Anak Kampus Tertampar Album “Waktu Bicara” Milik Laze

Feb 21, 2023

Hip-Hop Sebagai Kunci Jawaban dari Segala Pertanyaan.

Sebagai seseorang yang sedikit mengulik musik hip-hop Indonesia, terkadang pertanyaan-pertanyaan berdasarkan keresahan terhadap hidup terjawab sendiri dalam sebuah part lirik dalam lagu hip-hop. Sejak awal ’90-an mulai dari zaman album Pesta Rap, lalu Homicide hingga MC yang sering saya dengar akhir-akhir ini seperti Pangalo, Krowbar, Abim ‘Noise’, Anarkay, dan Laze. Belakangan pun saya sering men-shuffle lagu sang “Iblis Leksikon” Krowbar bersama Herry “Ucok” Sutresna yang berjudul “Saga Malam Sabbath”.

Musik hip hop mengakar pada ras Afrika-Amerika saat era pada era ‘70-an dan pertama kali dikenal di Amerika Serikat, tepatnya di New York City, daerah Bronx. Pada dasarnya musik ini hadir sebagai salah satu media perlawanan politik, sosial, ekonomi yang tak jarang para rapper mengeluh kesahkan hidupnya yang relate terhadap para pendengar. 

Alhasil, terkadang saya merasakan sendiri lagu-lagu mereka hadir sebagai kunci jawaban dari seluruh pertanyaan saya. Padahal mah enggak tau tuh keselurhan lagu sebenarnya ngomongin apa, haha.

Laze Menampar Bolak-Balik Pipi Kiri dan Kanan dari Lamunan

Kali ini pertanyaan saya terjawab sendiri dengan berbagai rencana dan strategi. Ketika sedang asik menjawab sebuah pertanyaan diri sendiri, dalam keadaan melamun melihat awan melalui jendela kamar, tiba-tiba muncul satu beat happy-glorious” yang sudah tidak asing lagi di telinga. Ya, siapa lagi kalau bukan Havie Parkasya a.k.a Laze.

Sedikit intermezzo. Bagi yang belum mengenal Laze, ia adalah rapper kelahiran Bandung. Dalam pertama kali ketertarikan pada musik hip-hop, ia menonton acara MTV Cribs yang populer di tahun 2000-an. Laze mulai mengenal musik hip hop sejak duduk di bangku SD dan mengikuti kontes rap pada umur 15 tahun dengan nama panggung Lazy-P.

Balik lagi berbicara tentang beat, seiring berjalannya waktu, tepat pada 2018 Laze mengeluarkan album pertamanya, Waktu Bicara. Menurut saya, Laze sangat memiliki karakter dalam beat-beat yang berisikan sedikit suara terompet ditambah dengan sedikit drum elektronik dan synthesizer. Beat tersebut tidak dapat dipungkiri dapat membakar semangat atau menyambut sebuah kemenangan.

Hal ini terbukti dalam beberapa lagunya, seperti “Mengerti”, “Waktu Bicara”, “Biarkan Waktu”, dan “Introgasi”. Beat-beat khas seperti itu, menurut saya layaknya air bagi orang-orang yang tertidur lelap. Dapat digunakan dan berhasil untuk membangunkan orang-orang yang bermimpi dan dipaksa agar menghadapi sebuah realita. Memang air bagi orang-orang tertidur lelap seperti musuh, namun itu lah yang membuat kita hidup.

 

Empat tahun lalu, album itu merupakan self-titled dengan judul Waktu Bicara. Materi dari album ini sendiri menceritakan bagaimana kondisi seseorang yang melakukan mobilisasi atau pindah ke Jakarta dan merasakan adanya sebuah culture shock.

“Yang mau saya ceritain tuh adalah orang yang baru pindah ke Jakarta lalu culture shock“, sambutnya saat press release album Waktu Bicara (2018) di Queens Head, Kemang, Jakarta. Namun, terlepas dari materi dari keseluruhan album tersebut, terdapat salah satu lagu yang lebih menarik perhatian, yaitu “Waktu Bicara”.

Seketika, saya merasakan bahwa lagu itu membuat dialektika sebuah jawaban untuk pertanyaan tadi itu buyar, hilang, dan terbang bersama hembusan asap rokok. Diawali dengan speech “wahai anak muda”, saya langsung pause lagu tersebut dan mengulang dari awal.

