Detik Waktu #2: Perjalanan Karya Cipta Candra Darusman

Oct 28, 2022

Sampai sejauh ini, saya mencatat belum ada sebuah album tribute yang dibuat menjadi dua volume. Memang ada beberapa seri tribute beberapa musisi legenda, namun album-album tersebut bukan dibuat dari proyek dari musisi atau dari satu entitas. Untuk kasus Candra Darusman, saya harus angkat topi kepada demajors, label yang merilis kumpulan rekaman ini atas apresiasi dan konsistensi yang begitu besar kepada sosok legenda musik Indonesia ini.

Hadirnya sekuel kompilasi ini menandakan bahwa Candra Darusman adalah satu dari sosok musisi Indonesia yang penting dalam ranah musik populer dan masih eksis berkarya. Sepanjang kariernya sampai hari ini, sebagai penulis, Candra Darusman memiliki lagu-lagu yang secara kualitas layak untuk diberikan apresiasi lebih.

Mendedah album ini, seperti debutnya, sekuel ini juga menghadirkan 12 karya Candra Darusman yang kesemuanya punya komposisi antara karya-karya populer dengan karya yang, menurut saya (mungkin) tidak terlalu populer namun punya kualitas musik yang layak dihadirkan kembali.

Atas pemilihan musisi yang terlibat dalam kompilasi kedua ini, saya tidak ada komentar yang berarti selain angkat jempol. Masing-masing dari musisi yang hadir di sini mampu mengapresiasi dan menghadirkan ulang karya-karya ini dengan beragam warna.

Coba tengok jalinan indah antara Morad, Oslo Ibrahim dan Sandhy Sondoro membuka kompilasi ini dengan “Dibatas Waktu”. SNYW Big Band mengisi kanvas dengan aransemen apik, direspon ketiga penyanyi yang menginjeksikan nyawa baru terhadap lagu ini hingga bisa ‘hidup’ kembali.

“Makna Nostalgia” menjadi satu dari track favorit saya, keindahan aransemen musik dengan kemasan laidback membungkus suara lirih Vira Talisa menjadikan karya klasik Candra di album Kekagumanku hidup kembali dengan suasana dan nuansa yang lebih segar.

Dan ya, tentu saja “Perjumpaan Kita”, satu-satunya track terkini Candra Darusman  dihadirkan khusus di album ini melibatkan langsung sang maestro sebagai penyanyi berduet dengan Dian Sastrowardoyo menyajikan keindahan musik samba yang hangat. Kehangatan serupa juga dibunyikan Ardhito Pramono yang dengan kedalaman ekspresinya sukses menghadirkan musik swing di “Waktuku Hampa”.

Di lain pihak, saya juga harus memberikan catatan khusus kepada Efek Rumah Kaca yang berhasil menyulap “Sapa Pra Bencana”, track samba yang awalnya muncul album Chaseiro – Pemuda (1980) menjadi komposisi alt-pop progresif bertempo lambat yang sangat khidmat. Kehadiran Efek Rumah Kaca di kompilasi ini juga menjawab kecurigaan bahwa kompilasi ini akan berakhir jadi sekadar album apresiasi jazz. Kecurigaan ini makin ditepis kuat dengan kehadiran Dipha Barus bersama Faye Risakotta yang menghadirkan ulang “By Your Side”, karya klasik Candra yang dipopulerkan Karimata di album Pasti (1985) menjadi paket elektronic dance yang dinamis.

Konsistensi Candra Darusman sebagai musisi dan penulis lagu sampai hari ini menjadi bukti otentik bahwasannya musik adalah karunia khusus yang diberikan Tuhan telah memberikan arti penting di sanubari orang banyak. Bagaimana lagu-lagu yang ditulis Candra bisa menusuk jiwa pendengar dan tetap memberikan getaran di tiap generasi lewat tangan-tangan musisi hari ini juga menjadi bukti bahwa apresiasi adalah elemen hilang yang sangat dibutuhkan dalam dinamika bermusik hari ini.

____

 

Penulis
Wahyu Acum Nugroho
Wahyu “Acum” Nugroho Musisi; redaktur pelaksana di Pophariini, penulis buku #Gilavinyl. Menempuh studi bidang Ornitologi di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, menjadi kontributor beberapa media seperti Maximum RocknRoll, Matabaca, dan sempat menjabat redaktur pelaksana di Trax Magazine. Waktu luang dihabiskannya bersama bangkutaman, band yang 'mengutuknya' sampai membuat beberapa album.

Eksplor konten lain Pophariini

Selat Malaka Resmi Mengeluarkan Album Penuh Perdana

Band asal Medan bernama Selat Malaka resmi mengeluarkan album penuh perdana self-titled hari Jumat (22/11). Sebelumnya, mereka sudah mengantongi satu single “Angin Melambai” yang beredar tahun lalu.     View this post on Instagram …

I’m Kidding Asal Aceh Tetap Semangat Berkarya di Tengah Keterbatasan

Setelah merilis 2 single bulan Juni lalu, band pop punk asal Aceh, I’m Kidding akhirnya resmi meluncurkan album penuh perdana mereka dalam tajuk Awal dan Baru hari Minggu (10/11).     I’m Kidding terbentuk …