perihal Bandung dengan musik kencangnya ini juga adalah fenomena menarik. Bagaimana musik rock bisa menjadi sarana para kaum mudanya untuk mengaktualisasikan dirinya. Dan dari rocker generasi 70an seperti Giant Step, The Rollies hingga di era 90an, Bandung seperti tidak pernah kehabisan musisi rock yang menghangatkan kota yang dingin ini.

Koil / dok. Koil

Bandoengsche Sessie di I Don’t Give A Fest ini merupakan penampilan dari tiga musisi rock Bandung dari tiga dekade yang berbeda. Koil, sebagai unit rock industrial yang terbentuk di 90an, The SIGIT yang terbentuk di awal 2000an dan menjadi salah satu garda depan rock n roll Indonesia berbahaya yang aktif hingga kini, dan yang paling bontot tapi sudah banyak prestasi dan penghargaan, unit hardcore terpanas bernama Taring. Yang sempat tampil mewakili Indonesia di ajang festival musik metal, Wacken Open Air (WOA) Jerman di 2019 lalu.

The SIGIT / dok. Refantho Ramadhan

Bandoengsche Sessie ini selain mempertemukan tiga musisi lintas generasi, didukung juga oleh kolektif pertunjukan musik Dengar Dari Sini, dan agensi kreatif visual Voyage Creative yang bersama-sama bekerja sama untuk pertama kalinya memproduksi pertunjukan video ini. Dari bahasa Belanda yang kurang lebih berarti ‘sesi Bandung’, Bandoengsche Sessie ini diharapkan bisa memantik kembalik semangat kolektif kultur kreatif Bandung yang telah dibangun oleh generasi 90an terdahulu. Sehingga bisa terus meregenerasi dengan baik. Dan turut mewarnai skena musik serta industri kreatif kaum muda di Indonesia tanpa terkendala oleh jarak, koneksi, biaya dan lainnya.

Taring / dok. Taring


 

Simak penampilan Koil, The SIGIT dan Taring dalam sesi Bandoengsche Sessie hanya di I Dont Give A Fest di Pophariini, 1 April 2021 mulai pukul 19.30 WIB. #IDONTGIVEAFEST2021

Layar

 

Penulis
Fari Etona
Pendenger musik pop dan rock, serta pecinta binatang dan pemakan buah-buahan.

Eksplor konten lain Pophariini

Traffic Jam Asal Solo Mengawali Album Mini dengan Single Untuk Apa?

Tidak memiliki materi baru selama 3 tahun, Traffic Jam asal Solo kembali dengan single anyar berjudul “Untuk Apa?” hari Jumat (03/05). Band beranggotakan Anisa (vokal), Bintang (vokal, gitar), Billy (bas), Ernest (gitar), dan Rovega …

More on Mumbles Rilis Ulang Lagu Lama untuk Album Perdana

More on Mumbles merilis ulang lagu mereka berjudul “Lagu Lama” hari Rabu (24/04) yang sebelumnya beredar dalam format akustik di tahun 2019 lalu.   Viralnya rekaman More on Mumbles saat membawakan “Lagu Lama” di …