5 Pertanyaan Reza Ryan Efek Rumah Kaca: Akademisi Musik Jadi Personel Band Politis

Mar 27, 2023

Jika bicara soal Rimpang, album keempat Efek Rumah Kaca yang banyak mencuri perhatian, tidak bisa lepas dari sosok gitaris Reza Ryan. Personel paling baru dalam tubuh ERK ini banyak memberikan warna baru untuk 10 nomor di album yang lama dinanti.

Perkenalan Reza dengan unit yang terbentuk sejak tahun 2001 itu berawal saat ia dan bandnya, I Know You Well Miss Clara beberapa kali diundang bermain di Jakarta. Dari situ, Reza mulai menjalin pertemanan dengan musisi-musisi Jakarta, termasuk ERK.

Muhammad Asranur, keyboardist dari grup musik Pandai Besi adalah orang yang bisa dibilang bertanggung jawab atas makin eratnya hubungan Reza dengan Cholil dan Akbar. Karena, ia adalah sosok yang mengajak Reza untuk membantu Pandai Besi di beberapa penampilan live mereka.

“Sejak saat itu, karena sering bertemu dan membantu Pandai Besi, intensitas pertemuan dan kedekatan saya dengan teman-teman Pandai Besi yang mana juga adalah orang-orang yang sama dengan Efek Rumah Kaca terus terjalin. Saya mulai membantu Efek Rumah Kaca untuk kebutuhan live performance mereka sebagai gitaris tambahan,” kisah Reza.

Efek Rumah Kaca, 2023 / Dok. Istimewa

Pengaruh musik Reza jelas terdengar dalam album yang sudah dinanti selama tujuh tahun tersebut. Seperti yang sudah disebutkan dalam ulasan Pophariini tentang album tersebut, suara gitar menggunakan e-bow pada lagu “Fun Kaya Fun” dan pendekatan eksperimentalnya pada bagian gitar di lagu “Sondang” adalah hal yang memperkaya musikalitas ERK.

Kami berkesempatan untuk berbincang dengan Reza Ryan via WhatsApp untuk menanyakan pandangannya tentang musikalitas ERK dari kaca matanya, dan tentu saja proses penggarapan Rimpang. Simak di bawah ini.


Apa pertimbangan Reza saat menyetujui ajakan masuk ERK?

Sebelum diajak bergabung secara resmi pada akhir 2022, sebenarnya ikatan kami (saya dan ERK) sudah bisa dibilang dekat karena saya sudah bermain membantu kegiatan perpanggungan ERK dari akhir 2019. Tetapi, meski demikian, ajakan bergabung menjadi member resmi tetap saja sangat mengagetkan.

Sebenarnya saya tidak langsung mengiyakan, saya perlu berpikir dulu, kalau tidak salah sampai beberapa minggu, berdiskusi dengan istri dan dengan Mas Adrian Yunan, mantan bassist ERK. Lalu, ada satu titik dimana saya berpikir, pertimbangan ERK mengajak saya tentunya adalah keputusan yang sangat besar bagi mereka, apalagi imej ERK sudah terlanjur sangat lekat sebagai band dengan format bertiga, dimana dengan mengajak satu orang lagi sebagai member tentunya akan merubah imej tersebut.

Selama 2 tahun sejak saya kenal teman-teman ERK sampai ajakan menjadi member itu, tentu saya sedikit banyak tahu akan sisi kehidupan mereka, bagaimana mereka menjalani kehidupan dan hal-hal keberseniannya. Saya sangat bersyukur bisa kenal dengan teman-teman ERK, saya belajar banyak dari mereka dan mendapatkan banyak sekali ilmu.

 

Bagaimana Reza berdiskusi soal musik dengan para personel ERK berbekal ilmu dan titel yang Reza punya sebagai akademisi musik?

Saat ini di Indonesia ada banyak sekali sarjana musik yang berkarir sebagai praktisi di dunia profesional, hal ini berbeda keadaannya dengan periode 1980-an di mana praktisi musik yang berlatar belakang akademisi saat itu jumlahnya masih sedikit. Namun, saya tidak pernah merasa diri saya sebagai seorang akademisi musik.

Musik dalam prakteknya bukanlah hasil dari pendidikan melainkan latihan. Anda bisa saja meninggalkan kelas teori pelajaran agama, ilmu-ilmu sosial atau ilmu alam, kemudian menjelang ujian anda mencari cara, segala cara, apapun dilakukan, untuk bisa mengerjakan soal-soal, termasuk dengan cara curang seperti menyontek, demi bisa lulus ujian.

Kemampuan manusia dalam hal musik tidak bisa didapatkan dengan cara seperti itu. Anda harus berlatih dalam ratusan sampai ribuan jam untuk bisa mencapai fase tertentu. Kreatifitas musik dan kekaryaan juga tidak ada hubungannya dengan kita lulusan kampus musik atau bukan.

