Mods Indonesia: Musik Fesyen & Skuter – Hendrawan K. Wijaya
Menangkap geliat subkultur anak muda dari era lampau yang sudah puluhan tahun menjadi bagian dari budaya populer memang penuh tantangan. Terlebih ketika ditambah soal pembacaan bagaimana dan kenapa geliat subkultur anak muda itu bisa diterima dan berlaku di Indonesia. Buku Mods Indonesia mencoba melakukan hal itu.
Sejauh ini yang berhasil saya baca dan mampu menangkapnya dengan baik adalah buku Heavy Metal Parents: Identitas Kultural Metalhead Indonesia 1980-an yang membahas soal “anak metal”, ditulis Yuka Dian Narendra dan Gita Widya Laksmini, serta buku Bandung Pop Darlings yang membahas fenomena “anak indis” oleh Irfan Popish. Jika harus membandingkan, buku Mods Indonesia: Musik, Fesyen & Skuter ini bisa dibilang cukup tertinggal di belakang.
Meskipun begitu usaha Hendrawan K. Wijaya patut diancungi jempol. Terutama demi menambah banyaknya literasi tentang subkultur anak muda di Indonesia. Hadir tidak tanggung-tanggung dalam wujud luks, kurang lebih 40 halaman berwarna dan hard cover dengan desain visual menarik yang mencolok.
Penjabarannya dan penjelasan ideologi mods, awal masuk ke Indonesia, para tokoh-tokohnya, penggiatnya dan aktifitasnya, serta bagaimana kehadiran subkultur mods di negara-negara lain. Selain penelusuran dan risetnya, hal lain yang memanjakan mata adalah foto-foto para kaum mods yang menjadi menu utama buku ini. Subjudul dengan musik, fesyen dan skuter memang sesuai. Kita dimanjakan oleh banyaknya foto-foto kaum mods dari penjuru Indonesia. Ini yang jadi kelebihan buku Mods Indonesia.
Sayanganya buku ini luput pembahasan dari sisi kajian budaya yang komprehensif. Akan lebih mengasyikan kalau penulis khusus menyelipkan satu bab yang membahas spesifik soal penyerapan budaya ini melalui kajian budaya. Seperti penggalian lebih dalam mengapa ideologi dan gaya hidup mods yang sangat barat ini bisa diterima dengan baik di negara dunia ke tiga seperti Indonesia. Juga ketika hadir sebagai subkultur, berarti mods ini melawan kultur dominan di Indonesia yang mana? Lalu apa yang membedakan subkultur mods dengan lainnya seperti misalnya, anak indies. atau anak metal?
Hal lain adalah posisi penerbit besar RMBooks yang seperti kurang teliti dalam kontrol kualitas (QC) nya. Alur berceritanya dan pembagian babnya terasa belum maksimal. Juga dari semua foto luput keterangan fotonya. Itu beberapa di antaranya.
Tapi seperti yang dijelaskan dalam catatan sambutan buku ini bahwa ini buku pertama mereka yang membahas soal musik dan gaya hidupnya. Jadi mari berharap ke depannya RMBooks tidak berhenti merilis buku-buku musik lokal yang berkualitas.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
5 Alasan Superman Is Dead Enggak Bubar
Pophariini berkesempatan untuk meliput Festival Indonesia Adalah Kita Solo di De Tjolomadoe, Karanganyar pada Sabtu (26/10). Acara ini dimeriahkan beberapa band punk-rock tanah air, salah satunya Superman Is Dead (SID). Kami berkesempatan menemui personel …
5 Kolaborasi yang Wajib Disimak di Jazz Goes to Campus 2024
Jazz Goes to Campus akan digelar hari Minggu (17/11) di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. Tahun 2024 merupakan pergelaran ke-47 festival tahunan ini. View this post on Instagram A post …