Satine Zaneta – Tentang Waktu (EP)
Pengantar dari kolom review kali ini akan seperti berikut:
Cukup banyak nama-nama solois wanita di Indonesia yang kehadirannya terasa berbarengan dalam rentang waktu yang tidak begitu jauh, dengan rentang usia yang tampak juga berdekatan, dan jika semuanya didengarkan secara seksama, topik yang diceritakan di materi-materi mereka rata-rata masih seputar kisah cinta dua remaja dengan perasaan berbunga serta dinamikanya, atau kegamangan dalam hidup yang tengah memasuki fase pendewasaan. Tidak akan jauh dari situ.
Walau begitu, apa yang membedakan mereka semua? Tentu saja karakter. Aspek yang meliputinya banyak, mulai dari musik (tentu saja), persona, dan yang paling utama, penyampaian cerita dari untaian lirik dari materi-materi mereka. Relate atau tidak? Tergantung para pendengarnya. Beberapa di antara nama-nama tersebut bisa stand-out karena berhasil menggarap aspek-aspek tersebut dengan caranya tersendiri.
Oke, stop di situ. Kolom ini tidak akan berbicara mengenai siapa yang bisa stand-out dan siapa yang tidak. Di kesempatan kali ini, mari menengok ke jalan yang tengah Satine Zaneta jajal, salah satu nama yang turut serta dalam rombongan solois wanita tersebut.
Mengenal Satine, kiprahnya sendiri di ranah musik sebenarnya sudah dimulai sejak Agustus 2020. Saat itu, ia masih membawakan lagu-lagu milik band ataupun musisi lain melalui kanal YouTubenya, Dikala Hujan yang diawali dengan versi cover “Japanese Denim” milik Daniel Caesar sebagai unggahan video pertama.
Baru di pertengahan tahun 2021 lalu, ia mengawali langkahnya dengan nomor debut “Utuh” yang ditulis oleh sang ayah, Abimana Aryasatya. Setelahnya, nomor debut tersebut disusul oleh kehadiran “Pada Waktunya” di bulan Desember, juga di tahun yang sama hingga akhirnya Satine resmi memperkenalkan sang EP debut, Tentang Waktu di penghujung September 2022.
Hanya “Pada Waktunya” yang ia sertakan di EP tersebut, dilengkapi oleh “Tamu”, “Salah Waktu”, “Laut” dan “Langit”, empat nomor yang belum pernah ia rilis.
Bicara tema, Tentang Waktu berangkat dari ragam pengalaman yang pernah ia lalui dalam beberapa tahun ke belakang. Mulai dari perjalanan untuk menerima diri sendiri, seseorang yang sayangnya hadir di saat yang tidak tepat, hingga – tentu saja – indahnya rasa jatuh cinta.
“Most of the songs berhubungan dengan waktu, karena aku sadar hampir seluruh kejadian dalam hidup kita ditentukan oleh waktu”, tuturnya singkat, dikutip dari rilisan pers.
Dari lima nomor yang dinyanyikan Satine di EP ini, empat di antaranya membawa nuansa yang murung, empat nomor mellow, yang mana memang berjalan selaras dengan konsep yang Satine tuangkan, yakni sebuah skenario kala menunggu hujan reda, mengingat kembali ragam momen yang pernah terlewati, hingga akhirnya kembali melangkah di fase hidup yang baru, tepat saat rintik air yang berangsur reda, tepat dengan nomor kelima, “Langit” sebagai satu-satunya nomor bernuansa ceria.
Benang merah kelima nomor tersebut, bisa dibilang merupakan nomor-nomor yang minimalis. Tidak butuh fokus berlebih untuk mendengarkan keseluruhannya, entah itu secara mendalam atau hanya sekilas saja.
Perjalanan dimulai dari “Pada Waktunya”, nomor yang kental dengan dentingan piano dan sayup-sayup selipan strings section di sepanjang durasi. Di nomor ini, Satine bercerita mengenai ketulusan hati untuk menerima segala kekurangan yang ada di diri. Beberapa bait lirik reflektif penuh pertanyaan bagi para pendengarnya turut Satine nyanyikan di sini, mulai dari “Tapi kau lari ke mana?” hingga “Memang yang kau kejar apa?”.
Berlanjut ke nomor kedua, “Tamu”, yang kali ini melibatkan permainan gitar akustik dengan vokal yang dibuat ‘mengawang’, masih dengan muatan lirik-lirik reflektif yang secara garis besar bercerita mengenai kehadiran seseorang di waktu yang tidak tepat.
Masih dari koridor nuansa yang sama, permainan gitar akustik digantikan dengan gitar elektrik di nomor ketiga, “Salah Waktu”. Di nomor ini, temponya dibuat agak naik sedikit dibandingkan dengan dua nomor sebelumnya, menjadi sebuah nomor yang laid-back dengan ketukan-ketukan umum pakem musik pop.
Nomor keempat, “Laut”, menjadi nomor dengan durasi terpendek di EP ini, yakni hanya berdurasi kurang dari dua menit saja. Selain dengan vokal Satine yang bernyanyi lirih, permainan ambience juga menjadi salah satu poin yang ia kedepankan di nomor yang sejatinya dimaksudkan sebagai sebuah bonus track.
Setelah puas untuk berlarut dengan nuansa murung nan mellow di empat nomor sebelumnya, akhirnya Satine ceria di nomor terakhir, “Langit”, nomor yang terdengar berbunga-bunga, menggambarkan bagaimana indahnya jatuh cinta di masa muda.
Sebagai sebuah EP debut, Satine menyanyikan lima nomor di dalamnya dengan sederhana dan juga tampak puas dengan mencurahkan ragam perasaannya, yang mana juga menimbulkan pertanyaan baru, akan seperti apakah materi-materinya di masa mendatang. Eksplorasi, mungkin?
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Selat Malaka Resmi Mengeluarkan Album Penuh Perdana
Band asal Medan bernama Selat Malaka resmi mengeluarkan album penuh perdana self-titled hari Jumat (22/11). Sebelumnya, mereka sudah mengantongi satu single “Angin Melambai” yang beredar tahun lalu. View this post on Instagram …
I’m Kidding Asal Aceh Tetap Semangat Berkarya di Tengah Keterbatasan
Setelah merilis 2 single bulan Juni lalu, band pop punk asal Aceh, I’m Kidding akhirnya resmi meluncurkan album penuh perdana mereka dalam tajuk Awal dan Baru hari Minggu (10/11). I’m Kidding terbentuk …