Banyak lulusan musik yang kualitas kognisi, afeksi maupun motoriknya sangat buruk, jauh lebih buruk dibanding dengan yang bukan lulusan musik. Saya berdiskusi dengan teman-teman ERK, dalam konteks kekaryaan, dengan cara yang biasa saja. Kami sering secara santai dan iseng memainkan lagu-lagu orang lain malahan.

Mereka semua punya cita rasa yang bagus, kalau sudah punya cita rasa yang bagus, menurut saya output-nya pun akan bagus. Malu lah kita kalau punya karya jelek.

 

Sebelum gabung sama ERK, menurut Reza apakah lagu-lagu yang pernah dihasilkan mereka sudah sesuai dengan kaidah-kaidah musik?

Kaidah musik hanya dipelajari di buku teori. Dalam praktek kekaryaan, kita boleh-boleh saja melawan kaidah.

Dalam sains, alam dijadikan bahan empiris yang diamati, ini disebut dengan fenomena. Kemudian muncul hipotesis, lalu teori sains akan berusaha menjelaskannya. Sejak dari jutaan tahun lalu, fenomenanya tetap sama, misalnya terjadinya hujan, bagaimana proses pembentukannya, terjadinya petir, terjadinya pelangi, dll.

Dalam musik, mekipun materialnya sama, tetapi fenomenanya berubah-ubah. Kenapa? Jawabannya karena manusia si pelakunya juga berubah-ubah sesuai zaman. Politik akan membentuk masyarakat, masyarakat akan membentuk teknologi, teknologi akan dipakai manusia untuk membantu kehidupannya. Teknologi dan penemuan instrumen-instrumen musik baru akan mempengaruhi perilaku musisi dalam berkarya.

Karya keyboard di zaman baroque berbeda dengan zaman klasik/romantik karena instrumen musiknya berbeda. Jaman baroque belum ada piano melainkan harpsichord. Kalau tidak ada gitar Gibson dan Fender, wajah blues dunia tentu akan berbeda. Kita mengasosiasi suatu sound dengan style tertentu. Misal, Fender Strat sebagai bluesy karena kebiasaan saja. Kalau di dunia ini tidak ada Fender Strat maka asosiasi kita tentang sound gitar elektrik yang bluesy itu tentu akan berbeda lagi.

Kita harus berterima kasih kepada orang-orang yang melawan kaidah, dengan itu musik terus berkembang. Tiap lahir satu gaya musik baru, maka itu adalah hasil dari perlawanan terhadap kaidah sebelumnya. Grunge menolak glam rock, classic melawan baroque, bebop Melawan swing, cool jazz menolak bebop, dan sebagainya.

 

Sejauh mana Reza memasukan pengaruh musik yang dimiliki untuk berkontribusi di album Rimpang?

Saya tidak tahu. Maksud saya, interaksi yang berlangsung lama antar personel band akan saling memengaruhi. Bukan hanya interaksi musikal dalam proses kreatif, interaksi lain semisal obrolan dan pertukaran perspektif mengenai kehidupan secara umum juga akan saling memengaruhi.

Musik tidaklah melulu musik. Musik bukanlah untuk musik. Musik adalah dari manusia untuk manusia. Meskipun ada musik yang ditujukan untuk Tuhan dalam musik-musik liturgi, tetapi pada akhirnya juga tetap ke manusia.

Sejauh mana saya memasukkan pengaruh musik yang saya miliki dalam kontribusi saya di album Rimpang atau kepada personel dalam interaksi saya dengan personel lain di ERK, saya tidak tahu.

 

Apa lagu ERK yang menurut Reza secara kaidah musik kurang pas, tapi tetap enak didengar?

Lagu dari ERK banyak, salah satunya “Sebelah Mata”. Saya pernah mendengar salah seorang penyanyi dengan iringan band yang solid dan profesional membawakan lagu itu, benar semua secara kaidah musikal, namun jadinya malah tidak enak, setidaknya menurut saya.

Lagu-lagu The Beatles juga banyak yang tidak sesuai kaidah musikal, Fariz RM banyak, Yockie Suryoprayogo banyak, lagu saya sendiri di I Know You Well Miss Clara juga banyak yang menyalahi kaidah teori, harmoni, dan kebiasaan-kebiasaan pada umumnya.


 

Penulis
Gerald Manuel
Hobi musik, hobi nulis, tapi tetap melankolis.

Eksplor konten lain Pophariini

Armand Maulana – Sarwa Renjana (EP)

Dengan EP berdosis pop dan unsur catchy sekuat ini, saya jadi berpikir, mungkinkah Armand Maulana berpotensi menjadi the next king of pop Indonesia?

Juicy Luicy – Nonfiksi

Lewat Nonfiksi, Juicy Luicy semakin mengukuhkan diri sebagai band pengusung lagu patah hati dengan formula pop R&B yang jitu dan ultra-catchy. Pertanyaannya: sampai kapan mereka akan menjual kisah patah hati kasihan dan rasa inferioritas …