NonaRia – Dengarkanlah Radio
NonaRia, para biduanita/instrumentalis pengusung pop-jazz era paska-kemerdekaan Indonesia merilis album penuh, Dengarkanlah Radio yang berselang lima tahun dari album pertamanya, dan berhasil mematahkan kutukan album kedua, dengan materi yang terdengar jauh lebih matang dari segala sisi.
Paska keluarnya Yasintha Pattiasina (biola) dari NonaRia, ternyata bukan halangan bagi mereka untuk tampil dengan format duo, dan minus biola. NonaRia justru menggantikannya dengan instrumen lain, dan semakin menunjukan kekuatan sebagai duo maut antara Nesia Ardi (vokal), dan Nanin Wardhani (piano).
Minusnya instrumen biola mampu diatasi dengan instrumen melodi tambahan yang menambah kuat rasa musik NonaRia, seperti klarinet, flute, trombone, dan harmonika. Kejutan lainnya adalah rekan kolaborator dalam dua lagu: gitaris jazz senior kawakan, Oele Pattiselanno dalam lagu berjudul, “Mariana” dan pemain harmonika muda, Rega Dauna yang bermain di lagu “Kuda”
Dalam album berisi 1o lagu NonaRia terdengar lebih berwarna dan banyak menghadirkan irama yang mampu membuat kepala dan badan kita bergoyang ria mengikuti ketukannya. Urusan aransemen dan komposisi musik, NonaRia yang punya latar belakang musisi profesional tidak usah diragukan lagi. Masih dalam balutan musik pop jazz era 40-60an seperti, waltz, ragtime dan sedikit swing NonaRia piawai menghadirkan hook yang kuat dan nada-nada catchy. Sehingga sound khas NonaRia menjadi semakin fresh dan matang, menguatkan karakter musik NonaRia tanpa menyerupai musisi siapapun saat ini.
Perlu menjadi sorotan utama adalah bagian lirik. Cara bertutur yang harfiah dan sedikit naif ala musisi Indonesia era dulu masih dipakai serta diksi-diksi tempo dulu pun masih menghiasi bait liriknya. Beberapa lagu bahkan terbaca seperti tribut untuk lagu lama Indonesia. Lagu, “Kuda”, sangat mengingatkan lagu “Jemu” milik Koes Plus di akhir 60an, dengan bait termasyhurnya, kerja keras bagai kuda / dicambuk dan didera. Lagu, “Perbedaan” dalam hubungan yang ditulis menggelitik pun mengingatkan pada lagu “Singkong dan Keju” milik Bill dan Brod di tahun 80an. Tapi tentunya hal ini sah-sah saja. Terlebih NonaRia punya banyak peluru lain yang tidak kalah kuatnya.
Favorit saya adalah lagu “Dongeng” yang teaterikal, dan secara tidak langsung menyentil kondisi sosial politik Indonesia saat ini. Dinyanyikan dalam dua cara bernyanyi yang berbeda dan bertolak belakang serta dengan unsur dramatis. Yang satu dinyanyikan dari sisi rakyat, satu lagi, penguasa yang terdengar pongah.
Rakyat: Hasil alam berlimpah / Emas sampai timah / Namun ada yang berulah / Eh, tertangkap basah
Penguasa: Yang penting aku bahagia / Bergelimangan harta / Yang penting aku hidup mewah / Tidak terlihat susah
Lagu “Burung” juga jadi favorit karena liriknya yang menukik tajam. Awalnya berbicara soal jenis satwa, berbelok menjadi burung dalam perumpamaan bergunjing (kabar burung). NonaRia juga bisa terdengar bijak tanpa menggurui dalam dalam balutan musik ceria dan menggoyang badan dalam, “Jangan Bohong”.
Lagu lain yang menggunakan nama orang “Mariana” dan “Donny”, pun adalah hal klasik yang kerap dilakukan musisi Indonesia tempo dulu. Perlu disorot, adalah mulusnya penulisan lirik Nesia di dalam lagu “Donny” yang awalnya menceritakan soal ciri-ciri sahabatnya, bergeser halus menjadi soal kesulitan untuk membedakan nama Donny yang terbilang pasaran. Sungguh menggelitik.
Kutukan album kedua adalah bayang-bayang yang terjadi mengikuti kesuksesan album pertama karena berbagai faktor. Dari yang paling mendasar: ingin mengulang formula dalam album sebelumnya, atau sebaliknya membuat sesuatu yang baru? Juga ekspektasi dan standar tinggi; perkembangan musikalitas dan kemampuan finansial musisi sehingga memungkinkan album digarap berlebihan dan terlalu matang.
Namun dalam Dengarkanlah Radio, NonaRia melalui semua itu dengan baik. Perkembangan musikalitas, penulisan lirik, serta keberhasilan mereka untuk menyiasati format yang menjadi duo. Tambahan detail yang patut dihargai adalah proses mixing album kedua yang lebih jernih dan modern. Sehingga detailnya jauh lebih bisa menonjol dan dinikmati.
Dengan semua itu, di album keduanya, Dengarkanlah Radio yang masih mengusung formula musik lama, NonaRia sukses terdengar begitu baru.
Artikel Terkait
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota
Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …
5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac
Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …