Rekomendasi: BAP. – MOMO’S MYSTERIOUS SKIN

2006, sejak Cut Chemist mempersenjatai “Kelelawar”- Koes Plus di “What’s the Altitude”, disusul lalu ada A$AP ROCKY membawa aroma manis Rasela dalam tingkatan terbaiknya di “Jukebox Joints”, Apathy memekatkan The Brims dalam “The Spellbook”-nya, makin yakin saya bawa lagu-lagu Indonesia adalah ‘bunga-bunga’ yang bisa dihirup dan dihisap menjadi banyak bentuk, termasuk dalam hip hop. Hari ini, Kareem Soenharjo adalah musisi yang cerdik menangkap pola ini.
2021, lahir MOMO’S MYSTERIOUS SKIN dari tangan cerdik BAP. moniker dari Kareem. 12 Trek yang kita dengarkan ini menggambarkan bagaimana Kareem sebagai seorang musisi yang punya sudut pandang berbeda dengan kebanyakan musisi hip hop. Album ini menghadirkan kepiawaiannya untuk mengumpulkan, mengolah pusparagam lagu Indonesia lalu diterjemahkannya sebagai karya yang spektakuler.
Album kedua ini adalah hasil proses digging Kareem yang luar biasa telitinya akan lagu-lagu Indonesia. Ia mungkin bukan yang pertama memproses pola ini. Namun yang membedakannya, Kareem sadar bahwa hip hop buat soalan mengambil beat belaka, namun bagaimana mengambil ‘rasa’ dari lagu, diambil saripatinya untuk kemudian dihidangkan dengan plating yang menarik. Saya sendiri bukan penggemar hip hop, namun saya justru bisa merasakan unsur lain dari sekadar hip hop di album ini.
Ada dua karya Sharkmove, band asal Bandung era 70-an yang bisa dijadikan contoh bagaimana pola produksi karya Kareem di album ini bekerja. Saya akan menjelaskan seraya memberikan tautannya.
Pertama adalah “Evil War”, bagaimana kita melihat karya hard/psikedelik rock ini diambil lalu diberi letupan tegas, ditambahkan garis tebal dan warna yang menarik di ‘PAINTING WITH SUWAGE’. Oke, kalau itu masih dianggap itu sarat akan beat, bagaimana dengan “WEI WEI”? Bagaimana lagu hip hop ini lahir dari sebuah respon akan lagu “Madat” dari (masih) karya Sharkmove dan melihat kenyataan lagu ini bukan lagu yang punya beat untuk sekadar di-sampling?
Lalu bagaimana dengan “SAME SHOES, NO COMPANY” yang mengambil secuil gitar Saleh Husein dari potongan “Kisah Dari Selatan Jakarta”, nomor paling laidback White Shoes & The Couples Company menjadi sebuah karya baru. Secerdik menyukil petikan Bin Idris di “Rebahan” dan menghadirkan ulang dalam bentuk “HOMME”.
Selain ketelitian pemilihan lagu, Kareem sadar bahwa lagu-lagu yang dipilihnya ini harus didengarkan secara luas dan komersil. Dibantu La Munai, mereka mengurus perijinan lagu persatu lagu ini dengan baik dan teliti sehingga di akhir, MOMO’S adalah contoh yang baik bagaimana lagu-lagu Indonesia dihadirkan ulang dalam sensasi berbeda, yaitu dalam bentuk album hip hop eksperimental yang utuh.
Sedari tadi, saya bolak balik mendengarkan MOMO’S berulang-ulang sambil merenung betapa nantinya musisi-musisi hip hop Indonesia bisa lebih terbuka kepada gocekan-gocekan baru yang nyata-nyatanya memang telah menjadi dilakukan banyak musisi luar bahkan di tatanan komersil sekalipun. Sudah saatnya musisi hip hop kita lebih sensitif kepada khazanah lagu Indonesia yang ternyata punya unsur magis yang luar biasa.
_____

Eksplor konten lain Pophariini
Dere, Idgitaf, Kunto Aji, Sal Priadi, dan Tulus Siap Jalani Tur Sama Sama
Penyanyi solo lintas-generasi dan genre, Tulus, Idgitaf, Kunto Aji, Dere, dan Sal Priadi siap menjalani Tur Sama Sama selama bulan Mei 2025. Tur ini akan dimulai tanggal 4 Mei 2025 di Eldorado Dome, Bandung …
SiniarPop – Dochi Sadega
SiniarPop musim ketiga kehadiran Dochi Sadega sebagai bintang tamu. Di musim terbaru ini Denboi bersama Dimasz Joey sebagai pemandu SiniarPop membahas seputar cerita hidup Dochi. Simak episode ketiga SiniarPop musim ketiga dengan konsep, set, …