Enola, Gerbong Shoegaze Perdana dari Greedy Dust Records

Aug 3, 2021

Di penghujung bulan Juli lalu, trio shoegaze asal Surabaya, Enola, resmi melepas mini album terbarunya yang bertajuk Does Anyone Else.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Enola (@soundsofenola)

Hadirnya mini album tersebut menyusul demo Demo MMXX yang sudah lebih dahulu dilepas oleh Enola di tahun 2020 lalu, setahun setelah terbentuknya unit yang digawangi oleh Adi Fikri (drum & vocal), Ayis (guitar) dan Dwiki (bass & vocal).

Jika pada demo tersebut Enola turut dibantu oleh label rekaman sekotanya, Maldoror Manifesto, maka pada Does Anyone Else mereka hadir di bawah naungan Greedy Dust, label rekaman hardcore punk asal Blitar/Bandung.

Menjadi sebuah cerita tersendiri bagi keduanya, bagaimana Enola menjadi roster pertama dari Greedy Dust yang membawa rombongan shoegaze dalam gerbong musiknya.

Enola menghadirkan lima nomor dalam mini albumnya ini, termasuk sebuah nomor kolaborasi berdurasi panjang bersama Angeeta Sentana (Grrrl Gang) dalam “Blue Waves” yang sudah lebih dahulu diperdengarkan di pertengahan bulan yang sama.

 

Di tanggal 5 Agustus mendatang, Does Anyone Else akan tersedia dalam format kasetnya secara terbatas yang bisa didapatkan melalui The Storefront atau akun dari Greedy Dust. Sementara untuk format digitalnya sudah tersedia di berbagai platform sejak tanggal 31 Juli lalu.

Bicara mengenai Greedy Dust sendiri, di beberapa waktu lalu mereka turut membantu rilisan-rilisan anyar seperti EP terbaru dari Boredom, Colour, Shape, Line dan Self-Titled EP dari ZIP.


 

Penulis
Raka Dewangkara
"Bergegas terburu dan tergesa, menjadi hafalan di luar kepala."

Eksplor konten lain Pophariini

Armand Maulana – Sarwa Renjana (EP)

Dengan EP berdosis pop dan unsur catchy sekuat ini, saya jadi berpikir, mungkinkah Armand Maulana berpotensi menjadi the next king of pop Indonesia?

Juicy Luicy – Nonfiksi

Lewat Nonfiksi, Juicy Luicy semakin mengukuhkan diri sebagai band pengusung lagu patah hati dengan formula pop R&B yang jitu dan ultra-catchy. Pertanyaannya: sampai kapan mereka akan menjual kisah patah hati kasihan dan rasa inferioritas …