Rekomendasi 10 Musisi dari Skena Musik Semarang

Sep 13, 2023

Dalam artikel “(Ekosistem) Musik Semarang: Gegap Gempita atau Gagap Gempita”, saya menuliskan sedang terjadi regenerasi cukup besar di skena musik Semarang. Beberapa tahun ini beberapa aksi musik asal Semarang tidak hanya berdiam diri di kota mereka. Soegi Bornean, Kanina, dan Mandoors adalah beberapa nama baru yang cukup hilir-mudik di linimasa musik nasional.

Tidak berhenti pada tiga nama tadi. Di ranah yang lebih gorong-gorong, ada banyak nama baru yang meramaikan skena musik Semarang. Setidaknya dua tahun belakangan terdapat gelombang band-band baru yang membawakan musik-musik rumpun rock dan pop alternatif di Semarang.

Jelas artikel ini penuh keterbatasan untuk mempresentasikan secara utuh musik sebuah kota. Apalagi sifat artikel ini adalah rekomendasi, bukan paparan data sensus. Selera personal dan keterbatasan tangkapan radar menjadi keterbatasan artikel ini. Namun, setidaknya artikel ini dapat menjadi cuplikan dari ramainya geliat skena musik Semarang.


Provokata

Provokata

Provokata / Dok. Provokata

Dalam musik Provokata, kecepatan blast-beat grindcore tidak hanya pada urusan drum, tetapi juga kerapatan rapalan vokal penuh dosis nihilis saat memotret rutinitas urban Semarang. Album Catatan dari Sudut Kota (2014) adalah buktinya. Salah satu album penting dalam perjalanan musik ekstrim Semarang, terkhusus subgenre grindcore.

Saya rasa tidak berlebihan jika album ini menjadi salah satu bab yang mesti dipelajari para musikus Semarang saat mencoba menulis lirik berbahasa Indonesia. Coba saja cek lirik “Hujan cuka, masam, dan garam jadi genangan/ Orang rendahan bilas luka dengan miras murahan/ Makan nasi berkuah keringat berlauk makian” dalam track “Catatan dari Sudut Kota”.

Pada Juli 2023 ini Provokata merilis single baru mereka “Silenus 27”, masih dengan kadar grindcore nihilis yang sama.

Bandcamp: https://provokata.bandcamp.com/album/catatan-dari-sudut-kota

Slakter

Slakter

Slakter / Dok. Slakter

Selang empat bulan dari merilis single “Bestial Onslaught”, Slakter merilis EP Warmageddon pada Februari 2023 dan langsung mencuri perhatian publik musik Semarang. Empat track geberan speed/thrash metal ini menjadi rilisan segar ranah musik ekstrim Semarang.

Bandcamp: https://slakterband.bandcamp.com/album/warmageddon

 

Ventor

Ventor

Ventor / Dok. Ventor

Apa yang terjadi jika Miland Petrozza lahir di Semarang dan bertemu kawan-kawannya saat nangkring di, katakanlah, Semarang Timur? Mungkin jawabannya adalah Ventor. Pada Mei 2023, Ventor menambah katalog musiknya dengan merilis EP The Hellish Deathstrike melalui Reaping Death Records dan mengukuhkan diri sebagai salah satu unit thrash/speed metal andalan kota Semarang.

Bandcamp: https://ventorspeedmetal.bandcamp.com/album/the-hellish-deathstrike

BeverlyLine

Beverlyline

Beverlyline / Dok. Beverlyline

EP Love Life Teenagers (2021) memiliki dosa di ranah produksi suara. Sungguh sayang hasil akhir 4 track indiepop bernafas The Popguns ini tidak maksimal. Untung pada single “Just Forget Everything We Said” dan “Love Song” yang dirilis tahun 2023 ini, dosa produksi BeverlyLine sebelumnya lumayan diperbaiki. 

 

Femm Chem

Femm Chemm

Femm Chemm / Dok. Femm Chemm

Meski dapat dikategorikan baru sebagai band, Femm Chem diisi oleh para personel band yang bisa dibilang cukup lama bermain di Semarang, seperti  Isa Pradana (Santikarisma, Yellow Jet Club), Ferdinandus Erdin (Redam), dan Zuma Mahardhika (Mandoors). Vajra Aoki, sang vokalis, sendiri pernah menjadi bagian dari duo Rasvan Aoki asal Surabaya.

