Bisma Karisma – Rihlah

Sep 26, 2024

Terlepas dari karakter vokalnya yang tidak spesial dibandingkan para solois pria lain saat ini, Bisma Karisma, aktor serta musisi sekaligus mantan personil boyband S*MSH ini berhasil mengimbangi kecemerlangan produser bertangan dingin, Lafa Pratomo dengan album perdana pop/rock-progresif, Rihlah yang digarap enam tahun. Hasilnya di luar ekspektasi: dengan lirik yang tendensius tapi secara keselurhan berhasil memikat hati. 

Lafa Pratomo sendiri adalah gitaris dan penulis lagu yang kini lebih dikenal sebagai produser moncer. Selain selalu menjadi man behind the gun-nya Danilla, Lafa memproduseri album Iwan Fals, Pun Aku (2021) dan lagu “Rayuan Perempuan Gila”, Nadin Amizah (2023) yang diproduseri masuk dalam nominasi “Penghargaan AMI untuk Artis Solo Wanita Pop Terbaik 2023”. Lafa juga menangani album rock The Panturas, dan Grrrl Gang. Tidak heran bila palet musik di album perdana Bisma Karisma ini sangat menarik. Perkembangannya sebagai produser tergambar jelas di album berdurasi 36 menitan yang memadukan ramuan musik progresif, pop, funk, dan rock.

Rihlah sendiri dalam KBBI berarti perlawatan; perjalanan; pelancongan; darmawisata. Di dalam bahasa Arab memilik makna lebih dalam, yaitu petualang menempuh perjalanan panjang bahkan hingga ke luar negeri untuk mencari dan mengumpulkan hadis atau menuntut ilmu agama. Kedalaman tema ini langsung terasa ke dalam lagu-lagunya yang tidak mudah dinikmati dalam sekali dengar. Baik musik ataupun lirik-liriknya. 

Contohnya lagu pembuka hampir enam menit, “Manusia” dengan progresi kord dan bagan lagu yang tidak umum. Langkah berani sebagai trek pembuka, karena tidak catchy ditambah dengan tempo lagu yang berubah-ubah. Namun lagu ini jadi cetak biru lagu-lagu di keseluruhan album ini. Begitupula lagu kedua “Hamba” yang masih terasa gelap dan misterius. 

Lagu “Frekuensi” terdengar lebih catchy dengan hook bagian reff yang kuat dan alunan musiknya lebih mudah di telinga. Dan formula ini berlanjut di lagu-lagu berikutnya. Lagu “Alaila” yang menenangkan, dan sebuah cover milik Harry Roesli, “Angin” yang ringan dan laid back. Pengaruh lagu soul/funk 70an yang diramu ulang Sinikini di lagu, “Dan Senyumlah” serta sentuhan rock geng Potlot era 90an menyegarkan dinamika lagu Ini.

Lagu “Yang Suri” terdengar seperti kolaborasi antara Chrisye di era 70an dengan grup Sore pun menjadi favorit saya. Bait lirik “Mati yang suri”, mengingatkan pada bait “Mati suri di taman” yang jadi part memorable di lagu“Setengah Lima”-nya Sore. Sebuat tribut yang menarik. Hook terbaiknya adalah part reff-nya yang catchy dan bernuansa boogie/disco. 

Yang juga menarik adalah tema-tema vertikal dengan Sang Pencipta yang ditawarkan. Lagu “Hamba” dengan lirik pembuka, “Dan aku berlindung kepada Engkau / dari kedatangan mereka ke padaku..” dari salah satu surat di Al Quran adalah salah satu contoh eksplisitnya. Penggunaan lirik-lirik bertema vertikal ini menarik bila sesuai porsinya. Karena di album ini terasa terlalu tendensius. Semua lirik begitu puitis, jadi nampak seragam. Bisma tidak memberikan ruang untuk lirik sederhana yang mudah dicerna dan enak ber sing-along. Sehingga bait-bait puitis yang memorable bisa menonjol. Alih-alih, semuanya malah berteriak meminta perhatian secara bersamaan.

Hal ini juga terjadi dalam kompleksitas aransemen lagu-lagu di album Rihlah. Album ini didominasi lagu-lagu yang jadi contoh sempurna bagaimana lagu bisa memiliki hook kuat tapi tidak selalu catchy, dan juga sebaliknya. Terlalu banyak hook kuat dalam satu lagu, sehingga tidak ada yang menonjol. Untungnya kehadiran lagu-lagu nge-pop dan catchy seperti, “Angin”, “Alalia” dan “Yang Suri” berhasil menyiasati itu. “Malam” yang sinematik pun hadir mencuri perhatian. Bak pengiring adegan dalam film noir, kesinambungan antara lirik dan aransemen Lafa Pratomo tersaji menawan. “Angin” yang ethnic pun menutup album dengan bersahaja.

Terlepas dengan semua itu, pada akhirnya Bisma Karisma dengan, Rihlah tetap hadir jadi satu kesatuan yang menarik dan menjadi salah satu pencapaian estetika musik pop/rock/progresif yang menarik dalam lanskap solois pria Indonesia di tahun 2024 ini. Keputusan Bisma mengambil langkah berani untuk mengeksplorasi dan terbuka tentang jurnal spiritualnya dalam rihlah dirinya juga patut diharagai. Kesemua itu pada akhirnya membuat karakter sosok Bisma menjadi berbeda dari solois lain. 

 


 

Penulis
Anto Arief
Suka membaca tentang musik dan subkultur anak muda. Pernah bermain gitar untuk Tulus nyaris sewindu, pernah juga bernyanyi/bermain gitar untuk 70sOC.
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Eksplor konten lain Pophariini

5 Musisi yang Wajib Ditonton di AXEAN Festival 2024

Dalam rangka menyambut AXEAN Festival tanggal 28 dan 29 September 2024 di Jimbaran Hub, Kuta Selatan, Badung, Pophariini seperti biasa akan memberikan 5 rekomendasi penampil yang wajib disaksikan selama festival berlangsung. Daftar ini terdiri …

Ungkapan Cinta Selamanya dari Ziva Magnolya di Single Abadi

Berjarak 4 bulan dari perilisan single “Get Over Him”, Ziva Magnolya kembali meluncurkan karya terbaru berjudul “Abadi” pada Kamis (19/09).   Ziva merasa lagu “Abadi” spesial karena ia kembali menuliskan lirik setelah pernah menyusun …