Sandrayati Fay – Safe Ground
Apa yang terjadi bila penyanyi-penulis lagu folk asal Bali merekam album di Islandia? Output-nya adalah album perdana Sandrayati, Safe Ground yang dingin, sepi, dan meditatif.
Album perdana biduanita yang besar Bali dan pulau Jawa ini direkam saat dirinya menetap di Islandia. Dibantu oleh produser dan multi instrumentalis, Ólafur Arnalds. Musisi nominator Grammy Awards yang dikenal piawai memadukan instrumen gesek, piano dengan loops dan beats, juga nuansa ambient dan elektronik.
Selain sentuhan produsernya, lanskap geografis Islandia pun kentara hadir dalam album perdana ini. Dalam dua EP sebelumnya Sandrayati patuh pakem musik folk yang dominan suara gitar akustik baik petikan ataupun genjrengan. Sedangkan pada Safe Ground terdengar lebih minimalis. Musik yang dihasilkan jauh lebih lembut. Mengesampingkan ekspresi lugas, mengedepankan ekspresi kontemplatif.
Apa yang terjadi bila penyanyi-penulis lagu folk asal Bali merekam album di Islandia? Output-nya adalah album perdana Sandrayati, Safe Ground yang dingin, sepi, dan meditatif
Kondisi geografis Islandia yang dikelilingi pegunungan salju dengan cuaca dingin ekstrem membuat musisinya menjadi melankolis dan kontemplatif. Rasa terisolasi dan kesendirian dari dunia luar membuat musik Islandia terdengar berbeda. Sigur Ros dan Bjork salah satunya. Semua hal itu turut membentuk unsur Safe Ground yang meditatif.
Piano akustik dan denting gitar yang dimainkan perlahan berpadu dengan lirih vokal Sandrayati dalam balutan soundscape dan instrumen gesek yang membayangi syahdu menjadi benang merah album ini. Vokal Sandrayati pun patut digaris bawahi. Lembut membasahi dengan vibra dan falsetto-nya bisa meliuk tinggi tajam nan indah. Melakukan chanting dan ad libs yang menambah kesyahduan lagu-lagunya.
Safe Ground terdengar lebih minimalis. Musik yang dihasilkan jauh lebih lembut. Mengesampingkan ekspresi lugas, mengedepankan ekspresi kontemplatif
Dibuka oleh “Easy Quiet” dengan gitar elektrik lembut bertempo lambat yang membelai telinga dengan nyaman, tempo sedikit menanjak dalam “Petals to the Fear”, dilanjutkan “New Dawn”. Pengaruh album Blue, Joni Mitchell terasa menyeruak.
Sandrayati tidak lupa memberikan ode pada tempatnya dibesarkan. Mempersembahkan dua lagu berbahasa Indonesia di album ini. “Segala Baru” yang bertempo sangat lambat, begitu sepi dan kontemplatif. Ia juga menyertakan single yang sempat dirilis dalam album perdana trio Daramuda “Suara Dunia”. Yang dihadirkan juga dalam bentuk video musik sebagai penghormatan atas kemenangan warga Mollo di Timor Barat melawan pembangunan tambang.
Vokal Sandrayati pun patut digaris bawahi. Lembut membasahi dengan vibra dan falsetto-nya bisa meliuk tinggi tajam nan indah. Melakukan chanting dan ad libs yang menambah kesyahduan lagu-lagunya
Berikutnya “Found” terasa mengalir seperti menyusuri perjalanan tak bertepi, dengan orkestrasi yang memuncak. Dalam “Vast” sang produser unjuk gigi sebagai musisi kolaborator. Denting piano mulai dominan mengambil alih Safe Ground. ”Smoke” yang ditemani gitar elektrik basah dengan efek tremolo memuncak kembali dengan orkestra yang megah. “Bending Birch” yang lirih. Ditutup oleh acapella, “Holding Will Do”.
Saya sendiri mendapatkan album ini terputar berulang, tanpa disadari dan mengambil tempat nyaman dalam diri menjadi safe ground. Ampuh menentramkan dan mampu melambatkan hari-hari padat aktivitas yang terasa cepat. Dengan semua itu, tidak menutup kemungkinan Safe Ground ini bisa berdampak sama pada pendengar lain.
Artikel Terkait
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota
Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …
5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac
Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …