Wawancara Eksklusif: Dongker Lakukan Eksplorasi Necis di Album Perdana
Terbentuk tahun 2019, Dongker akhirnya mantap untuk segera merilis album penuh bertajuk Ceriwis Necis tanggal 24 Mei 2024.
Album tersebut bakal berisi total 17 lagu termasuk 5 materi yang sudah rilis sebelumnya seperti “Bertaruh Pada Api”, “Tuhan di Reruntuh Kota”, “Sepenggal Sadar”, “Sedih Memandang Mimpi”, dan “Luka di Pelupuk Mata”.
Kami menemui Dongker dalam hearing session album Ceriwis Necis hari Rabu (24/04) di CGV Paris Van Java, Bandung. Acara turut dihadiri para personel Dongker, Delpi Suhariyanto (gitar, vokal), Arno Zarror (gitar, vokal), Dzikrie Juliogian (drum), kecuali Bilal Ahmad (bas) sedang berhalangan hadir.
Para personel Dongker menjelaskan kepada Pophariini, proses penggarapan album sebenarnya sudah berlangsung sejak tahun 2022 dengan target rilis di tahun berikutnya. Namun perilisan terpaksa ditunda karena mereka mengalami berbagai hal tahun lalu.
“Saya juga melihat fenomena tahun 2023 banyak banget yang rilis album. Hampir semua band kawan-kawan tuh bikin album, kayak White Chorus, Leipzig, Hindia, banyak banget lah,” ucap Arno saat ditemui usai hearing session album Ceriwis Necis.
Saat hearing session album Ceriwis Necis, Dongker mempersembahkan berbagai keseruan seperti runway 17 topeng Balaclava oleh Saboteurs Collective hingga pemberian sampel parfum kolaborasi Dongker dengan merek lokal bernama Sanoebari Parfum.
Kami langsung mengambil kesempatan untuk berbincang dengan tiga personel Dongker, menanyakan bagaimana mereka hari ini, kesan pembuatan album Ceriwis Necis, pandangan mereka soal skena musik Bandung, dan sebagainya. Simak langsung.
Setelah sempat melewati sebuah prahara tepat setahun yang lalu, Delpi akhirnya mengundurkan diri dari politik. Apa pelajaran berharga dari kejadian ini?
Delpi: Pelajaran berharganya itu netizen kadang gak perlu didengar. Tapi platform media sosialnya bagus, dalam artian waktu kejadian saya kan sifatnya itu pandangan politik yang konstruktif, bukan karena saya sebagai Delpi melakukan hal itu karena Delpi gitu, karena banyak hal.
Dan harusnya dilihat secara konstruktif dan sistematis, jadi bukan lagi dilihat sebagai kesalahan subjektif satu orang. Tapi hal ini jadi membuat kami berpikir untuk menilai orang atau berperilaku di internet, baiknya tuh kayak gimana. Mungkin yang cukup berubah setelah itu sikap kami dalam menilai orang, jadi lebih hati-hati dan tajam sih.
Ceritakan hal yang paling berkesan dari proses pengerjaan album Ceriwis Necis!
Dzikrie: Bolak balik ke (studio) Downtown Market sampai akrab sama operatornya, Emir (White Chorus). Tadinya kan belum kenal-kenal banget.
Arno: Kalau saya sih lebih ke (proses menemukan) progresi chord-nya ya, kan yang nemuin Delpi tuh. Tapi bukan nemuin, ngambil-ngambil dan nyomot dari lagu lain. Tiru, modifikasi, mainkan. Banyak nemuin chord aneh, jari-jari andal saya jadi belajar dan beradaptasi lagi. Berkesan sih karena kok ada yang begini ya? Tapi seru.
Delpi: Kalau secara narasi kayaknya jadi lebih jujur dari sebelumnya. Kan saya tuh sebelum Dongker ngeband beberapa kali, gak pernah sejujur sama Dongker. Kalau Dongker tuh hal-hal yang memang beneran dari kami, dimasukkan ke lagu jadi lepas aja.
Arno: Semuanya gak dipikirin terlalu dalam, yang penting udah dapat enaknya, sikat.
Delpi: Bahkan curhatan teman kami dijadiin ide untuk lagu, meskipun gak diceritakan secara detail, kami tetap membahasakannya dengan bahasa Dongker.
Apa strategi yang akan dilakukan Dongker dalam mempromosikan 17 lagu di album?
Arno: Salah satunya hearing session di CGV Paris Van Java ini, kayak anjing banget ya, karena yang tadinya pengin enjoy, aku pribadi jadi deg-degan. Jadi banyak hal-hal teknis yang menghantui pikiran.
Delpi: Jadi karena lagunya 17, kami kan gak pengin nonjolin lagunya lagi. Aspek lain yang ditonjolin dan salah satunya yang paling iconic kan topengnya Arno, Balaclava. Memang itu terus yang ditunjukin di komunikasi media sosialnya. Sebelum ini kan sudah dirilis fotonya doang, terus sekarang dibikin runway, dan bikin videonya. Tapi cara kerja Dongker kalau buat promosi memang banyak kolaborasi sama teman aja sih. Kayak hari ini kan kami beneran dibantu sama banyak orang. Setiap kali ada yang suka Dongker dan punya ide kolaborasi, kami selalu bilang iya dan cari ketemunya di mana sih. Soalnya kalau ada orang suka Dongker dan mau melakukan sesuatu itu hal yang pasti harus diapresiasi.
Arno: Dan harus selalu lihat peluang mutual-nya aja. Kayak tadi kawanan Balada Dongker yang jadi model untuk Balaclava itu kan kami gak kenal semua. Terus kami gak tau potensi mereka apa, tapi kayaknya cocok nih untuk jadi figur karena cukup akrab sama kami.
Dzikrie: Sama nanti strateginya ya ada konser, tur, sama rilisan fisik berupa plat dan kaset.
Delpi: Konsernya tanggal 23 November di Bandung. Semoga terealisasi.
Kalian dikenal sebagai band yang suka lintas disiplin, selain musik apa yang coba kalian tawarkan di album ini?
Arno: Pasti kalau di ranah seni yang ditonjolkan ya visual, kalau musik ya musiknya. Cuma di sini semua faktor itu tuh ada, salah satunya kayak sama Vivid Vision yang ngerjain semua visual untuk lirik si Dongker dengan banyak pertimbangan disiplin di kampus mereka yang kebetulan anak UPI (Universitas Pendidikan Indonesia). Ada juga artwork albumnya Dongker itu dibuat sama sahabat kami, seorang seniman dari ranah kontemporer yang cukup aktif bernama Aurora Arrazzi sebagai karya seni. Dia bantuin kami bikin artwork dengan teknis pendekatan seni rupa. Ada gagasannya, pertanggungjawabannya, dan ada estetikanya.
Delpi: Ada game juga. Sebenarnya keperluannya untuk showcase. Jadi idenya, teman kami memang tesisnya tentang game. Terus ngobrol dan nyari jalan tengah, akhirnya bikin game yang dimainkan. Kalau poinnya, banyak bisa dapat diskon untuk tiket showcase nanti. Orang tetap bisa beli tiket, tapi gak dapat diskon. Kalau main game itu terus dapat poin tertentu ya diskon.
Dzikrie: Game tadi itu lagi coba kami manfaatkan, kami utilize untuk acara-acara mendatang. Kalau kami yang organize orang bisa dapat entah diskon atau bahkan beli tiketnya dari game itu dengan ngumpulin poin. Itu menarik ya, sebelumnya juga belum ada kayaknya tuh.
Bagaimana kalian melihat scene musik di Bandung saat ini?
Delpi: Variatif dan kolaboratif. Sudah banyak musisi yang gak cuma bikin musik sama musisi gitu.
Arno: Kolaborasi dengan disiplin-disiplin lain.
Delpi: Soalnya industrinya hidup sih, aku gak tau kalau di kota-kota lain. Tapi di sini tuh kayak bikin streetwear, atau bikin apapun yang sifatnya pop culture tuh secara ekonomi jalan banget. Jadi orang bisa bikin sesuatu yang makin masif gitu.
Arno: Sama banyak yang serius ngeband dan eksplorasi, terus dikolaborasiin dan macam-macam gitu secara warna musik, dan itu kawan-kawan semua. Jadi kami gak satu geng, satu genre, tapi macam-macam, ada punk, R&B, dan reggae.
Bagaimana kalau penggemar kalian tidak suka atau album Ceriwis Necis mendapatkan ulasan yang buruk?
Arno: Gak masalah sih. Soalnya kami gak masang ekspektasi yang gimana-gimana. Maksudnya kan dari sekian persen pendengar kami juga pasti ada lah yang suka. Dari 100 mungkin 20 gitu seburuk-buruknya, ya sudah gitu.
Delpi: Tapi intensi awal bikinnya kan yang penting kami nyaman buat nyanyi dan maininnya. Kami gak malu buat maininnya. Jadi kalau orang lain gak suka, gak kami pikirin sih. Kalau kami nyaman kayaknya pasti suka sih orang-orang.
Arno: Ya, itu lah daya tarik seorang seniman, mungkin ya. Pada akhirnya yang meng-influence dia, ya ikut aja gitu. Asalkan dengan menggunakan ilmu-ilmu yang tepat, kayak estetika musiknya bagus, liriknya gampang dimengerti, kayaknya bisa ada yang kena lah. Cuma gak ada ekspektasi kayak bisa langsung ‘brrrr’ gitu. Biasa aja sih, dengan 5 single kemarin kami juga sudah bersyukur kayak begini.
Delpi: Banyak hal yang didapat lah, secara ekonomi dan apa pun.
Arno: Misalnya kalau kami tambah 12 lagu kan, ada beberapa trek aja yang keluar. Entah berapa gak tau juga, entah semuanya, itu bonus aja. Yang penting rencananya sudah dilakuin.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Juicy Luicy – Nonfiksi
Lewat Nonfiksi, Juicy Luicy semakin mengukuhkan diri sebagai band pengusung lagu patah hati dengan formula pop R&B yang jitu dan ultra-catchy. Pertanyaannya: sampai kapan mereka akan menjual kisah patah hati kasihan dan rasa inferioritas …
Selat Malaka Resmi Mengeluarkan Album Penuh Perdana
Band asal Medan bernama Selat Malaka resmi mengeluarkan album penuh perdana self-titled hari Jumat (22/11). Sebelumnya, mereka sudah mengantongi satu single “Angin Melambai” yang beredar tahun lalu. View this post on Instagram …