Hal yang sudah lumrah apabila musik hip-hop bersama rima yang dibalut dengan sebuah beat harus disimak secara dalam. Apalagi dengan ciri khas Havie dengan words play-nya, menurut saya dia seperti tukang sirkus yang bukan menari-nari dan juggling dengan bola, melainkan melalui sebuah rima.

Kata demi kata tidak boleh terlewatkan satu pun. Jika terlewat, rasanya tuh kayak, “ah masa sih saya harus ulang dari awal lagi.” Ternyata, mencermati lirik dari Laze itu, sangat seru dan dapat membuat keasyikan sendiri sampai bertepuk tangan, haha. That’s called The Magic of Word by Havie.

Berbicara soal kata-kata, daripada berlama-lama lagi, berikut merupakan beberapa penggalan lirik dari lagu tersebut yang cukup untuk menjawab sebuah pertanyaan-pertanyaan tadi. 

Hey, anak muda / Apa yang sedang kau lakukan / Kau masih muda / Tapi kelihatannya banyak sekali yang sedang kaupikirkan.

Hmm, ok. See? Lanjut.

Di bawah langit tak ada yang sempurna / Maaf bila aku buat kau terluka / Bukan paranormal tapi coba guna / Gunakan bakat tuk sampaikan pesan kepada dunia / Tak semua aturan bisa aku patuhi / Tak semua janji bisa aku penuhi /Keadaan selalu pengaruhi / Pendam dendam tak baik tapi ku akan balas budi.

Entah sumber kabar yang kau dengar / Karena tidak semua berita itu benar / Cari fakta sebelum yakin yang kau gagas / Percaya kabar burung macam bisa bahasa unggas.

Gosip negatif bagaikan angka minus/ Aku di dalam studio buat record macam Guinness / Keluar malam pulang pagi untuk bermusik / Kerja aku paling gigih kalian hanya sampai gusi.

Kau dan aku kita kejar mimpi / Rakit tangga sebab cita cita tinggi / Jadi dokter, arsitek, atau pun selebriti / Tapi jangan lupa jadi diri sendiri.

 

Persetan Dengan Masa Depan.

Di atas merupakan beberapa penggalan lirik dari salah satu lagu pada album pertama Laze sebagai jawaban atas pertanyaan tentang masa depan. Melaui permainan kata ala Laze, pertanyaan yang telah dibangun tadi sebenarnya sudah dibayar kontan oleh self-titled album itu sendiri, yaitu “Waktu Bicara”.

Yap, pertanyaan tentang bagaimana kita di masa depan hanya lah membuang-buang waktu. Ya kayak ngapain aja enggak sih? Secara gak langsung, kita sudah melawan waktu itu sendiri. Meskipun pertanyaan-pertanyaan itu pernah muncul di kepala lo, kalau menurut saya akan lebih seru kalo lebih memaksimalkan hidup di hari ini, ciaelah.

Daripada mikirin yang belum tentu pasti kan? Dalam arti lain, ya lo boleh saja sih memikirkan dan merancang sebuah masa depan. Tetapi, tidak perlu sangat ambisius untuk mencapai segala rancangan yang telah dibangun karena, toh kita pun tidak akan pernah tau lima menit ke depan.

Oke, untuk teman-teman semua. Tidak ada kesan untuk menggurui, tulisan ini hanya bentuk apresiasi terhadap lirik magis pada satu lagu yang dapat mengubah sudut pandang. Dengan demikian, Persetan dengan masa depan, biarkan “Waktu Bicara”.



Penulis: Muhammad Ragazzo Roshan.
Suka menulis tapi jarang di-publish. Mahasiswa Televisi dan Film di Universitas Padjajaran. Suka merekam hal apapun di luar sana agar ingatan tetap dapat terjaga, khususnya untuk momen canda, tawa, dan ceria. Bisa ditemui di Instagram.

Penulis
Pop Hari Ini

Eksplor konten lain Pophariini

5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac 

Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …

CARAKA Suarakan Berbagai Emosi di Album Terbaru NALURI

Unit pop asal Tegal, CARAKA resmi luncurkan album bertajuk NALURI (15/12). Melalui sesi wawancara yang berlangsung pada Senin (16/12), CARAKA membagikan perjalanan band dan hal yang melatarbelakangi rilisan terbarunya.     CARAKA merupakan band …