Single “Bonnie” (2022) dan “Cheaptalk” (2023) menjadi bukti bahwa Femm Chem membawa angin segar ranah pop/rock di Semarang, apalagi dengan olah vokal Vajra yang membius. Dari namanya, tentu kita mafhum bahwa Nice Biscuit menjadi salah satu inspirasi besar mereka. Di beberapa panggung pun mereka membawakan “Candle” milik grup asal Queensland, Australia ini. 

 

Schelper

Schelper

Schelper / dok. Schelper

Schelper adalah band paling muda dalam daftar ini. Mereka belum berusia satu tahun sebagai band dan para personelnya masih menjelang usia 20 tahun. Pada maxi-single “Waltz” yang dirilis pada 25 Agustus 2023 terasa pengaruh Nothing dan My Vitroil. Maxi-single ini juga menjadi kisi-kisi dari EP debut yang akan segera mereka rilis.

Bersama Faed dan Pale Harbor, Schelper adalah bagian dari gelombang musik shoegazzzziiiing baru dari Semarang.

 

Tridhatu

Tridathu

Tridathu / Dok. Tridathu

Projek musik yang berdiri pada 2018 ini ditopang oleh Aristyakuver dan Andy Sueb. Tridhatu memiliki catatan menarik di ranah musik eksperimental/improvisasi Semarang sebab tidak banyak pelaku musik eksperimental Semarang yang bisa bertahan lama dan terus aktif dengan ragam inovasi.

Selain album Dimensional Journey (2021), projek Damalung Blueprint adalah bukti aktifnya duo ini. Pada penghujung 2022, Tridhatu bersama tim riset yang berisikan filolog, antropolog, seniman performans, dan arkeolog meriset dan menafsirkan naskah lontar kuno di sekitar Gunung Merbabu, Jawa Tengah. Hasil riset ini diolah menjadi pentas musik dan album (akan dirilis) yang berkolaborasi dengan beberapa seniman lintas disiplin.

 

Infuturo

Infuturo

Infuturo / Dok. Infuturo

Jika wilayah Jabodetabek punya Bagas Wisnu Wardhana a.k.a Bagas Encek yang mengisi drum di banyak band, maka Semarang punya Daniel Aditya a.k.a Jembi. Infuturo adalah salah satu dari belasan band yang ia geluti. Single “Flinch” yang dirilis dua tahun lalu menjadi rilisan segar sebab akhirnya di Semarang ada band bernafaskan post-punk. Kabarnya mereka sedang bersiap merilis materi baru.

 

Unless

Unless

Unless / Dok. Unless

Kebangkitan ulang emo/post-hardcore terasa juga di Semarang. Berdiri pada 2021, Unless hadir dengan kiblatnya sendiri. EP Blessed By Silence, Kissed By Fear (2023) menjadi penanda kiblat emo-poni-lempar-2000an dari band ini, dengan tambahan pengaruh band-band Visual Kei Jepang macam Dir en Grey dan The Gazzete untuk urusan struktur dan palet mood lagu. Namun, jika diiznkan memberi sedikit catatan, beberapa part clean vocal di EP ini nampaknya bisa lebih dioptimalkan.

 

Trap Inside

Trap Inside

Trap Inside / Dok. Trap Inside

Berdiri pada April 2022, Trap Inside diisi oleh para eksponen Hearted, Unseen, dan Criminal Chaos. Trap Inside menyajikan hardcore gelap hasil campur tangan Inclination dan Incendiary. April 2023 ini Trap Inside baru merilis single anyar bertajuk “Break The Chains”, masih dengan taraf kepekatan yang sama.

Bandcamp: https://trapinside.bandcamp.com/


 

Penulis
Gregorius Manurung
Mahasiswa off-side Sastra Indonesia Undip dan staf redaksi Highvoltamedia.com. Tulisannya terbit di Highvoltamedia.com, Tirto.id, dan beberapa webzine/zine. Sedang merencanakan pendirian penerbitan musik dan subkultur lokal, terkhusus Semarang.

Eksplor konten lain Pophariini

Lirik Lagu Empati Tamako TTATW tentang Mencari Ketenangan dan Kedamaian

Penggemar The Trees and The Wild sempat dibuat deg-degan sama unggahan Remedy Waloni di Instagram Story awal November lalu. Unggahan tersebut berisi tanggapan Remedy untuk pengikut yang menanyakan tentang kemungkinan kembalinya TTATW.     …

Di Balik Panggung Jazz Goes To Campus 2024

Hujan deras di Minggu siang tak menghalangi saya menuju gelaran Jazz Goes To Campus (JGTC) edisi ke-47 yang digelar di FEB UI Campus Ground, Depok pada Minggu (17/11).  Bermodalkan mengendarai motor serta jas hujan …